Manusia dalam IslamManusia dalam Islam dipandang sebagai makhluk ciptaan Allah yang paling sempurna dan mulia. Allah menciptakan manusia untuk beribadah kepadanya dan menjadi khalifah di Bumi. Dalam Al-Qur'an, manusia disebut dengan beberapa istilah yaitu kata basyar, naas, insaan, bani Adam dan khalifah serta kata unasiy, insy, dan ins. Dalam pandangan Al-Qur'an, manusia adalah makhluk jasmani karena memiliki raga, dan makhluk rohani karena memiliki jiwa. Penciptaan manusia pertama dan manusia kedua langsung berbentuk jasad, sedangkan keturunannya diciptakan dari air mani laki-laki yang memancar dan bercampur. Manusia diberikan fitrah yang membedakannya dengan makhluk ciptaan Allah yang lainnya. Fitrah ini diberikan untuk melaksanakan perannya dalam membentuk hubungan baik kepada Allah dan hubungan baik dengan sesama manusia. Selain itu, manusia memiliki potensi berupa akal, jasad dan hati yang membuat penafsirannya menjadi beragam oleh para ahli tafsir. TerminologiTerdapat beberapa terminologi manusia di dalam Al-Qur'an. Kata yang berarti manusia di dalam Al-Qur'an meliputi kata ins, basyar, naas, insaan dan bani Adam.[1] Kata ins disebutkan sebanyak 16 kali. Kata naas disebutkan sebanyak 240 kali. Kata insan disebutkan sebanyak 64 kali. Kata Bani Adam disebutkan 7 kali. Selain itu, manusia dirujuk pula dengan kata khalifah atau khalaif sebanyak 6 kali. Ayat-ayat yang menyebutkan tentang manusia ini memberitahu tentang kejadian dan tugas manusia. Selain itu, ayat-ayat ini juga menjelaskan sifat manusia sebagai makhluk yang mampu berpikir, merasa dan beragama.[2] BasyarManusia dalam pengertian basyar adalah anak keturunan Adam yang memiiliki fisik dengan sifat suka makan dan berjalan ke pasar. Keberadaan fisik dalam pengertian basyar menjadikan manusia secara keseluruhan adalah anak keturunan Adam. Penyebutan kata basyar di dalam Al-Qur'an sebanyak 36 kali. Sebanyak 35 kata disebutkan dalam bentuk tunggal. Sedangkan satu kata lainnya dalam bentuk mutsanna.[3] Kata basyar disebutkan dalam 26 surah di dalam Al-Qur'an.[4] Bani AdamPenggunaan istilah Bani Adam di dalam Al-Qur'an memperlihatkan bahwa Adam adalah leluhur dari semua individu manusia. Di sisi lain, istilah Bani Adam memperlihatkan bahwa semua manusia merupakan keturunan dari Adam. Istilah Bani Adam berkaitan dengan sejarah penciptaan manusia.[5] Unasiy, insy, dan insSelain kata basyar, insan dan bani Adam, kata-kata lain yang dipergunakan Al-Quran untuk merujuk kepada manusia adalah kata unasiy, insy dan ins. Ketiga kata ini hanya disebutkan dalam jumlah yang sedikit. Kata unasiy disebut dalam Al-Qur'an sebanyak 5 kali. Makna dari kata ini adalah kelompok atau golongan manusia. Kata insy merupakan bentuk jamak dari kata insan dan hanya disebutkan sekali saja di dalam Al-Qur'an. Arti dari kata insy adalah sekumpulan manusia dalam jumlah yang banyak. Sedangkan kata ins disebutkan sebanyak 18 kali dalam Al-Qur'an. Pemakaian kata ins selalu disertai dengan pemakaian kata jin. Pemakaian kedua kata ini selalu bermakna sebagai pasangan makhluk Tuhan yang mukalaf.[6] PenciptaanDalam hal penciptaan makhluk oleh Allah, manusia merupakan makhluk yang paling mulia penciptaannya dan paling terbaik atas kekuasaan yang diberikan kepadanya. Ketentuan ini diwahyukan oleh Allah dan disabdakan oleh Nabi Muhammad melalui Surah Al-Baqarah ayat 30 dan Surah Al-Isra' ayat 70.[7] Dalam perspektif Al-Qur'an, manusia merupakan makhluk jasmani dan makhluk rohani. Karena manusia memiliki raga dan jiwa.[8] Dalam pandangan Islam, manusia memiliki substansi berupa materi dan roh. Subtansi materi pada manusia berasal dari Bumi, sedangkan substansi roh berasal dari Tuhan. Manusia tidak dapat dikatakan sebagai manusia jika salah satu dari kedua substansi ini tidak ada pada diri suatu individu. Roh dipandang sebagai hakikat dari manusia, sedangkan jasad hanyalah alat bagi roh.[9] Penciptaan manusia dibagi menjadi dua tahap menurut Al-Qur'an. Tahap pertama adalah manusia pertama. Sedangkan tahap kedua adalah penciptaan manusia dari manusia pertama. Manusia pertama yang diciptakan oleh Allah adalah Adam. Kemudian Allah menciptakan Hawa sebagai istri Adam dari bahan yang sama dengannya. Melalui Adam dan Hawa lahirlah keturunan mereka yang sangat banyak. Manusia kedua (Hawa) diciptakan dari tanah tanpa roh. Setelah jasadnya berbentuk utuh barulah Allah meniupkan roh ke dalam jasad tersebut. Sedangkan keturunan Adam dan Hawa diciptakan dari pancaran dan campuran air mani laki-laki.[10] KeistimewaanManusia merupakan diciptakan oleh Allah sebagai mahluk dengan sebuah keistimewaan. Keberadaan keistimewaan ini menjadi pembeda antara manusia dengan makhluk lainnya di Bumi. Keistimewaan ini berupa kemampuan untuk berpikir. Kemampuan ini diberikan agar manusia mampu memahami hakikat tentang dirinya dan tentang segala sesuatu di selain dirinya.[11] HakikatDalam Al-Qur'an dijelaskan bahwa hakikat manusia adalah sebagai mahkluk ciptaan Allah yang diberi tugas-tugas yang mulia dari-Nya.[12] Manusia diciptakan oleh Allah untuk menjadi khalifah di Bumi. Pelaksanaan tugas ini diberikan kemampuan oleh Allah dengan pemberian fitrah.[13] PeranHubungan baik sebagai muslimManusia yang berstatus sebagai muslim memiliki dua macam hubungan baik yang merupakan suatu kewajiban baginya. Pertama, hubungan baik dengan Allah. Kedua, hubungan baik dengan sesama manusia. Kedua jenis hubungan baik ini diperintahkan oleh Allah dalam Surah An-Nisa ayat 36. Ayat ini memberitahukan bahwa hubungan baik antara manusia dengan Allah dilaksanakan dengan cara tidak berbuat syirik, tidak menyombongkan diri dan tidak membanggakan diri di hadapan Allah. Sedangkan hubungan baik dengan sesama manusia dilaksanakan dengan berbuat baik kepada kedua orang tua, karib kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin. Hubungan baik dengan sesama manusia juga dilaksanakan kepada tetangga dekat maupun tetangga jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan budak yang dimiliki.[14] Hubungan baik kepada AllahHubungan baik kepada Allah merupakan hubungan vertikal antara manusia dengan Allah. Sifat dari hubungan ini adalah pengabdian.[15] Hubungan baik kepada Allah dilakukan dengan tidak berbuat syirik dan hanya menyembah dan beribadah kepada-Nya. Larangan perbuatan syirik berlaku untuk syirik kecil maupun syirik besar. Nabi Muhammad dalam hadis periwayatan Imam Ahmad menyatakan bahwa ia takut umatnya melakukan syirik kecil, yaitu riya'.[14] Hubungan baik dengan sesama manusiaHubungan baik dengan sesama manusia merupakan suatu keharusan bagi individu manusia. Karena manusia adalah makhluk yang saling membutuhkan satu sama lain. Surah An-Nisa' ayat 36 menyebutkan nama-nama dari kelompok manusia yang harus menerima hubungan baik dari sesama manusia. Kelompok ini yaitu kedua orang tua, karib kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin. Hubungan baik dengan sesama manusia juga harus dilaksanakan kepada tetangga dekat maupun tetangga jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan budak yang berada dalam kepemilikan pribadi.[16] PenafsiranAl-Qur'an menyediakan banyak sekali gambaran mengenai manusia dan hikmah penciptaannya.[17] Pemahaman mengenai manusia dapat dilakukan dengan menggunakan dua cara. Pertama, menemukan arti dari kata-kata yang mewakili makna manusia di dalam Al-Qur'an. Kedua, menelusuri kedudukan dan potensi manusia melalui pernyataan di dalam Al-Qur'an.[18] Dalam mengkaji tentang manusia sesuai dengan pandangan Al-Qur'an, para ahli tafsir memberikan pendapat yang berbeda-beda. Manusia dapat ditafsirkan antara lain dengan metode tafsir ijmali, tafsir ilmi, tafsir bayani, tafsir maudhu’i. Beragamnya metode penafsiran tentang manusia disebabkan oleh keberadaan potensi berupa akal, jasad dan hati pada manusia. Ketiga potensi tersebut membuat manusia mampu terus mengalami perkembangan dalam memenuhi peran dan tanggung jawabnya.[1] ReferensiCatatan kaki
Daftar pustaka
|