Peperangan Bulgaria-Latin
Peperangan Bulgaria-Latin adalah istilah yang mengacu kepada serangkaian konflik antara Kekaisaran Bulgaria Kedua (1185-1396) melawan Kekaisaran Latin (1204-61). Perang ini mengubah garis batas utara Kekaisaran Latin. Ambisi wilayah Kekaisaran Latin pupus hanya setahun setelah didirikan, yaitu setelah Pertempuran Adrianopel pada tahun 1205, di mana Kaisar Baldwin I telah ditawan dan sebagian besar ksatrianya telah terbunuh. Setelah kekalahan tersebut, Kekaisaran Latin harus mempertahankan diri dari Bulgaria dan negara-negara penerus Kekaisaran Romawi Timur lainnya, yaitu Kekaisaran Nikea di Asia Kecil dan Kedespotan Epirus di Balkan. Berkat konflik ini, Kekaisaran Bulgaria berhasil memperluas daerahnya dengan menguasai sebagian besar wilayah Semenanjung Balkan, sementara pengaruh Kekaisaran Latin menjadi terbatas di dalam Konstantinopel dan beberapa kota dan pulau. Bulgaria sendiri menjadi pusat Kristen Ortodoks karena Tentara Salib Katolik telah membubarkan Patriarkat Konstantinopel. Pendirian Kekaisaran LatinPada 13 April 1204, para ksatria yang turut serta dalam Perang Salib Keempat merebut ibu kota Kekaisaran Romawi Timur, Konstantinopel, dan mengantikan kekaisaran kuno tersebut dengan sebuah Negara Tentara Salib baru dikenal dengan nama Kekaisaran Latin. Pemimpin mereka, Count Baldwin dari Flandria, dimahkotai sebagai Kaisar di Hagia Sophia.[1][2] Menurut perjanjian Partitio Romaniae, beliau menerima seperempat wilayah kekaisaran dan sisanya dibagi-bagi oleh Republik Venesia dan Tentara Salib. Kaisar memperoleh wilayah di Asia Kecil selain Konstantinopel dan wilayah di sepanjang pesisir Laut Hitam dan beberapa kota di Balkan. Venesia memperoleh wilayah-wilayah yang paling subur di Trakia, termasuk Adrianopel (Odrin), Rodosto, Arkadiopolis, sebagian besar wilayah Peloponnesos, sebagian Epirus dan Thessalia. Venesia juga mendapat banyak pulau-pulau. Doge Venesia memperoleh gelar quartae partis et dimidiae totius imperii Romaniae dominator atau "Penguasa seperempat dan setengah seperempat Kekaisaran Romawi". Tentara Salib memperoleh tanah-tanah sisanya di bekas wilayah Kekaisaran Romawi Timur dan mendirikan Kerajaan Thessalonika dengan Boniface dari Montferrat sebagai Raja.[3] Campur Tangan BulgariaMeskipun orang Bulgaria menawarkan persekutuan dengan Tentara Salib untuk melawan Kekaisaran Romawi Timur, tawaran mereka ditolak dengan angkuh, dan Kekaisaran Latin menyatakan niat mereka untuk menaklukkan seluruh wilayah bekas Kekaisaran Romawi Timur, termasuh wilayah yang diperintah oleh Kaloyan, kaisar Bulgaria. Konflik yang terjadi telah diperkirakan oleh para bangsawan Romawi Timur yang tinggal di Trakia, yang menentang pemerintahan Latin pada tahun 1205 dan meminta bantuan Bulgaria. Kampanye militer KaloyanKaisar Latin, Baldwin I mulai menundukkan kota-kota yang memberontak dan mengepung Adrianopel. Seperti yang dicatat oleh penulis kronik Tentara Salib Villehardouin, "Johannizza, Raja Wallachia, telah datang untuk memberi pertolongan kepada Adrianopel dengan layanan terbaik; bersama beliau adalah orang-orang Wallachia dan Bulgaria, dan empat belas ribu orang Cuman yang tidak pernah dibaptis "(Villehardouin, 92). Pada 14 April 1205, orang-orang Cuman (yang bersekutu dengan Kaloyan) berhasil memancing kavaleri berat Kekaisaran Latin dan kemudian menyergap mereka di rawa-rawa di sebelah utara Adrianopel, dan Tentara Salib mengalami kekalahan yang besar. Kaisar Baldwin I ditawan, Count Louis I dari Blois terbunuh, dan Doge Enrico Dandolo dari Venesia yang memimpin Tentara Salib yang tersisa mundur kembali ke Konstantinopel. Baldwin dipenjara di ibu kota Bulgaria di Tarnovo sampai kematiannya atau kemungkinan dibunuh pada tahun 1205. Sepanjang tahun 1205, Kaloyan menaklukkan Serres dan Philippopolis (Plovdiv), memperoleh lebih banyak wilayah dibandingkan dengan Kekaisaran Latin di Trakia dan Makedonia. Pada 31 Januari 1206, Bulgaria sekali lagi mengalahkan Kekaisaran Latin di Trakia, dan kemudian menaklukkan Didymoteikhon. Mereka berkali-kali menjarah wilayah Trakia, termasuk kota-kota penting di Herakleia dan Çorlu, dan menyebabkan evakuasi kota-kota lain seperti Rodosto (Tekirdağ). Walaupun sebelumnya kampanye militer Kaloyan hanya melakukan penindasan kepada golongan aristokrat, belakangan ia melakukan pemindahan penduduk besar-besaran dari kota yang ia taklukkan ke wilayah Bulgaria yang jauh. Bulgaria mengepung Adrianopel sebanyak dua kali, tetapi gagal merebut kota ini karena pasukan kavaleri Cuman mereka mundur. Pada tahun 1207, Bulgaria mendirikan persekutuan anti-Latin dengan Theodore I Laskaris dari Kekaisaran Nikea. Pada tahun yang sama, orang-orang Bulgaria berhasil membunuh Boniface dari Montferrat (4 September 1207), penguasa Latin di Kerajaan Thessalonika. Kaloyan memanfaatkan kesempatan ini dan mengepung kota Thessalonika, tetapi ia meninggal secara misterius pada Oktober 1207. PerdamaianPenerus Kaloyan, Boril (yang juga merupakan keponakannya), tidak seberhasil beliau di medan perang. Boril dikalahkan oleh Henry dari Flandria pada tahun 1208 dalam Pertempuran Plovdiv, tetapi ia meneruskan kampanye militer melawan Kekaisaran Latin sampai tahun 1210. Perang baru dihentikan setelah Kerajaan Hungaria bersekutu dengan Latin. Kejatuhan Kekaisaran LatinMenjelang tahun 1231, perwalian Kaisar Latin telah menyelesaikan proses negosiasi dengan Yohanes dari Brienne, mantan raja Yerusalem yang telah diundang untuk menjadi wali dan menjabat bersama dengan Baldwin II sebagai kaisar di Konstantinopel. Tindakan ini dianggap sebagai pelanggaran perjanjian persekutuan antara Bulgaria dengan Latin dan kemudian Bulgaria bersekutu dengan Kekaisaran Nikea. Namun, Kaisar Bulgaria Ivan Asen II tidak dapat memutuskan apakah akan mendukung orang Yunani Nikea atau Latin. Akhirnya, pemimpin Kekaisaran Nikea Mikhael VIII Palaiologos merebut Konstantinopel dan memulihkan kembali Kekaisaran Romawi Timur. Maka berakhirlah riwayat Kekaisaran Latin. Daftar pertempuran
Rujukan
|