Malik al-Asytar
Malik bin al-Harits an-Nakha'i (bahasa Arab: مالك بن الحارث النخعي) adalah seorang sahabat Ali bin Abi Thalib.[2] Ia juga dikenal dengan nama al-Asytar (الأشتر).[3] SilsilahMalik bin al-Harits bin Abdu Yaghuts bin Maslamah bin Rabi'ah bin al-Harits[4] bin Jadzimah bin Sa'ad bin Malik bin an-Nakha'[5] bin Amr bin Ulah bin Jald bin Madzhij.[6] Ia berasal dari kabilah Bani Nakha' dan termasuk pemuka kabilah.[7] BiografiAl-Asytar disebutkan mengalami masa jahiliah.[7] Ia juga disebutkan sezaman dengan Nabi Muhammad.[4] Ia turut serta dalam Pertempuran Yarmuk dan kehilangan salah satu matanya dalam pertempuran tersebut.[8] Kemudian al-Asytar termasuk di antara tokoh-tokoh yang hadir mendengarkan khutbah Khalifah Umar bin Khattab di Jabiyah.[4] Ia kemudian tinggal di Kufah.[7] Al-Asytar termasuk di antara sekelompok penduduk Kufah yang berbicara kasar kepada gubernur Kufah, Sa'id bin al-Ash, di majelisnya. Akibat perbuatannya dan sekelompok orang lainnya, Sa'id melaporkan masalah tersebut kepada Khalifah Utsman bin Affan. Utsman kemudian menyuruhnya agar mereka diasingkan ke Syam.[9] Al-Asytar jugalah yang menghasut masyarakat untuk melawan Utsman[10] dan bahkan ia menjadi pengikut Abdullah bin Saba' dalam melawan Utsman.[11] Ia menjadi pemimpin 200 orang pemberontak dari Kufah[11] dan ikut serta dalam pengepungan rumah Utsman di Madinah.[4][7] Setelah Utsman dibunuh, ia bersama sebagian orang segera mendatangi Ali dan membujuknya agar dibai'at sebagai khalifah.[8] Al-Asytar turut serta dalam Pertempuran Jamal bersama Ali dan disebutkan membunuh Abdurrahman bin Attab bin Asid setelah Abdurrahman mencoba membunuhnya.[7][10] Abdurrahman bin Attab merupakan prajurit yang berada di pihak Aisyah dalam Pertempuran Jamal.[12] Abdurrahman mencoba membunuhnya karena ia sangat marah terhadap al-Asytar karena perannya dalam melawan Utsman.[10] Dalam pertempuran ini, ia juga bertarung dengan Abdullah bin az-Zubair. Ibnu az-Zubair mengalami tusukan 40 pedang dan tusukan yang hampir menyebabkan kematiannya adalah tusukan al-Asytar.[10] Mereka bertarung sengit hingga Ibnu az-Zubair mengatakan: Bunuh aku dan Malik dan bunuhlah Malik bersamaku.[3] Ia kemudian mendukung Ali dalam Pertempuran Shiffin dan menjadi pemimpin kontingen dari kabilah Bani Madzhij.[7][13] Ia hampir mengalahkan Muawiyah bin Abu Sufyan dalam Pertempuran Shiffin bersama sahabat-sahabat Ali lainnya. Namun pasukan Syam mengangkat mushaf Al-Qur'an untuk menghentikan perang.[3] Dalam pertempuran ini, disebutkan ia membunuh Shalih bin Fairuz al-Akki[14] dan Dzul Kala' al-Himyari, ayah dari Syurahbil bin Dzil Kala'. Namun, pendapat lain mengatakan yang membunuhnya adalah Huraits bin Jabir.[15] Al-Asytar pernah menjabat sebagai gubernur Al-Jazirah sebelum menjadi gubernur Mesir. Selama menjadi gubernur, ia pernah menghadapi serangan dari Adh-Dhahhak bin Qais, salah satu pendukung Muawiyah. Ia digantikan oleh Syabib bin Amir.[16] Pendapat lain mengatakan ia digantikan oleh Kumail bin Ziyad lalu digantikan oleh Syabib bin Amir.[17] Ali kemudian mengirimnya untuk menjadi gubernur Mesir setelah memecat Qais bin Sa'ad bin Ubadah.[4] Ketika al-Asytar datang ke wilayah Al-Qalzum, ia meminum madu yang diracuni lalu meninggal.[6] Al-Asytar meninggal pada tahun 657.[7] Madu tersebut diracuni oleh seorang budak Utsman karena ia marah terhadap al-Asytar.[3] Muhammad bin Abu Bakar kemudian menggantikannya sebagai gubernur Mesir.[17] Periwayatan hadisIa meriwayatkan hadis dari Umar, Khalid bin Walid, Abu Dzar Al-Ghifari, Ali bin Abi Thalib, dan sahabat-sahabat lainnya. Sementara yang meriwayatkan darinya adalah putranya Ibrahim, Abu Hassan al-A'raj, Kinanah maula Shafiyah, Abdurrahman bin Yazid an-Nakha'i, Alqamah bin Qais, dan lain-lain.[4] Meskipun al-Asytar termasuk sahabat Ali, ia tetap memuji Abu Bakar dan Umar ketika berbicara di hadapan orang-orang dengan pujian yang harum.[2] Penilaian
KeturunanAl-Asytar memiliki anak yang bernama Ibrahim bin al-Asytar.[5] Ibrahim adalah panglima yang membunuh Ubaidullah bin Ziyad dalam Pertempuran Khazir dan termasuk di antara pemimpin-pemimpin yang mendukung Mush'ab bin az-Zubair, gubernur Irak.[18] Ibrahim kemudian terbunuh bersama Mush'ab dalam Pertempuran Maskin melawan Abdul Malik bin Marwan.[19] Putranya, An-Nu'man bin Ibrahim, adalah seorang pemimpin dan pemuka kabilahnya. Ia ikut serta dalam pemberontakan Yazid bin Al-Muhallab dan setelah Yazid terbunuh, ia memberontak bersama Al-Mufadhdhal bin Al-Muhallab saudara Yazid dan terbunuh bersamanya.[20] Putra lainnya, Malik bin Ibrahim, adalah seorang perawi hadis yang dinyatakan dapat diterima (مقبول).[21] Al-Asytar mempunyai keturunan yang bernama Abu al-Qasim Ali bin Muhammad an-Nakha'i al-Hanafi al-Kufi yang dikenal dengan nama Ibnu Kas adalah qadhi di Damaskus dan tempat lain serta imam besar di bidang fiqih.[22] Referensi
Daftar pustaka
|