Ni Luh Djelantik
Kehidupan awalDjelantik berasal dari Desa Kalianget, Kecamatan Seririt, Buleleng dari keluarga yang sederhana. Kedua orangtuanya bercerai sejak Djelantik berusia satu tahun. Dibesarkan seorang diri oleh sang ibu, Djelantik kerap menemani ibunya berdagang di pasar. Sayangnya, karena kekurangan biaya, Djelantik kecil hampir tak pernah mendapatkan sepatu baru. Sepatu yang dimilikinya selalu terlalu besar dan tak pernah muat di kakinya. Sepatu tersebut baru terasa pas saat kondisinya sudah rusak dan berlubang. Sejak itulah alas kaki selalu menjadi perhatian Djelantik. Djelantik mengenyam pendidikan di SD 3.4.7 Banjar Jawa (1982–1988), SMP Negeri 1 Singaraja (1988–1991), dan SMA Negeri 1 Singaraja (1991–1994). Pada 1994, Djelantik kemudian menempuh pendidikan di Universitas Gunadarma sambil bekerja. KarierSelesai berkuliah pada 1999,[4] Djelantik kembali ke Bali dan bekerja di perusahaan busana milik Paul Ropp, seorang berkebangsaan Amerika Serikat. Dipercaya menduduki posisi direktur marketing pada tahun 2012, penjualan perusahaan tersebut naik hingga -430% dan membuka sepuluh butik baru di beberapa lokasi. Keberhasilan tersebut membawanya terbang New York. Sayangnya, Djelantik jatuh sakit yang membuatnya tak dapat bepergian selama enam bulan. Akhirnya Djelantik pun memutuskan pulang ke Bali. Meski berada di Indonesia, Djelantik mencoba peruntungan dengan menjalin kerja sama bersama Cedric Cador, pria yang kemudian menjadi suaminya. Cedric kerap menjual barang-barang Indonesia di Eropa. Dari kerja sama ini, lahirlah label Nilou, di mana proses pengerjaan sepatu di bawah label ini benar-benar mendapatkan pengawasan ketat dari Djelantik. Untuk menjaga kualitas sekaligus memastikan agar sepatu yang dihasilkan nyaman untuk dipakai, semua proses pengerjaan dilakukan secara konvensional menggunakan tangan. Koleksi pertama Nilou akhirnya dikenal di Prancis dan belahan dunia lainnya. Pesanan pun datang hingga 4.000 pasang, dimana sejumlah pesohor Hollywood papan atas seperti Uma Thurman, supermodel Gisele Bundchen, Tara Reid, juga Robyn Gibson merupakan penggemar fanatik sepatu Nilou. Pada pertengahan 2007, Djelantik mendapatkan tawaran dari agen Australia dan Prancis untuk melebarkan sayap dengan memproduksisepatu-sepatu di bawah labelnya secara massal. Rencananya, produksi tersebut akan dilakukan di Tiongkok. Djelantik menolak tawaran tersebut. Keputusan ini justru menjadi bumerang, karena tanpa sepengetahuannya, para penawar tersebut telah mematenkan Nilou dan tetap memproduksi secara massal produk-produk Nilou di Hongkong. Imbas dari hilangnya kesempatan itu, Djelantik melahirkan karya baru dengan Niluh Djelantik yang dipatenkan pada tahun 2008. Djelantik adalah pemilik merk dagang sepatu Niluh Djelantik. Sebelum serius menekuni di bidang rancang sepatu, Djelantik meraih penghargaan Best Fashion Brand & Designer dari The Yak Awards 2010. Kecintaannya pada sepatu menuntunnya menekuni bisnis sepatu yang kini telah dikenal dunia. Tak hanya memenangi penghargaan, label ini juga telah menembus Globus Switzerland, salah satu retailer terkemuka pada tahun 2011. Pencapaian tersebut berlanjut pada tahun 2012, di mana Djelantik kemudian berkesempatan menjalin kerja sama dengan retailer dari Rusia. FilmografiFilm
Galeri fotoSejarah elektoral
Rujukan
|