Share to:

 

Museum Istana (Siak) Asserayah El Hasyimiah

Museum Istana (Siak) Asserayah El Hasyimiah adalah museum khusus yang menempati kompleks istana yang merupakan peninggalan Kesultanan Siak Sri Indrapura di Riau. Museum ini didirikan oleh Sultan Siak ke-11, Sultan Assyaidis Syarif Hasyim Abdul Jalil Syaifuddin pada tahun 1889. Nama istana yang dijadikan museum adalah Istana Asserayah El Hasyimiah Pembangunan istana mempekerjakan arsitek Jerman. Museum ini memadukan gaya arsitektur Eropa, India, Arab, dan Melayu. Kepemilikan dan pengelolaan Museum Istana (Siak) Asserayah El Hasyimiah diserahkan kepada Dinas Pariwisata Kabupaten Siak.[1] Jenis koleksi Museum Istana (Siak) Asserayah El Hasyimiah terdiri dari simbol-simbol Kesultanan Siak, peninggalan teknologi, benda-benda keramik dan benda seni rupa. Sedangkan koleksi unggulan museum ini adalah bangunan Istana Siak.[1]

Pendiri

Museum Istana (Siak) Asserayah El Hasyimiah adalah bangunan peninggalan Kesultanan Siak Sri lndrapura. Museum berupa Istana Siak ini dibangun oleh Sultan Siak ke-11, Sultan Assyaidis Syarif Hasyim Abdul Jalil Syaifuddin pada tahun 1889 M. Nama istana yang dibangun adalah lstana Asserayyah Hasyimiah. Di kalangan masyarakat, istana ini dijuluki sebagai Istana Matahari Timur.[2] Museum Istana (Siak) Asserayah El Hasyimiah dengan Istana Siak sebagai lokasinya, merupakan bentuk pembuktian sejarah tentang kejayaan Kerajaan Melayu Islam yang terbesar di kawasan Riau, yaitu Kesultanan Siak.[3]

Desain

Kompleks Istana Siak Indrapura memiliki luas sekitar 32 kilometer persegi dan terdiri dari empat istana yaitu Istana Siak, Istana Baroe, Istana Padjang, dan Istana Lima.[4] Bangunan Museum Istana (Siak) Asserayah El Hasyimiah yaitu Istana Siak. Istana ini terdiri memiliki dua lantai. Lantai dasar memiliki lima ruangan besar. yaitu ruangan depan, dua ruangan kursi gading, ruangan persidangan kerajaan, ruangan upacara adat dan ruangan belakang. Ruangan depan adalah ruang tunggu para tamu, Bagian dalam ruangan depan merupakan ruangan kursi gading. Ruangan kursi gading diberi kain gorden berwarna hijau lumut. Tamu laki-laki dan perempuan dipisahkan ke dua ruangan kursi gading. Ruangan di bagian kanan merupakan ruang persidangan kerajaan sekaligus sebagai ruang pesta. Sedangkan ruangan di bagian kiri merupakan tempat peaksanaan upacara adat Kerajaan Melayu yang digunakan pada kegiatan pelantikan, perwakilan, upacara penghormatan terhadap Duli dan upacara hari raya keagamaan. Ruangan belakang merupakan sebuah ruangan persiapan kebutuhan perjamuan makan untuk para tamu dan raja-raja serta pembesar kerajaan. Pada ruang belakang ini ada pelataran berbentuk huruf T dengan panjang 500 meter yang digunakan untuk perjamuan makan bagi masyarakat umum. Tangga untuk naik ke lantai atas terletak di ruangan belakang. Tangga ini terbuat dari besi dan berbentuk spiral. Tangga ini dibuat oleh arsitek berkebangsaan Jerman. Pada lantai atas terdapat empat ruangan berbentuk kamar dan dua ruangan berbentuk aula. Ruangan-ruangan ini digunakan sebagai tempat istirahat bagi para tamu kerajaan. Bagian depan dari lantai atas merupakan tempat peranginan. Bagian ini berhadapan dengan taman bunga Panca Wisada dan Sungai Siak.[3]

Di dekat pintu gerbang Istana dipajang sepasang patung burung elang dengan posisi menyambar mangsa dengan mata yang menatap tajam. Patung burung elang ini terbuat dari bahan perunggu. Di puncak patung burung elang terdapat empat buah pilar istana. Burung elang adalah pertanda kebesaran, keberanian, dan kemegahan yang dimiliki oleh Kesultanan Siak pada masa kejayaannya. Selain itu, keindahan Istana Siak juga dapat dilihat pada permukaan dinding-dingin istana yang dilapisi oleh keramik. Selain itu, terdapat banyak ruangan di dalam Istana yang diisi oleh berbagai koleksi benda peninggalan Kesultanan Siak.[3] Bangunan Istana Siak memadukan gaya arsitektur Melayu, Timur Tengah, dan Eropa. Luasnya sekitar 1 kilometer persegi. Keramik yang melapisi seluruh permukaan dinding istana berasal dari Perancis. Di bagian puncak istana juga terdapat enam patung burung elang. Patung-patung ini dimaknai sebagai sikap pemberani oleh pihak Istana Siak. Sedangkan di bagian halaman istana tersebar delapan buah meriam yang pada masa lalu digunakan sebagai alat pertahanan. Di Istana Siak juga terdapat sebah bangunan kecil di sisi kiri bagian belakang istana yang digunakan sebagai sebuah penjara sementara di masa lalu.[4]

Kesultanan Siak mengalami kemajuan di bidang ekonomi pada masa pemerintahan Sultan Assyaidis Syarif Hasyim. Sehingga pada masa pemerintahannya, ia berkesempatan untuk mengunjungi Jerman dan Belanda di Eropa. Oleh karenanya, pembangunan Istana Siak mempekerjakan seorang arsitek berkebangsaan Jerman, karena keinginannya untuk menggabungkan arsitektur Eropa, India, Arab, dan Melayu.[5]

Koleksi

Jenis koleksi Museum Istana (Siak) Asserayah El Hasyimiah terdiri dari simbol-simbol Kesultanan Siak, peninggalan teknologi, benda-benda berbahan keramik dan benda seni rupa.[1] Koleksi Museum lstana Siak antara lain berupa berbagai cenderamata yang diberikan oleh para tamu yang berasal dari berbagai kerajaan yang semasa dengan pemerintahan Sultan Siak yang ke-11 dan yang ke-12. Foto keluarga Kesultanan Siak juga menjadi koleksi utama. Selain itu, terdapat senjata dan benda-benda kerajaan berupa tombak, keris, meriam, cermin mustika, kursi, lampu kristal, keramik dari Tiongkok dan Eropa, piring, gelas, sendok, dan patung pualam Sultan dengan mata yang terbuat dari berlian.[6]

Museum Istana (Siak) Asserayah El Hasyimiah juga mengoleksi barang-barang pribadi milik Sultan Siak beserta perlambangan kesultanan Siak, seperti mahkota dan singgasana. Mahkota kerajaan dibuat pada masa pemerintahan Sultan Siak ke-10, yaitu Sultan Syarif Kasim, Mahkota ini dilapisi oleh emas dan dihiasi oleh permata. Mahkota yang ada di Museum Istana (Siak) Asserayah El Hasyimiah merupakan mahkota tiruan, sedangkan mahkota yang asli disimpan di Museum Nasional Jakarta. Sedangkan singgasana raja merupakan sebuah kursi berwarna keemasan yang dipenuhi oleh ukiran indah dari bahan dasar kuningan dan berlapis emas. Selanjutnya, terdapat koleksi bendera Kesultanan Siak. Warna bendera ini adalah kuning keemasan dengan gambar kepala naga berada di di tengah dan di dibagian atas terdapat kaligrafi yang bertuliskan kata Allah dan Muhammad.[7]

Selain itu, Museum Istana (Siak) Asserayah El Hasyimiah juga menyimpan berbagai artefak milik pribadi dari Sultan Siak yang dibeli dari berbagai negara. Artefak ini berupa meja marmer tembus pandang dari Italia, meja marmer biru dari Turki, peralatan makan dari Eropa dengan lambang Kesultanan Siak, serta mangkuk porselen penawar racun dari Tiongkok. Museum Istana (Siak) Asserayah El Hasyimiah juga mengoleksi sebuah alat pemutar musik yang berasal dari Jerman. Pemutar musik inidibuat pada tahun 1890-an dan hanya terdapat dua buah. Satu disimpan di Jerman dan yang satunya dimiliki oleh Kerajaan Siak. Alat pemutar musik ini memiliki ukuran 1×1×3 meter dan termasuk jenis fonograf dengan piringan hitam berbentuk lempengan baja yang berdiameter 1 meter. Bagian bawah pemutar musik ini berisi lempengan baja dengan titik-titik timbul.[7]

Referensi

  1. ^ a b c Rusmiyati, dkk. (2018). Katalog Museum Indonesia Jilid I (PDF). Jakarta: Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman. ISBN 978-979-8250-67-5. 
  2. ^ Sekretariat Direktorat Jenderal Kebudayaan 2012, hlm. 673.
  3. ^ a b c HTMLmate. "Istana Siak (Asserayah Hasyimiah) | Pesona Siak - The Official Guide of Siak Regency". pesonasiak.id. Diakses tanggal 2020-06-20. 
  4. ^ a b Elsara, Deasy (2012-10-15). "Sepenggal sejarah Melayu Islam di Istana Siak". Wego Indonesia Travel Blog. Diakses tanggal 2020-06-20. 
  5. ^ Sekretariat Direktorat Jenderal Kebudayaan 2012, hlm. 673-674.
  6. ^ Sekretariat Direktorat Jenderal Kebudayaan 2012, hlm. 674-675.
  7. ^ a b "Istana Siak". Situs Resmi Pemerintah Kab. Siak. 2015-08-26. Diakses tanggal 2020-06-20. 

Daftar pustaka

Kembali kehalaman sebelumnya