Patung sembahan MikhaPatung sembahan Mikha adalah suatu naratif mengenai patung berhala yang dibuat oleh Mikha orang Efraim, seorang laki-laki yang hidup pada zaman hakim-hakim (sekitar abad ke-14 SM) setelah orang Israel yang keluar dari Mesir menempati tanah Kanaan dan sebelum munculnya Kerajaan Israel. Riwayatnya dicatat dalam Kitab Hakim-hakim, terutama pasal 17 dan 18 di Alkitab Ibrani dan Perjanjian Lama di Alkitab Kristen. Ceritanya juga berkaitan dengan penyerangan suku Dan terhadap kota Dan yang dahulunya bernama Lais, serta pendirian tempat ibadah di kota itu.[1] Catatan AlkitabDalam Kitab Hakim-hakim pasal 17 dikisahkan bahwa ada seorang bernama Mikha yang tinggal di pegunungan Efraim mencuri 1100 uang perak dari ibunya. Ketika mendengar ibunya mengutuk karena hal itu, ia mengaku bahwa uang itu diambilnya, lalu ia mengembalikan kepada ibunya. Mengetahui hal itu, ibunya bermaksud menguduskan uang itu untuk Allah (YHWH) dengan membuat patung berhala dari perak. Ibunya memberikan 200 uang perak kepada tukang perak untuk membuat patung tersebut, yang kemudian ditempatkan dalam kuil milik Mikha. Kemudian Mikha membuat efod dan terafim, serta mengangkat salah satu anak laki-lakinya menjadi imam. Seorang Lewi muda yang berasal dari kota Betlehem di wilayah suku Yehuda, tinggal menetap di dekat tempat Mikah sebagai orang asing. Ketika berkunjung ke rumah Mikha, ia diminta oleh Mikha menjadi imam untuk kuilnya dengan upah 10 uang perak setahun, pakaian, dan makanan. Orang Lewi itu bersedia menjadi imam untuk kuil Mikha. Suku Dan yang saat itu belum mempunyai tanah milik (karena kalah kuat dengan suku-suku Kanaan yang menempatinya) mengirim 5 orang pahlawan dari Zora dan Esytaol, untuk mengintai tanah lain. Sejumlah pakar berpendapat bahwa suku Dan sebenarnya merupakan "orang-orang laut" ("Sea People"), sehingga mereka "tinggal dekat kapal-kapal?"[2] dalam nyanyian Debora (Hakim-hakim 5), dan tidak mempunyai tanah di Israel sebagai milik warisan,[3][4] meskipun pakar lain berargumen bahwa suku Dan pindah dari tanah warisan mereka karena dipaksa oleh orang-orang Filistin. Ketika lima orang dari suku Dan itu sampai ke rumah Mikha, mereka bermalam di sana. Mereka mengenali suara dialek atau intonasi keimaman,[5] dari orang Lewi itu dan menanyakan apa yang dilakukannya di sana. Orang Lewi itu memberikan penjelasan. Sekembalinya mereka ke sukunya, mereka melaporkan keadaan kota Lais, yang tidak mempunyai pertahanan dan terisolasi dari kota-kota orang Sidon yang lain. Suku Dan kemudian mengirim 600 prajurit untuk menyerang kota Lais. Dalam perjalan mereka melewati rumah Mikha, yang juga dilaporkan oleh 5 pengintai tersebut. Kelima orang itu memasuki rumah Mikha, membawa pergi patung berhala, efod dan terafim, sementara 600 prajurit menunggu di gerbang. Imam dari suku Lewi itu menanyakan apa maksud tindakan itu, tetapi kemudian dibujuk untuk ikut serta supaya menjadi imam satu suku daripada imam di satu rumah saja. Sewaktu Mikha menyadari kejadian itu, ia mengumpulkan tetangga-tetangganya untuk mengejar orang-orang Dan itu, tetapi ketika sudah bertemu, Mikha mendapat ancaman kekerasan, sehingga menyadari bahwa jumlah orang-orangnya kalah, Mikha membiarkan orang-orang Dan itu pergi dan pulang ke rumah dengan tangan hampa. Orang-orang Dan itu kemudian berhasil merebut kota Lais dan membunuh semua penduduknya. Selanjutnya mereka membangun kembali kota itu dengan menamainya "Dan" menurut nama leluhurnya. Patung berhala Mikha diletakkan dalam rumah ibadah, serta orang Lewi itu, yang ternyata bernama Yonatan bin Gersom, cucu Musa, dan keturunannya diangkat menjadi imam di sana. Patung berhala itu terus ada di sana sampai "sampai penduduk negeri itu diangkut sebagai orang buangan".[6] Patung itu ada di sana selama rumah Allah ada di Silo.[7] Para pakar menganggap pembuangan yang dimaksud adalah peristiwa dihancurkannya Kerajaan Israel Utara oleh Kerajaan Asyur pada tahun 733/732 SM.[8] Analisis lainDalam karya Louis Ginzberg The Legends of the Jews ditulis spekulasi bahwa ibu Mikha tidak lain adalah Delila dan uang 1100 keping perak itu merupakan upah dari raja-raja kota Filistin untuk membongkar rahasia kekuatan Simson.[9] Namun, secara kronologi hal ini tidak mungkin, mengingat peristiwa penyerangan suku Dan itu terjadi di awal masa Hakim-hakim (juga tertulis dalam Kitab Yosua, yaitu Yosua 19:47) sedangkan Simson hidup 200-300 tahun kemudian. Lihat pula
Referensi
|