KerboghaQiwam al-Dawla Kerbogha (Turki: Kıvâmüddevle Kürboğa), yang dikenal sebagai Kerbogha atau Karbughā, adalah seorang gubernur militer atau pelindung wilayah Mosul. Kerbogha dikenal sebagai prajurit yang handal di masa Perang Salib Pertama[1]. Awal kehidupanKerbogha adalah seorang Seljuk Turki yang meraih kesuksesan berkat bakat militernya. Ia mendukung Terken Khatun, istri Malik Syah I, termasuk putra mereka, Mahmud I yang diangkat sebagai penguasa di Bagdad[2]. Kerbogha dikirim dengan pasukan untuk mengamankan Isfahan dan menangkap Berkyaruq[3]. Namun, para pendukung Mahmud dikalahkan oleh pasukan Berkyaruq di Isfahan pada Januari 1093[4]. Sebulan kemudian, ia bergabung dengan pangeran Seljuk, Ismail ibn Yaquti, melawan pasukan Berkyaruq, yang kembali meraih kemenangan. Kerbogha kemudian bergabung dengan Berkyaruq dan pada tahun 1094 dikirim untuk melawan Tutush I, yang menyatakan dirinya sebagai Sultan di Suriah. Namun, ia dipenjara bersama saudaranya, Altuntaş, di Aleppo dan kemudian Homs. Setelah kematian Tutush, ia dibebaskan oleh Fakhr al-Mulk Radwan. Perang Salib PertamaPada tahun 1098, setelah mendengar bahwa pasukan Perang Salib mengepung Antiokhia, Kerbogha segera mengumpulkan pasukannya dan berangkat untuk membantu kota tersebut. Ia berangkat dari Mosul pada 31 Maret[5]. Dalam perjalanannya, ia mencoba merebut kembali Edessa yang baru saja dikuasai oleh Baudouin I, agar tidak meninggalkan pasukan penjaga Franka dari Eropa Barat di belakangnya menuju Antiokhia[1][5]. Selama tiga minggu, Kerbogha mengepung kota itu tanpa hasil, hingga akhirnya memutuskan untuk melanjutkan perjalanannya ke Antiokhia. Penundaan ini mungkin menjadi faktor penting yang memungkinkan pasukan Perang Salib berhasil merebut Antiokhia sebelum kedatangan Kerbogha pada sekitar 7 Juni, sementara kota tersebut telah jatuh ke tangan pasukan Kristen sejak 3 Juni. Sesampainya di sana, Kerbogha langsung memulai pengepungan baru terhadap kota yang telah dikuasai pasukan Perang Salib. Selama pengepungan Antiokhia pada 27 Juni, Petrus sang Pertapa diutus oleh pasukan Perang Salib untuk mengusulkan penyelesaian perselisihan melalui duel. Kerbogha, merasa posisinya sudah aman, menilai bahwa tawaran tersebut tidak menguntungkan dan menolak usulan tersebut. Sementara itu, di dalam kota Antiokhia, Peter Bartholomew mengklaim bahwa ia telah menemukan Tombak Takdir melalui sebuah penglihatan, yang berhasil membangkitkan semangat pasukan Kristen. Pada saat yang sama, muncul perpecahan dan perselisihan di dalam pasukan Kerbogha. Pasukan besar Kerbogha terdiri dari Turkmen semi-nomaden, ditambah pasukan reguler dan tentara dari Mosul, Jazirah, Palestina, dan Damaskus. Perselisihan di antara para Amir lebih mendominasi jika dibandingkan dengan upaya untuk bersatu melawan pasukan Kristen. Pada 28 Juni, Bohemond, pemimpin pasukan Kristen, memutuskan untuk melancarkan serangan. Pada momen krusial ini, para Amir memutuskan untuk meninggalkan Kerbogha, yang mengakibatkan penurunan moral dan koordinasi di pihaknya. Kerbogha terkejut oleh organisasi dan disiplin tinggi pasukan Kristen yang sangat besar, yang menyebabkan strategi pembagian pasukannya menjadi tidak efektif. Akibatnya, Kerbogha dengan cepat dikalahkan oleh pasukan Perang Salib dan terpaksa mundur, kembali ke Mosul dalam keadaan yang terpuruk. Referensi
|