Share to:

 

Mausoleum O. G. Khouw

Mausoleum O. G. Khouw
Nama lainMausoleum Familie O. G. Khouw
Mausoleum Oen Giok Khouw
Informasi umum
JenisMausoleum
Gaya arsitekturArt Deco
LokasiJakarta, Indonesia
AlamatIndonesia TPU Petamburan, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia
Desain dan konstruksi
ArsitekG. Racina[1]

Mausoleum O. G. Khouw adalah situs bersejarah berupa Mausoleum di Jakarta yang merupakan makam Oen Giok Khouw (1874-1927), seorang filoantropis terkemuka dan keturunan keluarga Khouw van Tamboen.[2][3] Jandanya, Lim Sha Nio (1879-1957), juga kemudian dikebumikan di sana.[4] Situs bersejarah ini terletak di dalam kawasan Taman Pemakaman Umum (TPU) Petamburan.

Mausoleum O.G. Khouw menjadi salah satu arsitektur yang cukup langka di Indonesia, terutama di Kota Jakarta.[4] Mausoleum O.G. Khouw juga dianggap sebagai mausoleum termegah di Asia Tenggara.[5]

Sejarah

Latar Belakang

Khouw Oen Giok Sia (Lahir di Batavia 13 Maret 1874 - Wafat di Ragaz, Swiss 1 Juni 1927), atau lebih dikenal sebagai Oen Giok Khouw atau O. G. Khouw, adalah seorang tuan tanah Belanda keturunan Tionghoa yang terkenal berkat sifatnya yang dermawan.

Sebagai bentuk penghormatan atas sifatnya yang dermawan, sebuah ide untuk membangun Mausoleum; yakni sebuah monumen makam yang megah, muncul dari istrinya Lim Sha Nio.[4][6]

Biaya dan Peresmian

Makam ini dirancang dengan gaya arsitektur Art Deco oleh Giussepe Racina, arsitek Italia yang tinggal di Surabaya, Hindia Belanda pada awal abad ke-20.[4][7] Makam ini juga memiliki ruang bawah tanah yang memiliki relief wajah O.G. Khouw dan Jandanya, Lim Sha Nio.[4] Perusahaannya, Ai Marmi Italiani, adalah kontraktor pembangunan makam tersebut. Pembangunan Mausoleum tersebut memakan waktu hingga dua tahun. Ketika makam itu selesai dan diresmikan pada tanggal 4 September 1932, biayanya mencapai f 500.000 (sekitar US$ 250.000 pada saat itu; atau US$ 4,5 juta uang hari ini) hingga f 2.000.000 (atau Rp 3.000.000.000 hari ini).[4][6] Hal tersebut menyebabkan sensasi besar di kalangan pers kolonial Belanda dan Indonesia.[8][9] Salah satu komentator mencatat bahwa makam Khouw jauh lebih mahal dari makam miliarder pertama di Amerika Serikat, John D. Rockefeller.[10]

Peresmian Mausoleum dihadiri oleh 4000 orang, termasuk anggota dewan dari Volksraad dan perwakilan konsuler. Selain itu, warga kota Batavia juga berbondong-bondong untuk mengunjungi mausoleum karena sempat dibuka untuk umum dari tanggal 5 September - 2 Oktober 1932. Waktu kunjungan pada saat itu adalah mulai pukul 08:00-11:30.[4]

Kondisi saat ini

Tampak depan mausoleum dari kejauhan.

Setelah puluhan tahun terabaikan, Mausoleum O. G. Khouw menarik perhatian pecinta bangunan cagar budaya di Jakarta, yang berinisiatif untuk merawat dan menjaga situs bersejarah ini. Mausoleum ini juga menjadi pusat perhatian pengunjung dan peziarah TPU Petamburan karena letaknya di dekat gerbang masuk TPU Petamburan.[5]

Menurut survei yang dilakukan oleh Tim Ahli Cagar Budaya Pemprov DKI Jakarta, makam-makam yang ada disekitar mausoleum mulai muncul sejak 1970-an hingga 2022.[4]

Arsitektur

Makam dan batu nisan O.G. Khouw dan istrinya Lim Sha Nio

Mausoleum O.G. Khouw memilki gaya arsitektur Art Deco yang dirancang oleh arsitek asal Italia, Giussepe Racina yang pernah tinggal di Surabaya pada awal abad ke-20.[4][7] Mausolueum ini memiliki bentuk seperti kubah berwarna hitam, yang terbuat dari batu granit. Selain itu, terdapat patung pahatan dari bongkahan marmer besar yang didatangkan langsung dari Italia.[5][6]

Dahulu, Mausoleum ini memiliki sebuah pintu kayu jati bergagang kuningan yang menjadi pelindung akses masuk ke dalam makam. Namun, karena faktor waktu dan vandalisme, akhirnya pintu itu dicopot dan diganti jeruji besi.[4][11] Masuk ke dalam Mausoleum, tampak sebuah ruangan kecil yang melingkar dengan penerangan seadanya berdinding marmer. Di salah satu sisinya terpampang marmer berwajah O.G Khouw dan istrinya Lim Sha Nio.[4] Sayangnya, pasangan ini tidak memiliki keturunan, sehingga tidak ada yang menjaga keberlangsungan Mausoleum ini.[11]

Fakta lainnya

Lim Sha Nio (janda dari O.G. Khouw) wafat 20 tahun setelah kematian suaminya (tepatnya pada tahun 1957). Namun batu nisan dan relief wajah Lim Sha Nio di ruang bawah tanah mausoleum sudah disiapkan.[4]

Referensi

  1. ^ Isasca, Francesco Luigi (1991). "Les Italiens aux Indes Orientales Néerlandaises". Archipel. 42 (1): 33–37. doi:10.3406/arch.1991.2744. Diakses tanggal 17 January 2017. 
  2. ^ aegi, ed. (April 28, 2010). "Bersih-bersih di Musoleum OG Khouw". Kompas.com. Kompas. Diakses tanggal 17 January 2017. 
  3. ^ "Melihat dari Dekat Mausoleum O.G Khouw - KOMPASIANA.com". KOMPASIANA. April 24, 2011. Diakses tanggal 17 January 2017. 
  4. ^ a b c d e f g h i j k l MATI DI SWISS DIKUBUR DI PETAMBURAN, diakses tanggal 2022-09-13 
  5. ^ a b c "Ada di Jakarta, Ini Dia Mausoleum Terbesar di Asia Tenggara!". suara.com. 2018-02-27. Diakses tanggal 2022-11-25. 
  6. ^ a b c "Bangunan Peneduh Makam Ini Seharga Rp 3 Miliar, Lokasinya di TPU Petamburan, Jakarta Barat". Tribunnews.com. Diakses tanggal 2022-11-25. 
  7. ^ a b "EEN MAUSOLEUM VAN EEN HALF MILLIOEN — is geplaatst op de begraafplaats „Laanhof" te Batavia, voor rekening van de familie O. G. Khouw, ontworpen door den heer G. Racina en uitgevoerd door de Ai Marmi Italiani te Soerabaja." Leeuwarder courant. D.R. Smeding en M. Koon. 15 October 1932. Diakses tanggal 26 July 2017. 
  8. ^ "Het praalgraf van de Chineesche familie Khouw te Batavia - Windhoos te Deventer - Zweedsch stoomschip in brand". Delftsche courant. J.H. Molenbroek. 12 October 1932. Diakses tanggal 26 July 2017. 
  9. ^ "Het Mausoleum der Familie Khouw". Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indië. NV Mij tot Expl. van Dagbladen. 12 September 1932. Diakses tanggal 26 July 2017. 
  10. ^ Nieuws Tour Indonesië (April 29, 2014). "Serene rust op begraafplaats Petamburan". IndonesieNU. Nieuws Tour Indonesië. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-08-07. Diakses tanggal 17 January 2017. 
  11. ^ a b Kusumo, Rizky. "Bukti Cinta di Balik Kemegahan Mausoleum OG Khouw Petamburan". www.goodnewsfromindonesia.id. Diakses tanggal 2022-11-25. 
Kembali kehalaman sebelumnya