P.E. de Josselin de Jong
Patrick Edward de Josselin de Jong (8 Juli 1922–1 Januari 1999) adalah seorang profesor antropologi budaya di Universitas Leiden selama lebih dari 30 tahun, dan juga menjabat sebagai ketua jurusan dari tahun 1957 hingga 1987. Spesialisasi dari penelitiannya ialah kaum atau etnis Minangkabau di Sumatera Barat.[1] Patrick dianggap sebagai seorang antropolog terkemuka dalam bidang tradisi atau budaya yang ditetapkan oleh Universitas Leiden di mana ia merupakan ketua Antropologi Budaya, dan juga mewarisi keterampilan antropologis dari pamannya yang sebelumnya juga terkenal, yakninya JPB de Josselin de Jong, dengan minat penelitianya yang berpusat di Indonesia. Ia juga seorang ahli tentang kawasan, khususnya di Indonesia Barat dengan strukturalisme sebagai subjek yang diminatinya. Ilmu Antropologi struktural tersebut berasal dari Universitas Leiden pada tahun 1920-an dan 1930-an.[2] Ia menghasilkan 208 judul hasil penelitian, termasuk cetak ulang dan terjemahan. Ia diberi tanda kehormatan sebagai "Ridder in de Orde van de Nederlandse Leeuw" pada April 1986 oleh Royal Dutch Academy of Sciences. Dia juga diberi penghargaan sebagai "Verzetsherdenkingskruis" atas kegiatan penelitiannya pada masa panjajahan kolonial. Dia pensiun pada tahun 1987 sebagai profesor antropologi budaya dan kemudian menjadi profesor emeritus setelahnya. Dia merasa terhormat dalam acara simposium perpisahan, di mana dia memberikan kuliah penutup berjudul "The Sacred Ruler in Indonesia" dalam bahasa Belanda.[3] Kehidupan awalPatrick lahir di Beijing pada tahun 1922.[4] Ayahnya (orang Belanda) merupakan mantan perwira angkatan laut dan diplomat luar negri. Ibunya merupakan orang Skotlandia. Patrick dan ibunya pindah ke Belanda ketika ia berusia enam tahun pada tahun 1928.[4] Ia melanjutkan pendidikan menengahnya di Stedelijk Gymnasium Leiden. Di bawah pengaruh ayahnya, Ia kemudian mendaftar kursus Bahasa Indonesia di Universitas Leiden pada tahun 1940 untuk mempersiapkan karier sebagai ahli bahasa bersama dengan pegawai negeri Hindia Belanda.[5] Dia adalah keponakan antropolog struktural JPB de Josselin de Jong yang menciptakan konsep bidang studi etnologi pada kuliah umumnya yang kedua pada tahun 1935. Konsep Leiden yang ditetapkan oleh JPB ialah konsep studi lapangan etnologi yang fokusnya pada struktur masyarakat Indonesia. Peneliti selanjutnya kemudian meneruskan dan memperluas jalur penelitian ini (strukturalisme komparatif). Patrick dan JPB sering menghadiri pertemuan malam dari perhimpunan mahasiswa W.D.O. Peter Suzuki adalah asistennya. Patrick menempati kamar pamannya di Universitas. JPB juga memberi Patrick toga pribadinya atau jubah profesional. JPB telah menggunakan jubah tersebut pada saat memberikan gelar doktor kepada murid-muridnya di 20 kali periode.[6] Selama Perang Dunia Kedua, Patrick merupakan anggota Kolonial Belanda. KarierPatrick memulai pekerjaan pertamanya pada tahun 1949 di National Museum of Ethnology di Leiden sebagai asisten kurator . Dia bekerja di Departemen Islam tepatnya pada bagian yang mempelajari orang-orang Muslim, terutama mereka yang tinggal di Indonesia. Dia meninggalkan posisi ini pada tahun 1953 dan kemudian menjabatan sebagai dosen di Singapura.[7] Dari tahun 1957, Patrick Edward de Josselin de Jong terlibat dalam pengajaran dua mata pelajaran utama di Universitas Leiden: antropologi budaya secara umum, dan antropologi budaya Asia Tenggara dan Laut Selatan secara khusus.[8] Patrick berbeda dari pamannya yang juga seorang mentor, JPB, perbedaan tersebut terdapat dalam dua aspek utama yaitu: "pertama pandangannya jauh lebih kognitif (menekankan prinsip-prinsip ide), dan kedua, pandangannya adalah transformasional".[9] Pada Januari 1957, Patrick diangkat menjadi profesor antropologi budaya di Universitas Leiden, pamannya pensiun pada September 1956. Dia adalah kepala departemen sampai 1987.[6][10] Setelah pengangkatannya sebagai profesor, Patrick lebih suka menyebut sekolah Leiden sebagai "Leidse richting "tenor [way] Leiden") yang ia anggap hal tersebut sesuai untuk studi komparatif dan struktural yang dikenal dengan pendekatan tradisi Leiden pada bidang studi antropologi tidak hanya untuk Indonesia.[2] Pekerjaan Patrick di universitas Leiden terbagi dalam tiga periode pada studi antropologi budaya. Periode pertama melibatkan PJ Veth, GA Wilken, JJM de Groot, dan AW Nieuwenhuis. JPB Josselin de Jong dan WH Rassers masuk di periode kedua (dari tahun 1920 dan seterusnya). Periode ketiga dimulai dengan penunjukan PE de Josselin de Jong. Dalam kuliah perdananya tahun 1957, Patrick menyebut periode pertama merupakan titik balik dalam sejarah penelitian di universitas ini.[11] Sementara itu, periode kedua dipengaruhi oleh karya Emile Durkheim dan Marcel Mauss, serta Franz Boas dan RH Lowie, dan periode ketiga berada di bawah pengaruh Claude Lévi-Strauss (dari 1949 dan seterusnya). Daftar judul bukunya sebanyak 208 judul (termasuk cetak ulang dan terjemahan), sembilan buku, dan karya yang diedit, tujuh buku dalam bahasa Inggris, satu buku dalam bahasa Belanda dan satu buku dalam bahasa Indonesia. Dia menerbitkan 55 ulasan bacaan, 136 artikel, 3 komentar atau pendapat, dan juga menulis artikel lainnya, termasuk 111 artikel yang kurang substansial, terjemahan, dan cetak ulang. Dia mengklasifikasikan publikasinya ke dalam regional dan non-regional (Asia Tenggara), karya ilmiah populer dan ilmiah murni.[8] PemikirannyaPrinsip-prinsip yang diadopsi oleh Patrick diklasifikasikan empat elemen yaitu, Kekerabatan, Insuler Asia Tenggara, Mitos Politik dan antropologi budaya, yang tidak dianggap "saling eksklusif" tetapi tumpang tindih.[12] Gingrich dan Fox (2002) menyatakan bahwa JPB mengidentifikasi empat elemen yang membentuk inti struktural dalam bidang studi etnologi, termasuk sirkulasi connubium, unilineality ganda, klasifikasi simbolik ganda, dan ketahanan dari pengaruh budaya asing.[13] Dalam kariernya yang panjang dan terkenal, Patrick de Josselin de Jong melanjutkan antropologi struktural pendahulunya, menyegarkannya dengan gagasan Levi-Strauss tentang transformasi struktural dalam Fields of Anthropological Study. Kontribusi kariernya yang singkat dipuji dengan istilah "kelanjutan dan inovasi," yang diakui oleh rekan seniornya GW Locher yang menyatakan bahwa "ia adalah seorang yang kritis dan kreatif serta seorang penerus yang independen yang mewarisi tradisi Leiden”.[14] OrganisasiPada 22 Mei 1947, ia memberikan pidato pertamanya di Ethnology Society WDO.[15] Pada Januari 1961, ia diangkat menjadi anggota kehormatan Royal Asiatic Society. Dia adalah Anggota Kehormatan dari Institut Antropologi Kerajaan Inggris Raya dan Irlandia (RAI), dan anggota Akademi Seni dan Ilmu Pengetahuan Kerajaan Belanda sejak 1974.[16] Kehidupan pribadiIa menerima gelar ksatria di Ordo Singa Belanda pada tahun 1986. De Josselin de Jong meninggal di Oegstgeest, Belanda pada tahun 1999. Karya
Referensi
Bacaan lanjutan
|