Pertempuran Pulau Ramree
Pertempuran Pulau Ramree berlangsung selama enam minggu antara Januari dan Februari 1945, bagian dari serangan Korps XV India 1944/45 di Front Selatan Kampanye Burma pada Perang Dunia II. Pulau Ramree (Yangbye Kywan) terletak di lepas pantai Myanmar dan ditaklukkan bersama seluruh Myanmar Selatan pada tahap-tahap awal Kampanye Myanmar oleh Angkatan Darat Kekaisaran Jepang tahun 1942. Bulan Januari 1942, Sekutu berhasil melancarkan serangan untuk merebut Ramree dan tetangganya, Cheduma, dengan tujuan membangun pangkalan udara yang disuplai dari laut di sana. Garnisun Jepang di Ramree diisi oleh resimen Infanteri ke-121, bagian dari Divisi ke-54 Jepang. Komandan resimen dijabat oleh Kolonel Kanichi Nagazawa.[1] Pertempuran ini juga dikaitkan dengan sejumlah laporan bahwa banyak tentara Jepang yang dimakan oleh ribuan buaya air asin yang mengendap di rawa. Guinness Book of World Records menyebut peristiwa ini sebagai "bencana buaya terburuk di dunia (diragukan)"[2] dan "jumlah korban serangan buaya terbanyak di dunia".[3] PertempuranPertempuran diawali dengan Operasi Matador, serangan amfibi untuk mencaplok pelabuhan strategis Kyaukpyu (terletak di ujung utara Pulau Ramree dan selatan Akyab di seberang Hunter's Bay) dan lapangan udara penting di dekat pelabuhan. Aksi mata-mata yang dilakukan pada 14 Januari 1945 mengungkapkan bahwa pasukan Jepang sedang sibuk memasang baterai senjata di titik-titik pendaratan di pesisir Ramree. Angkatan Laut Kerajaan lantas menugaskan satu kapal tempur dan satu kapal pengawal untuk memberi bantuan dari laut kepada satuan tugas yang akan dikerahkan. Pada tanggal 21 Januari, satu jam sebelum Brigade Infanteri India ke-71 mendadrat, kapal tempur HMS Queen Elizabeth melepaskan tembakan dengan baterai utamanya sementara pesawat dari kapal pengawal HMS Ameer memberitahu targetnya. Kapal jelajah ringan HMS Phoebe juga ikut serta dalam pengeboman ini bersama B-24 Liberator dan P-47 Thunderbolt dari No. 224 Group RAF (di bawah komando HQ RAF Bengal and Burma). Semuanya menembaki dan mengebom wilayah pantai. Tentara penyerang mendarat tanpa perlawanan dan mengamankan kawasan tersebut. Keesokan harinya, Brigade Infanteri India ke-4 mendarat.[1] Pada Operasi Sankey tanggal 26 Januari, satu pasukan Marinir Kerajaan (Royal Marine) mendarat di Cheduba, yang terletak di selatan Ramree, dan mengetahui bahwa Cheduba tidak diduduki Jepang. Di Ramree, garnisun Jepang melawan habis-habisan. Brigade Infanteri India ke-36 mendarat bersama satuan RAF dan Marinir Kerajaan. Setelah Marinir berhasil membuat garnisun Jepang kewalahan, 900 prajurit Jepang di dalamnya meninggalkan pangkalan dan bergabung dengan batalyon yang lebih besar di seluruh pulau. Rute yang dilalui memaksa pihak Jepang menyeberang rawa mangrove sejauh 16 kilometer dan ketika mereka berjuang melewati hutan lebat, pasukan Britania mengepung rawa tersebut. Karena terjebak di tanah lumpur yang dalam, penyakit tropis langsung mendera para tentara diikuti serangan kalajengking, nyamuk tropis, dan buaya air asin. Panggilan berulang-ulang dari Britania agar Jepang menyerah diabaikan. Marinir yang mengamankan kawasan tersebut menembak setiap tentara Jepang yang berusaha kabur, sementara di dalam rawa ratusan tentara tewas dalam kurun beberapa hari akibat kelaparan atau kehausan. Beberapa prajurit Britania, termasuk naturalis Bruce Stanley Wright, mengklaim bahwa sekumpulan buaya menyerang dan memakan para tentara. Penjelasan Wright dicantumkan dalam buku karyanya tahun 1962, Wildlife Sketches Near and Far:
Setelah Britania akhirnya mendekati rawa tersebut, mereka menemukan bahwa dari sembilan ratus tentara yang awalnya kabur ke sini, hanya dua puluh tentara yang masih hidup (luka serius dan sangat lemas). Secara keseluruhan, sekitar 500 tentara Jepang keluar dari Ramree meski diblokir habis-habisan. Jika klaim Wright benar, serangan buaya Ramree adalah yang terburuk sepanjang sejarah.[1] British Burma Star Association tampaknya masih mau menerbitkan cerita serangan rawa ini, tetapi memisahkan klaim 20 korban selamat Jepang di satu serangan dengan 1.000 tentara Jepang yang dibiarkan bertahan hidup di rawa.[3]. Selain itu, tidak ada laporan militer Britania ataupun wawancara dengan tentara Jepang dan warga setempat yang menguatkan klaim peristiwa ini.[4] Jumlah ini diragukan dan peristiwanya sendiri disebut sebagai mitos urban oleh sejarawan Britania Raya Frank McLynn. Ia berpendapat bahwa hanya beberapa tentara Jepang yang terluka yang dimakan, meskipun ia juga mengakui bahwa buaya air asin di sana dikenal sebagai "pemakan manusia dan pembunuh yang memanfaatkan kesempatan".[4] Kritik McLynn terhadap kesaksian ini berasal dari keraguan pribadinya bahwa "armada tempur Jepang, yang mampu melubangi tank-tank dan persenjataan Britania", tidak mampu melawan buaya dalam jumlah besar pada malam hari. Keraguannya tidak dikutip oleh sumber-sumber lain maupun para sejarawan. Selain itu, meski McLynn menduga eksistensi Bruce Wright "belum terbukti", kariernya di Angkatan Laut Kerajaan Kanada dan profesinya sebagai ilmuwan dan penulis dicantumkan di berbagai sumber tambahan dan keraguan McLynn lagi-lagi tidak dikutip oleh sejarawan perang.[5] Catatan kaki
Catatan
|