Pembantaian Zamfara 2022

Templat:Kotak kampanye konflik bandit Nigeria Sejak 4 hingga 6 Januari 2022, lebih dari 200 orang dibunuh oleh bandit di Zamfara, Nigeria.^[1] Pembantaian ini adalah serangan teroris paling mematikan dalam sejarah Nigeria terkini.^[2]

Konflik bandit Nigeria yang menewaskan ribuan orang bermula pada 2011 dan berkaitan dengan konflik penggembala–petani dan pemberontakan Boko Haram. Kelompok bandit melakukan serangan di beberapa negara bagian di barat laut, termasuk penculikan massal dan pembantaian. Serangan di Zamfara pada tahun 2021 termasuk penculikan 279 siswi sekolah menengah di Jangebe pada bulan Februari dan pembantaian lebih dari 50 penduduk desa di Zurmi pada bulan Juni.^[3]

Sebelum serangan ini, serangan udara oleh pasukan pemerintah pada 3 Januari mengakibatkan lebih dari 100 bandit tewas dan penghancuran banyak pangkalan.^[4] Ini menyebabkan bandit terdorong maju ke wilayah itu tempat mereka melakukan serangan balasan.^[5] Beberapa hari kemudian, pemerintah Nigeria menetapkan para bandit sebagai teroris.^[6]

Sesaat sebelum serangan, bandit memimpin serangan melawan 3.000 ternak yang kemudian diadang warga setempat, sehingga mengarah kepada baku tembak dan pertempuran antara kedua pihak. Penjaga ternak yang kalah jumlah hilang dan banyak dari mereka dibunuh oleh bandit, sehingga pembunuhan penduduk desa bermula.^[7][8][9]

Bermula sekitar pukul 12:45 4 Januari, bandit bersenjata dengan sepeda motor yang jumlahnya diperkirakan mencapai 300–500 memasuki desa Kurfar Danya, sehingga menandai permulaan rangkaian serangan terhadap desa-desa di kawasan pemerintah daerah Anka dan Bukkuyum di Zamfara.^{[1][10][11][12]} Kelompok bandit menembak penduduk desa saat mereka menjarah dan membakar rumah penduduk desa hingga rata dengan tanah.^[13] Selama dua hari, bandit bersenjata mengepung desa Kurfa dan Rafin-Gero tanpa campur tangan pemerintah.^[12][14] Lima pemukiman dihancurkan oleh bandit.^[15] Seorang yang selamat menggambarkan para bandit menembak siapa pun yang terlihat.^[16]

Pembantaian berakhir pada 6 Januari setelah pasukan militer mencegat bandit.^[4][12] Seorang pemimpin bandit bernama Bello Turji dituduh bertanggung jawab atas pembantaian ini.^{[17][18][19][20]}

Pihak berwenang Zamfara menyebut 58 orang tewas, tetapi pernyataan ini sangat kontroversial.^[27][28] Beberapa pengungsi menyebut 154 orang tewas.^[16] Juru bicara Sadiya Umar Farouq, Menteri Kemanusiaan, mengatakan bahwa lebih dari 200 mayat dikubur dan pernyataan ini disetujui penduduk setempat.^[1][29] Di antara para korban pembunuhan itu adalah Gambo Abare, seorang pemimpin terkemuka kelompok main hakim sendiri yang menentang bandit.^[17][30]

Lebih dari 10 ribu orang menjadi pengungsi internal dan lima permukiman dibakar.^[1][15] Banyak orang masih hilang.^[31] Banyak sumber daya dicuri dengan perkiraan 2 ribu ternak diambil oleh bandit.^[32][33] Pihak berwenang Nigeria tiba di distrik-distrik untuk membantu mengatur penguburan massal dan masih aktif.^[16] Upaya bantuan sedang berlangsung.^[34]

Pemerintah dan polisi Nigeria telah meluncurkan perburuan terhadap para pelaku dengan menggunakan pesawat militer.^[35][36]

Serangan oleh bandit tidak berhenti dan bandit menyerbu desa Yar Kuka, menculik dua belas orang, termasuk kepala desa, istri dan saudara laki-lakinya, serta dua penambang dari Burkina Faso pada 10 Januari.^[37] Keesokan harinya, bandit menyerbu Kadauri di Maru dan menculik enam wanita.^[38] Pada 11 Januari, bandit membantai 51 warga sipil dari Plateau dan Niger dalam kejadian serupa.^[39]

Pada 12 Januari, Gubernur Zamfara Bello Matawalle mengumumkan ketidakamanan telah menjadi ancaman eksistensial di negara dan Nigeria Barat Laut secara keseluruhan serta amenuntut pemerintah federal untuk melibatkan diri lebih jauh ke dalam konflik.^{[40][41][42][43]}