Martir Korea
Martir Korea adalah korban penganiayaan keagamaan terhadap Gereja Katolik pada abad ke-19 di Korea. Antara 8 hingga 10 ribu umat Katolik di Korea dibunuh selama masa penganiayaaan tersebut. 103 orang Katolik dikanonisasi secara bersamaan pada Mei 1984, termasuk imam Katolik pertama asal Korea, Andreas Kim Tae-gon, yang dieksekusi dengan pedang pada tahun 1846.[1] Paul Yun Ji-Chung dan 123 rekan-rekannya dinyatakan sebagai venerabilis pada 7 Februari 2014. Pada 16 Agustus 2014, mereka dibeatifikasi oleh Paus Fransiskus dalam rangkaian Hari Kaum Muda Asia di Gwanghwamun Plaza, Seoul. Terdapat gerakan lebih lanjut agar umat Katolik, yang dibunuh oleh komunis Korea Utara selama Perang Korea, juga dapat dibeatifikasi.[2] RiwayatIman Katolik masuk ke Korea pada akhir abad ke-18, berkat pembacaan beberapa buku Katolik yang ditulis dalam bahasa Tionghoa. Komunitas Katolik yang kuat dan dinamis itu dipimpin oleh para pemimpin yang hampir semuanya adalah umat awam (bukan rohaniwan) sampai kedatangan para misionaris Prancis yang pertama pada 1836. Komunitas Katolik itu mengalami penganiayaan hebat pada 1839, 1846, dan 1866, terutama disebabkan oleh penolakan mereka untuk mengikuti upacara pemujaan leluhur, yang mereka anggap sebagai salah satu bentuk dari ilah palsu, tetapi yang oleh negara dinyatakan sebagai batu penjuru budaya bangsa. Secara politis, penganiayaan-penganiayaan tersebut mestilah dipahami dalam konteks kolonialisme dan meningkatnya penetrasi kekuatan-kekuatan Eropa ke dalam urusan-urusan Asia Timur. Umat Kristiani, sebagai penganut sebuah agama Eropa - khususnya umat Katolik, yang karena imannya menjadi bagian dari sebuah sistem hirarkis dengan Sri Paus pada puncaknya - dianggap berpotensi menjadi ujung tombak penetrasi Eropa ke dalam negara Korea. Lebih dari itu, pemujaan leluhur merupakan sebuah aspek penting dalam Konfusianisme yang menjadi legitimasi monarki Korea - dan mempertanyakan pemujaan tersebut dapat dianggap meremehkan asas monarki. Meskipun demikian, pada kenyataannya penganiayaan atas umat Katolik itu sendiri malah mempercepat penerobosan militer Eropa - dan rongrongan terhadap kemerdekaan Korea bukan datang dari kekuatan-kekuatan Eropa melainkan justru dari tetangga non-Kristennya, Jepang. Penganiayaan itu diketahui telah menelan korban sekurang-kurangnya 8.000 martir. Di antaranya adalah imam Korea yang cemerlang Andreas Kim Taegŏn dan katekis awam Korea Paulus Chŏng Hasang. Mayoritas dari para martir tersebut adalah umat awam, baik pria maupun wanita, sudah maupun belum menikah, tua maupun muda. 79 martir Korea dibeatifikasi pada 1925, 24 martir lagi dibeatifikasi pada 1968. 103 martir tersebut bersama-sama dikanonisasi pada 1984, dan diperingati tiap tanggal 20 September. Saat ini, Korea menduduki peringkat ke-4 sebagai negara dengan Orang Kudus terbanyak dalam Gereja Katolik sedunia. Kutipan dari surat terakhir Andreas Kim Taegŏn kepada umat parokinya sewaktu menantikan kesyahidannya bersama 19 orang lainnya:
Beberapa martir individual
Bersama-sama dikanonisasi pada Mei 1984 oleh Paus Yohanes Paulus II. Di luar tradisi, upacara kanonisasinya bukan diselenggarakan Roma, melainkan di Seoul.
Lihat pulaReferensi
Daftar pustaka
Pranala luar |