Otto Liman von Sanders
Otto Viktor Karl Liman von Sanders (17 Februari 1855 – 22 Agustus 1929) adalah seorang jenderal Jerman yang mengabdi sebagai penasihat dan pemimpin militer pada Kesultanan Utsmaniyah selama Perang Dunia I. Pada tahun 1918 ia memimpin pasukan Utsmaniyah dalam Kampanye Sinai dan Palestina.[1] Kehidupan awal dan karierOtto Liman dilahirkan di Stolp (sekarang Słupsk) di Provinsi Pomerania di Kerajaan Prussia. Ia adalah anak dari Carl Leonhard Liman dan istrinya Emma (née Michaelis). Carl Liman adalah seorang pebisnis yang berhasil. Ia membeli hak menjadi tuan puri (Rittergut) Schwessin. Meskipun tersedia catatan lain mengenai keturunan dari sisi ayah Carl Liman, pada umumnya disepakati bahwa ayahnya (kakek Otto) lahir dari orang tua Yahudi (dengan marga Liepmann) lalu kemudian dibaptis menjadi orang Kristen.[2] Setelah mendapatkan gelar diploma (Abitur) dari sekolahnya, yaitu Friedrich Wilhelm Gymnasium di Berlin, Otto Liman menjadi tentara pada tanggal 13 March 1874 sebagai Fahnenjunker di Leibgarde-Infanterie-Regiment (1. Grossherzoglich Hessisches) Nr. 115. Sejak tahun 1878 sampai dengan tahun 1881 ia dididik di Akademi Militer (Kriegsakademie) di Berlin, kemudian ditransfer ke Garde-Dragoner-Regiment (1. Grossherzoglich Hessisches) Nr. 23. Pada tahun 1885 ia dipromosi menjadi Oberleutnant, dan pada tahun 1887 ia diperbantukan pada Staf Jenderal Jerman. Ia dipromosikan menjadi Hauptmann pada tahun 1889, lalu ia ditunjuk menjadi komandan squadron (Eskadronschef) pada tahun 1891. Pada tahun 1900 ia diberi komando Husaren-Regiment "Graf Goetzen" (2. Schlesisches) Nr. 6, mulanya sebagai Major, lalu sejak tahun 1904 sebagai Oberst. Ia dipromosikan sebagai Generalmajor pada tahun 1908 dan diberi komando Divisi ke-22, yang ditempatkan di Kassel.[3] Ia mencapai pangkat Generalleutnant pada tahun 1911.[3] Pada 16 June 1913, dalam rangka perayaan hari peringatan ke-25 Kaiser Wilhelm II, Liman dijadikan bangsawan. Ia memilih nama keluarga almarhumah istri pertamanya, Amelie von Sanders (1858–1906), sebagai nama keluarga bangsawannya. Ia kemudian dikenal sebagai Otto Liman von Sanders. Sesuai peraturan nomenklatur Jerman, nama belakangnya diringkas dengan tepat sebagai "Liman" (bukan "von Sanders" atau "Sanders", yang pada umumnya terjadi di publikasi berbahasa Inggris).[4] Misi Militer Jerman pada Kesultanan Utsmaniyah dan Perang Dunia IPada tahun 1913, seperti beberapa jenderal Prussian sebelum dirinya (seperti Moltke dan Goltz), Liman ditunjuk sebagai kepala misi Jerman pada Kesultanan Utsmaniyah.[1] Selama hampir delapan tahun, Kesultanan Utsmaniyah mencoba memodernisasi pasukannya mengikuti bentuk Eropa. Liman von Sanders akan menjadi orang Jerman terakhir yang mencoba melakukan tugas ini.[5] Pada tanggal 30 Juli 1914, dua hari setelah meletusnya perang di Eropa, para pemimpin Utsmaniyah bersepakat untuk membentuk persekutuan dengan Jerman melawan Russia, meskipun persekutuan tersebut tidak mengharuskan mereka mengambil langkah militer, pada tanggal 31 Oktober 1914 Kesultanan Utsmaniyah secara resmi memasuki peperangan di pihak Blok Sentral. Inggris dan Perancis menyatakan perang pada Kesultanan pada tanggal 5 November, sedangkan Kesultanan Utsmaniyah mendeklarasikan jihad di akhir bulan tersebut. Panggilan jihad tersebut gagal karena banyak nasionalis Arab bersekutu dengan Inggris (dan kemudian menyebabkan Pemberontakan Arab). GallipoliUsulan pertama untuk menyerang Kesultanan Utsmaniyah diajukan pada bulan November 1914 oleh Menteri Kehakiman Perancis Aristide Briand dan ditolak. Di bulan yang sama, Winston Churchill, First Lord of the Admiralty, mengusulkan serangan di Selat Dardanelles, usulan ini didasarkan atas laporan yang salah tentang kekuatan pasukan Utsmaniyah. Sebuah usaha untuk menerobos Selat Dardanelles dari laut gagal pada tanggal 18 Maret 1915, kegagalan ini disebabkan adanya tembakan dari benteng-benteng Utsmaniyah di kedua sisi selat tersebut. Pasukan sekutu kemudian merencanakan serangan amfibi untuk merebut benteng-benteng tersebut dan mengosongkan Selat Dardanelles, hal ini kemudian menghasilkan Pertempuran Gallipoli. Liman hanya mendapatkan waktu sedikit untuk mengorganisasi organize pertahanannya, tetapi ia punya dua keunggulan.Yang pertama, Angkatan Darat ke-5 Utsmaniyah di semenanjung Gallipoli adalah pasukan terbaik yang mereka miliki, dengan sebanyak 84.000 tentara dengan perlengkapan terbaik dalam enam divisi. Kedua, ia tertolong buruknya kepemimpinan Blok Sekutu. Pada tanggal 23 April 1915, pihak Inggris mendaratkan sebuah pasukan besar di Tanjung Helles. Keputusannya menarik mundur barisan pertahanan pantai yang kuat yang telah dipersiapkan para komandan Turki setempat lalu mengelompokan mereka lebih ke dalam daratan untuk mempersiapkan diri akan serangan Sekutu hampir saja membuat pihak Sekutu menang cepat. Ia juga yakin bahwa penaratan pihak Sekutu akan dilaksanakan di Teluk Saros dan terlalu lama tidak percaya bahwa pendaratan di Arıburnu adalah serangan utama Sekutu, bukan hanya tipuan. Ia tidak mengerahkan pasukan utamanya di hari pendaratan pertama yang kritis .[6] Salah satu keputusan terbaik Liman pada saat itu adalah mempromosikan Mustafa Kemal (yang kemudian dikenal sebagai Atatürk) sebagai komandan divis ke-19. Divisi Kemal berperan penting dalam pertahanan Utsmaniyah. Pasukannya bergerak di hari pendaratan dan menempati barisan bukit di atas lokasi pendaratan pasukan ANZAC, tepat pada saat pasukan ANZAC bergerak mendaki lereng tersebut. Kemal menyadari bahaya yang ada pada gerakan lawan saat itu dan ia sendiri memastikan pasukannya mempertahankan lereng tersebut. Mereka berhasil bertahan meskipun diserang secara terus menerus sepanjang lima bulan. Dari bulan April sampai November 1915 (ketika keputusan untuk evakuasi diambil), Liman harus berperang melawan rentetan serangan terhadap posisi bertahannya. Pasukan Inggris mencoba melakukan pendaratan lain di Teluk Suvla, akan tetapi usaha ini juga dihalau pasukan Utsmaniyah. Satu-satunya keunggulan yang dicapai pasukan Inggris di pertempuran ini adalah ketika mereka berhasil meninggalkan posisi mereka tanpa banyak korban. Namun, pertempuran ini adalah kemenangan besar bagi pasukan Utsmaniyag, dan kepemimpinan Liman von Sanders pun mendapatkan porsi pujian. Pada awal 1915, kepala misi militer Jerman pada Kesultanan Utsmaniyah sebelumnya, Baron von der Goltz, tiba di Istanbul sebagai penasehat militer untuk Sultan, Mehmed V (yang sebetulnya tidak memiliki kekuatan apa-apa). Baron tua tersebut tidak akur dengan Liman von Sanders serta tidak menyukai ketiga Pasha (Enver Pasha, Djemal Pasha and Talat Pasha) yang mengelola Kesultanan Utsmaniyah selama peperangan. Baron tersebut mengusulkan beberapa serangan besar terhadap Inggris, tapi usulan-usulan ini tidak pernah terjadi karena mereka dihadapkan pada serangan Blok Sekutu di tiga front (front Selat Dardanelles, Front pegunungan Caucasus, dan Front Mesopotamian yang baru terbuka). Liman terbebaskan dari gangguan Baron tua tersebut ketika Enver Pasha mengutusnya melawan Inggris di front Mesopotamia pada bulan Oktober 1915 (Goltz gugur di sana enam bulan kemudian, tepat sebelum pasukan Inggris di pengepungan Kut menyerah). Sinai dan PalestinaPada tahun 1918, tahun terakhir perang tersebut, Liman von Sanders mengambil alih komando pasukan Utsmaniyah dalam kampanye Sinai dan Palestina, menggantikan Jenderal Jerman, Erich von Falkenhayn, yang dikalahkan Jenderal Allenby dari Inggris di akhir tahun 1917. Liman terhambat karena menurunnya kekuatan pasukan Utsmaniyah. Pasukannya tidak bisa melakukan hal selain menempati posisi bertahan dan menunggu pasukan Inggris menyerang. Serangan yang dinanti masih akan datang cukup lama kemudian, tetapi ketika Jenderal Allenby akhirnya mengerahkan pasukannya, seluruh pasukan Utsmaniyah dihancurkan dalam waktu seminggu (lihat Pertempuran Megiddo). Ketika melarikan diri, Liman hampir ditangkap pasukan Inggris. Kehidupan akhirSetelah perang berhenti, ia ditangkap di Malta pada bulan February 1919 dengan tuduhan melakukan kejahatan perang, akan tetapi ia dibebaskan enam bulan kemudian. Ia berhenti dari ketentaraan Jerman pada tahun itu. Pada tahun 1927 ia menerbitkan sebuah buku yang ditulisnya ketika ditahan di Malta tentang pengalamannya sebelum dan ketika Perang Dunia I (tersedia terjemahan dalam Bahasa Inggris untuk buku ini[7]). Ia meninggal di Munich pada tanggal 22 Agustus 1929 di umur tujuh puluh empat.[1] Lihat juga
Referensi
Bacaan selanjutnya
Pranala luar
|