Penaklukan Aljazair oleh Prancis
Penaklukan Aljazair oleh Prancis berlangsung dari tahun 1830 dan 1847. Pada tahun 1827, perselisihan antara penguasa Aljazair Utsmaniyah Hussein Dey dengan konsul Prancis memanas dan Prancis merebut Aljir pada tahun 1830. Prancis kemudian merebut kota-kota pesisir lainnya. Meskipun terjadi percekcokan internal di Prancis, mereka memutuskan untuk mempertahankan wilayah yang telah ditaklukan dan pasukan tambahan dikirim untuk memadamkan perlawanan di wilayah pedalaman. Pasukan perlawanan Aljazair terbagi menjadi pasukan yang dipimpin oleh Ahmed Bey di Constantine dan di timur dan pasukan nasionalis di Kabylie dan di barat. Setelah Prancis menandatangani perjanjian dengan kaum nasionalis yang dipimpin oleh `Abd al-Qādir, mereka dapat mencurahkan seluruh tenaganya untuk menghilangkan ancaman Utsmaniyah dengan merebut Constantine pada tahun 1837. Al-Qādir meneruskan perlawanannya yang sengit di barat. Meskipun serangan besar-besaran Prancis memaksanya untuk mengungsi ke Maroko pada tahun 1842, ia melanjutkan perang gerilya hingga tekanan diplomatik Prancis berhasil memaksa Maroko mengakui kekalahannya dalam Perang Prancis-Maroko Pertama. Al-Qādir lalu menyerah kepada Prancis pada tahun 1847. Latar belakangInsiden kipasPada tahun 1795–96, Republik Prancis telah menandatangani kontrak pembelian gandum untuk pasukan Prancis dengan dua pedagang Yahudi di Aljir. Raja Charles X pada saat itu sepertinya tidak ingin membayar hutang negara. Pedagang-pedagang tersebut berhutang kepada penguasa Aljir Hussein Dey, sehingga mereka mengklaim bahwa mereka tidak mampu membayar hutang-hutang tersebut hingga hutang Prancis dilunaskan. Dey berupaya bernegosiasi dengan konsul Prancis Pierre Deval, tetapi upaya tersebut gagal dan ia curiga bahwa Deval bersekongkol dengan pedagang-pedagang ini, terutama setelah pemerintah Prancis tidak menunjukkan tanda-tanda akan membayar kembali hutang pada tahun 1820. Setelah Deval menolak untuk memberikan jawaban yang memuaskan pada 29 April 1827, Dey memukul wajah Deval dengan kipas pengusir lalatnya. Charles X memanfaatkan insiden ini sebagai alasan untuk pertama-tama meminta permohonan maaf dari Dey dan kemudian untuk memblokade pelabuhan Aljir. Blokade ini berlangsung selama tiga hari dan malah merugikan pedagang Prancis yang tidak dapat berbisnis di Aljir, sementara para bajak laut masih dapat menghindari blokade. Ketika Prancis mengirim duta besar untuk bernegosiasi pada tahun 1829, Dey membalas dengan tembakan meriam ke salah satu kapal yang memblokade, sehingga Prancis memutuskan untuk melancarkan tindakan yang lebih keras.[15] Catatan kaki
Daftar pustaka
|