Share to:

 

Pemberontakan Lao


Pemberontakan Lao (1826–1828)
Tanggal1826 – 1828
LokasiDataran Khorat, Isan, Laos
Hasil Kemenangan Kerajaan Siam
Perubahan
wilayah
Kerajaan Siam mengkonsolidasi teritori mereka di wilayah Vientiane
Pihak terlibat
Kerajaan Vientiane
Kerajaan Champasak
Kerajaan Rattanakosin (Siam)
Tokoh dan pemimpin

Anouvong[1]
Nyo[2]
Uparat Tissa[3]

Raxavong Ngao[4]
Phraya Bodindecha
Thao Suranari
Sakdiphonlasep
Peta Asia Tenggara periode 1701-1828, menunjukan Kerajaan-Kerajaan Lao Vientiane, Luang Prabang, Champasak, dan kepangeranan Phuan (Xieng Khuang)

Pemberontakan Lao Tahun 1826-1828 (juga dikenal dengan sebutan Pemberontakan Anouvong) merupakan sebuah perjuangan dari Raja Anouvong (Xaiya Sethathirath V) dari Kerajaan Vientiane untuk terbebas dari kekuasaan Kerajaan Siam dan mendirikan kembali Kerajaan Lan Xang. Di bulan Januari 1827, pasukan-pasukan Lao dari Kerajaan-Kerajaan Vientiane dan Kerajaan Champasak (yang dikuasai oleh anak Anouvong) bergerak ke Selatan dan Barat menyebrangi dataran Khorat, merangsek maju sampai daerah Saraburi, hanya berjarak tiga hari jalan kaki dari Ibu kota Kerajaan Siam yaitu Bangkok. Kerajaan Siam dengan sigap menyiapkan bala tentara untuk menyerang balik, memaksa pasukan Lao untuk mundur teratur. Pasukan Kerajaan Siam terus maju ke Utara untuk mengalahkan pasukan Anouvong. Pemberontakan beliau gagal dan berujung penangkapan dirinya, kehancuran kota Vientiane sebagai aksi balasan dari Siam, pemindahan besar-besaran orang Lao ke bantaran sebelah Barat dari Sungai Mekong, dan daerah Vientiane dipaksa untuk berjalan dibawah administrasi langsung Kerajaan Siam. Pemberontakan ini merupakan sebuah tonggak sejarah Asia Tenggara, karena lebih jauh lagi dalam hal memperlemah Kerajaan Lao, menyulut konflik antara Kerajaan Siam dengan Vietnam dan memfasilitasi campur tangan Orang Prancis di Indocina pada medio akhir abad ke-sembilan belas. Warisan sejarah pemberontakan ini dipandang sebagai hal yang kontroversial. Di Thailand dianggap sebagai pemberontakan yang kejam dan melampaui batas sehingga harus ditangani, menjadi dasar naiknya pamor pahlawan rakyat seperti Thao Suranari dan Chao Phaya Lae. Di Laos, Raja Anoubong sekarang disanjung sebagai seorang pahlawan nasional yang wafat dalam perjuangan kemerdekaan, meskipun dia kehilangan nyawanya dan sebagian daerah orang Lao masuk ke wilayah Siam.

Catatan

  1. ^ Stuart-Fox 2008, hlm. 11.
  2. ^ Stuart-Fox 2008, hlm. 237.
  3. ^ Stuart-Fox 2008, hlm. 349.
  4. ^ Stuart-Fox 2008, hlm. 231.

Referensi

  • Wyatt, David (2003). A Short History of Thailand. New Haven, Connecticut: Yale University Press. ISBN 9780300084757. 
  • Stuart-Fox, Martin (2008). Historical Dictionary of Laos. Lanham, Maryland: The Scarecrow Press, Inc. ISBN 9780810856240. 
  • Ngaosyvathn, Mayoury; Pheuiphanh Ngaosyvathn (1998). Paths to Conflagration: Fifty Years of Diplomacy and Warfare in Laos, Thailand, and Vietnam, 1778-1828. Ithaca, New York: Cornell University Press. ISBN 0877277230. 
  • Simms, Peter; Sanda Simms (1999). The Kingdoms of Laos: Six Hundred Years of History. Richmond, Surrey: Curzon Press. ISBN 9780700715312. 
  • Stuart-Fox, Martin (1998). The Lao Kingdom of Lan Xang: Rise and Decline. Bangkok, Thailand: White Lotus Press. ISBN 9748434338. 
  • Askew, Marc; William S. Logan; Colin Long (2007). Vientiane: Transformations of a Lao Landscape. New York, New York: Routledge. ISBN 9780415596626. 
Kembali kehalaman sebelumnya