Share to:

 

Operasi K

Operation K (K作戦, Kē-Sakusen) merupakan serangan kedua yang dilancarkan Kekaisaran Jepang ke Pearl Harbor pada 4 Maret 1942.

Operasi K ini digelar Jepang untuk menghambat upaya Amerika Serikat melakukan penyelamatan kapal-kapal perangnya yang rusak akibat serangan pertama. Selain itu, dengan Operasi K ini, Jepang ingin menghancurkan fasilitas penampungan bahan bakar militer Amerika Serikat yang lolos dari serangan pertama pada Desember 1941. Untuk menjalankan misi ini Jepang menggunakan pesawat amfibi Kawanishi H8K karena pesawat itu mampu terbang dengan jarak cukup jauh, sehingga efektif untuk menjalankan misi yang diperkirakan berlangsung tak lebih dari 24 jam itu.

Rencana awal, Jepang ingin menggunakan lima pesawat yang akan terbang menuju French Frigate Shoals, atol terbesar di ujung barat laut Kepulauan Hawaii. Disana mereka akan mendarat di laut untuk pengisian bahan bakar yang akan dilakukan beberapa kapal selam yang sudah disediakan.

Selanjutnya mereka akan terbang ke Pearl Harbor untuk menjalankan misi. Serangan akan dilanjutkan jika misi pertama berhasil. Namun, pada saat misi harus digelar hanya dua pesawat H8K yang tersedia. Pesawat pertama diterbangkan Letnan Hisao Hashizume, yang sekaligus merupakan komandan misi. Sedangkan pesawat kedua diterbangkan Shosuke Sasao. Mereka memulai misi dari Atol Wojte atau sekarang dikenal dengan nama Kepulauan Marshall.

Tiap pesawat dibekali empat bom yang masing-masing berbobot 250 kilogram dan mereka menemuh jarak 3.100 kilometer menuju ke French Frigate Shoal. Setelah tiba di tujuan dan mengisi ulang bahan bakar, keduanya terbang menuju Pearl Harbor yang berjarak 900 kilometer.

Salah satu misi kedua pesawat itu adalah menyerang galangan 10-10 tempat Amerika memperbaiki kapal-kapal perangnya yang rusak. Petinggi militer Jepang merencanakan pengeboman pertama akan dilakukan pada tengah malam. Namun, rencana menghancurkan galangan 10-10 gagal karena cuaca buruk di Pearl Harbor. Buruknya cuaca ini memicu serangkaian kesalahan dalam misi tersebut. Kapal selam Jepang I-23 yang seharusnya mengarahkan kedua pesawat amfibi itu ke sisi selatan Pulau Oahu malah hilang sejak 14 Februari.

Tak hanya itu, stasiun radar milik Amerika Serikat di sekitar Pearl Harbor menangkap kedatangan pesawat-pesawat Jepang itu di layar mereka. Para kru radar yang adalah para perempuan itu sudah bekerja keras selama 12 pekan sejak serangan Pearl Harbor dan mereka langsung merespon saat melihat pesawat musuh di layar radar. Otomatis, lampu-lampu sorot berkekuatan tinggi dinyalakan, pesawat tempur langsung diterbangkan, dan senjata-senjata anti-serangan udara langsung disiagakan.

Pada malam itu amat gelap karena bulan tak bersinar, ditambah lagi hujan yang turun rintik-rintik, pesawat-pesawat tempur Amerika Serikat tak bisa menjatuhkan kedua pesawat Jepang itu meski sudah dibantu radar.

Namun, tanpa dukungan dari kapal selamnya yang hilang, para pilot Jepang itu hanya bisa menggunakan lampu mercusuar di Kaena Point sebagai penunjuk arah. Komandan misi ini, Letnan Hisao Hashizume, memutuskan untuk memulai serangan dari sisi utara. Namun, buruknya peralatan komunikasi membuat pilot kedua Shosuke Sasao hanya memutari sisi utara Pulau Oahu.

Dalam cuaca buruk, Letnan Hashizume hanya mampu melihat sebagian dari daratan Pulau Oahu. Meski demikian dia terpaksa menjatuhkan empat bom di Puncak Tantalus pada pukul 02.00 waktu setempat. Keempat bom itu mendarat tak jauh dari Sekolah Menengah Roosevelt tetapi hanya mengakibatkan kerusakan ringan. Sasao kemudian menjatuhkan empat bom yang dibawa dalam pesawatnya ke laut tak jauh dari Pearl Harbor sebelum kembali terbang ke Atol Wotje. Sedangkan Hashizume yang pesawatnya mengalami kerusakan di bagian lambungnya terbang ke pangkalannya di Atol Jaluit.

Akhirnya, Operasi K tak lebih dari sebuah kegagalan total karena sejak awal sudah tak berjalan sesuai dengan rencana. Selain hanya dua dari lima pesawat yang bisa digunakan, elemen kejutan juga tak bisa dipertahankan dalam misi ini. Cuaca buruk juga memaksa para pilot Jepang menjatuhkan bom mereka tanpa melihat dengan jelas sasaran yang menjadi target.

Referensi

Daftar pustaka

  • Budnick, Rich (2005). Hawaii's Forgotten History: the good...the bad...the embarrassing. Aloha Press. ISBN 0-944081-04-5.
  • Horn, Steve (2005). The Second Attack on Pearl Harbor: Operation K and Other Japanese Attempts to Bomb America in World War II. Naval Institute Press. ISBN 1-59114-388-8.
  • Simpson, MacKinnon (2008). Hawaii Homefront: Life in the Islands during World War II. Bess Press. ISBN 978-1-57306-281-7.
Kembali kehalaman sebelumnya