Lembaga Pengelola Investasi
Lembaga Pengelola Investasi (beroperasi dengan nama Indonesia Investment Authority atau INA) adalah sovereign wealth fund (SWF) dari Indonesia. Lembaga ini bertanggung jawab langsung kepada Presiden Indonesia.[1] Tidak seperti SWF di negara lain yang mengelola kelebihan pendapatan dari eksploitasi minyak bumi atau cadangan valuta asing, lembaga ini mencari pendanaan dari luar negeri untuk mendanai pengembangan ekonomi di Indonesia.[4] SejarahLembaga ini dibentuk oleh pemerintah Indonesia pada akhir tahun 2020 seiring dengan mulai berlakunya Undang-Undang Cipta Kerja. Lembaga ini ditujukan untuk memperkuat ekonomi nasional dengan berekspansi ke kelas aset baru.[5] Pada bulan Februari 2021, lembaga ini resmi diluncurkan dengan target untuk mengelola aset sebesar US$24,5 miliar. Sebelum diluncurkan pun, lembaga ini telah mendapat komitmen pendanaan hingga US$10 milyar dari sejumlah perusahaan dan lembaga global seperti DFC dan JBIC, serta sejumlah dana pensiun asing.[6] Uni Emirat Arab juga telah mengumumkan rencananya untuk berinvestasi sebesar US$10 milyar di lembaga ini.[7] Pada akhir tahun 2021, melalui anak usahanya, lembaga ini menjadi salah satu investor strategis dalam penawaran umum perdana dari Mitratel.[8] Pada akhir tahun 2021 juga, pemerintah mengalihkan 8% saham Bank Mandiri dan 3,63% saham Bank Rakyat Indonesia ke lembaga ini.[9] Pada bulan Agustus 2022, lembaga ini meneken perjanjian kerja sama dengan DP World dan Pelindo untuk mengembangkan Belawan New Container Terminal di Medan dengan investasi sebesar Rp 111 triliun.[10] Pada bulan September 2022, melalui anak usahanya, lembaga ini mengakuisisi Jalan Tol Kanci–Pejagan dan Jalan Tol Pejagan–Pemalang dari Waskita Toll Road dengan harga Rp 5,8 triliun.[11] Pada bulan September 2022 juga, bersama BlackRock dan sejumlah investor lain, lembaga ini menyalurkan pinjaman sebesar US$ 300 juta ke Traveloka.[12] Pada bulan Desember 2022, melalui anak usahanya, lembaga ini berinvestasi sebesar Rp 1,86 triliun di Kimia Farma Apotek bersama Silk Road Fund.[13] Pada bulan Februari 2023, lembaga ini menjadi salah satu investor strategis dalam penawaran umum perdana dari Pertamina Geothermal Energy.[14] Pada bulan Juni 2023, lembaga ini mengumumkan kemitraan strategis dengan ESR Group dan PT MC Urban Development Indonesia untuk mengembangkan pergudangan di Greenland International Industrial Center, Kawasan Industri Terpadu Indonesia China, dan Kawasan Industri Suryacipta.[15] Pada bulan Juli 2023, melalui anak usahanya, lembaga ini mengakuisisi Jalan Tol Medan–Binjai dan Jalan Tol Bakauheni–Terbanggi Besar dari Hutama Karya dengan harga Rp 20,5 triliun.[16] Anak usahaHingga akhir tahun 2023, perusahaan ini memiliki 9 anak usaha, yakni: Referensi
|