Marion Maréchal
Marion Jeanne Caroline Maréchal (pengucapan bahasa Prancis: [maʁjɔ̃ maʁeʃal ləˈpɛn]; lahir 10 Desember 1989 di Saint-Germain-en-Laye) adalah seorang politikus Prancis, cucu pendiri partai Front National Jean-Marie Le Pen, dan keponakan presiden partai Front National saat ini Marine Le Pen. Maréchal-Le Pen adalah anggota partai Front national dan menjabat sebagai anggota parlemen untuk Konstituensi Vaucluse Ketiga semenjak tahun 2012. Saat terpilih ia berusia dua puluh dua tahun, sehingga menjadi anggota parlemen termuda Prancis dalam sejarah modern.[4] Pada 9 Mei 2017, ia mengumumkan bahwa ia akan rehat dari panggung perpolitikan dan tidak akan mencoba memperpanjang mandatnya sebagai anggota perwakilan atau anggota dewan regional Provence-Alpes-Côte d’Azur.[5] Latar belakang keluargaIa lahir pada tanggal 10 Desember 1989 di Saint-Germain-en-Laye, Yvelines, Île-de-France.[6] Kakeknya Jean-Marie Le Pen adalah pendiri partai Barisan Nasional walaupun ia pada akhirnya dikeluarkan pada Agustus 2015 akibat komentar antisemit.[7] Bibinya Marine Le Pen menjabat sebagai ketua partai tersebut semenjak 16 Januari 2011. Ibunya Yann Le Pen (yang juga merupakan anak perempuan kedua Jean-Marie Le Pen) tidak memegang posisi apapun di partai Barisan Nasional. Ayahnya Samuel Maréchal pernah menjadi ketua pergerakan pemuda Barisan Nasional selama tujuh tahun (1992–1999).[8] Ia ditampilkan dalam poster kampanye kakeknya saat masih berumur dua tahun.[9][10][11] Dalam buku yang berjudul "Sang Penakluk" (Les Conquérantes) yang diterbitkan pada 18 November 2013, jurnalis Prancis Christine Clerc mengklaim bahwa Samuel Maréchal bukan ayah biologis Marion.[12] Pada 7 November 2013, harian mingguan Prancis L'Express membocorkan identitas ayah biologisnya, yaitu Roger Auque, seorang agen Mossad dan jurnalis investigatif yang meninggal pada September 2014.[12] Pada 8 November, Marion Maréchal-Le Pen secara resmi mengumumkan bahwa ia telah meminta pengacaranya untuk menuntutL'Express karena telah melanggar privasinya.[13][14] Maréchal-Le Pen menikah dengan pebisnis Matthieu Decosse pada 29 Juli 2014 di balai kota Saint-Cloud.[15] Anak perempuan mereka lahir pada bulan September pada tahun yang sama.[16] Mereka bercerai pada tahun 2016.[17] Studi akademikIa terdaftar dalam studi S2 hukum bisnis publik di Universitas Panthéon-Assas hingga tahun 2012.[18] Pada 14 November 2012, ia menyatakan secara resmi bahwa ia akan menghentikan studinya untuk memusatkan perhatian pada jabatannya.[19] Pandangan politikBersama dengan Gilbert Collard dan eksekutif senior partai Barisan Nasional lainnya, ia turut serta dalam demonstrasi La Manif Pour Tous yang menentang pernikahan sesama jenis pada pertengahan awal tahun 2013.[20] Terkait dengan isu integrasi, Maréchal-Le Pen merasa bahwa orang Muslim hanya bisa menjadi orang Prancis bila mereka mengikuti budaya Kristen. Ia menyatakan bahwa "di negara kita, kita tidak mengenakan pakaian djellaba, kita tidak mengenakan jilbab dan kita tidak membangun masjid sebesar katedral".[21] Ia menentang pemberlakuan kembali hukuman mati: "pandangan pribadi saya, saya menentang pemberlakuan kembali hukuman mati karena hal ini akan menjadi keputusan yang amat sulit untuk para hakim. Dan apapun yang terjadi, kemungkinan kesalahan dalam proses peradilan selalu ada. Saya lebih mendukung hukuman seumur hidup tanpa kemungkinan pembebasan bersyarat."[22] Akademisi Cécile Alduy mendeskripsikan Maréchal-Le Pen sebagai "karakter paradoks" yang berpakaian dan berbicara dengan gaya modern tetapi mendukung konservatisme sosial.[21] Mantan calon wakil presiden Amerika Serikat Sarah Palin memuji pandangan sosial Maréchal-Le Pen dan membandingkannya dengan Joan of Arc.[23] Catatan kaki
|