Share to:

 

Kongkang jangkrik

Kongkang Jangkrik
Kongkang jangkrik, Hylarana nicobariensis
dari Cihideung Hilir, Ciampea, Bogor
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan:
Filum:
Kelas:
Ordo:
Famili:
Genus:
Spesies:
H. nicobariensis
Sinonim
  • Hyla bilineata Daudin, 1801
  • Hylorana nicobariensis Stoliczka, 1870[1]
  • Rana macularia var. javanica Horst, 1883
  • Rana erythraea var. elongata Werner, 1892
  • Rana lemniscata Boettger, 1893
  • Rana sanchezi Taylor, 1920
  • Rana suluensis Taylor, 1920

Kongkang jangkrik (Hylarana nicobariensis) adalah sejenis katak anggota suku Ranidae. Katak bertubuh kecil dan ramping ini menyebar di Asia Tenggara dan Indonesia bagian barat.

Pengenalan

Wajah

Katak yang berukuran kecil; jantan dewasa 35–45 mm dan betina dewasa 45–50 mm SVL (snout-vent length, dari moncong ke anus). Perawakan ramping, dengan kaki panjang dan ramping.[2]

Kepala memanjang, lebarnya sekitar 0,26–0,30 SVL dan panjangnya 0,36–0,39 SVL; moncongnya meruncing, jauh lebih panjang dari lebar mata, dengan profil menonjol. Lubang hidung lebih dekat ke ujung moncong ketimbang ke mata. Jarak antar orbit sama atau lebih lebar daripada pelupuk mata atas. Gendang telinga (timpanum) jelas terlihat, antara ¾ hingga 4/5 diameter mata, 0,07–0,09 SVL.[3]

Katak jantan dari Jambi

Ujung-ujung jari tungkai depan melebar membentuk piringan kecil yang hampir sama besar, dengan lekuk sirkum-marginal mendatar di tepinya, jarang-jarang mencapai ukuran 2x lebar jari, dan kurang dari setengah lebar timpanum. Jari ke-1 sama atau lebih panjang dari jari ke-2; sisi dalam jari ke-3 (jarang) dengan sibir kulit sempit, jari yang lain tak pernah dengan sibir semacam itu. Piringan pada jari kaki lebih besar daripada piringan tungkai depan; selaput renang mencapai pertengahan jarak antara bintil subartikular dengan piringan, pada sisi luar tiga jari yang pertama; 2½–3 ruas jari ujung jari ke-4 bebas selaput renang; terdapat bintil metatarsal bentuk oval di sisi dalam dan bentuk bulat di sisi luar pergelangan kaki. Panjang betis lk 0,50–0.58 SVL.[3]

Punggung dan kaki biasanya cokelat muda hingga tua, dengan beberapa pola yang lebih gelap di sekitar selangkang. Kadang-kadang terdapat dua garis agak kabur sejajar tulang belakang. Sisi tubuh biasanya lebih gelap sampai hitam, memanjang dari antara hidung dan mata terus sampai ke selangkang.[2] Terdapat sepasang lipatan dorsolateral sempit di punggungnya.[3]

Suara: enam hingga sepuluh nada keras dan tajam, yang disuarakan dengan cepat:[4] ..cekcekcekcekcekcek!

Ekologi dan agihan

Didapati di daerah perbatasan antara hutan dengan wilayah yang terganggu, di dekat air yang tergenang atau yang mengalir lambat. Di Jawa, jarang dijumpai di dekat permukaan laut, dan lebih banyak di dataran tinggi hingga elevasi 1.500 mdpl. Beberapa lokasi yang tercatat di antaranya: Ujung Kulon (P. Peucang, Cikarang, Ujung Kulon), Jakarta, Bogor (Ciapus, G. Salak), G. Gede Pangrango (Cibodas, Situ Gunung), G. Burangrang, G. Tangkubanparahu, Lembang, G. Patuha, G. Malabar, dan lain-lain.[2]

Di Kalimantan, kodok ini tersebar luas di wilayah-wilayah yang terganggu, termasuk di lingkungan perkotaan yang tidak jauh dari pantai. Kebanyakan tercatat hingga ketinggian 100 mdpl., tetapi dijumpai pula di Dataran Tinggi Kelabit (elevasi 1.000–1.150 mdpl.). Suara panggilan katak jantan, yang khas dan membisingkan, acapkali menjadi ciri khas wilayah rawa-rawa rumput dan tepi jalan berparit. Katak-katak ini lebih sering terdengar daripada terlihat, dan meskipun katak jantan banyak berkumpul namun mereka tidak berbunyi dalam kelompok.[3][4]

Kongkang jangkrik berbiak di sepanjang tahun. Kecebongnya didapati di parit-parit dangkal dan genangan air. Katak ini memangsa aneka jenis serangga.[4]

Kongkang jangkrik ditemukan menyebar mulai dari Kepulauan Nikobar (India), Thailand, Semenanjung Malaya, Sumatra, Jawa, Bali, Kalimantan, dan Palawan (Filipina).[2]

Etimologi

Nama penunjuk jenisnya, nicobariensis, merujuk kepada lokasi tipe jenis ini, yakni (Kep.) Nikobar.

Rujukan

  1. ^ Stoliczka, F. 1870. J. Asiatic Soc. Bengal, 39: 150, Pl. IX fig. 2
  2. ^ a b c d Iskandar, D.T. 1998. Amfibi Jawa dan Bali: 69–70. Puslitbang Biologi – LIPI. Bogor.
  3. ^ a b c d Inger, R.F. 1966. "The Systematics and Zoogeography of the Amphibia of Borneo". Fieldiana (Zool.) 52: 223-228.
  4. ^ a b c Inger, R.F. & R.B. Stuebing. 1997. A Field Guide to the Frogs of Borneo: 148–149. Nat. Hist. Publ. (Borneo) Sdn. Bhd., Kota Kinabalu.

Pranala luar

Media tentang Hylarana nicobariensis di Wikimedia Commons

Kembali kehalaman sebelumnya