Poernomo Kasidi
Kolonel TNI (Purn.) dr. H. Poernomo Kasidi (EYD: Purnomo Kasidi) (22 September 1933 – 15 Desember 1996) adalah seorang tokoh militer Indonesia. Poernomo pernah mengemban tugas sebagai dokter umum Angkatan Darat Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI). Poernomo Kasidi merupakan Wali Kota Surabaya dua periode, yang menjabat pada tahun 1984-1994. Ia akrab disapa warga Surabaya dengan sebutan Pak Poer. Riwayat HidupKarier militerPoernomo Kasidi adalah seorang dokter umum Angkatan Darat Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI). Sebagai dokter umum AD, ia harus berpindah-pindah tempat tinggal. Tugas pertamanya adalah di Malang, kemudian pindah ke Bangka, Kediri, kembali ke Malang, lalu berpindah ke Denpasar. Selain itu Poernomo Kasidi pernah bertugas saat peristiwa Dwikora. Poernomo juga sempat ditugaskan oleh Angkatan Darat untuk merawat kesehatan Presiden Soekarno di Istana Bogor. Setelahnya, ia kemudian berpindah-pindah tugas ke Kalimantan, Sulawesi Selatan, dan Timor Timur. Ketika bertugas di Timor Timur, Poernomo Kasidi sempat menolong menantu Presiden Soeharto, Prabowo Subianto, yang juga seorang perwira tinggi Angkatan Darat, saat mengalami luka serius setelah diserang pasukan Fretilin dalam peristiwa Operasi Seroja di Timor Timur. Sejak saat itu, ia menjalin hubungan pertemanan yang cukup dekat dengan Prabowo Subianto. Prabowo dikabarkan sering mengunjungi Poernomo secara diam-diam di kediamannya. Wali Kota SurabayaPoernomo Kasidi menjabat sebagai wali kota Surabaya selama dua periode, yaitu tahun 1984-1989 dan 1989-1994. Selama menjabat wali kota, Poernomo Kasidi juga menjabat sebagai Ketua Yayasan Universitas Surabaya periode 1984-1994 dan Ketua Umum Persebaya. Poernomo Kasidi menjadi wali kota yang sangat merakyat dan dicintai rakyatnya. Ia juga dikenal sebagai wali kota yang gemar blusukan untuk melihat kondisi langsung di lapangan. Bahkan tak jarang ia lebih memilih menggunakan sepeda untuk melihat kondisi langsung rakyatnya. Di bawah kepemimpinannya, Surabaya mengalami transformasi menjadi sebuah kota metropolitan modern yang tertata rapi dan manusiawi. Beberapa hasil pembangunan yang merupakan buah pemikiran Poernomo Kasidi di antaranya adalah kawasan kota satelit modern di Surabaya Barat dan Surabaya Timur, Gelora Bung Tomo, Kebun Bibit Surabaya, dan lain-lain. Sebagai wali kota Surabaya, Poernomo dikenal sangat peduli dengan masalah sampah dan kebersihan kota. Ia sering mendatangi setiap kampung yang ada di Surabaya untuk memeriksa selokan (got), sehingga kemudian Poernomo juga dijuluki sebagai Wali Kota Got. Selain itu, Poernomo Kasidi juga dikenal sebagai wali kota yang memprioritaskan pembangunan kota berbasis penghijauan. Untuk mewujudkan tata kota yang bersih dan manusiawi, Poernomo memulai program penataan kampung yang ada di Surabaya agar menjadi lebih indah, bersih dan hijau. Pada masa pemerintahannya banyak kampung yang jalannya diberi paving dan di sisi kiri dan kanan jalan dibangun saluran air yang ditutup dengan semen. Di atas saluran diletakkan pot yang berisi berbagai tanaman untuk penghijauan kampung. Selain itu, ia menata sistem sanitasi dan drainase kota untuk mengendalikan banjir yang terjadi di Surabaya. Poernomo Kasidi juga menciptakan pasukan kuning yaitu para pekerja kebersihan di Surabaya dengan seragam kuning yang bertujuan untuk merawat kebersihan kota setiap harinya. Karena kepeduliannya terhadap masalah kebersihan kota, Surabaya berhasil meraih beberapa kali penghargaan adipura dan adipura kencana secara berturut-turut antara kurun 1984 hingga 1994. Untuk mengakomodasi penduduk kalangan bawah, ia juga membangun beberapa rumah susun dengan harga yang sangat murah dan terjangkau. Poernomo Kasidi juga memperhatikan penataan kota secara terencana dan konseptual. Beberapa di antaranya adalah dengan cara mengamankan kawasan Surabaya Barat untuk pembangunan kota mandiri dan kawasan Surabaya Timur sebagai kota marina yang berisi pemukiman modern lengkap dengan segala fasilitasnya. Di kedua kawasan ini, Poernomo memberikan izin tanah seluas ribuan hektar kepada para pengembang properti besar. Pada saat ini di kedua kawasan ini terlihat banyak terdapat rumah mewah dengan arsitektur modern dan lingkungan yang tertata rapi layaknya di negara-negara maju. Hal ini merupakan buah pemikiran Poernomo ketika menjabat sebagai wali kota Surabaya. Salah satu ciri khas dari kawasan perumahan itu adalah tidak ada kabel yang berseliweran di udara. Semua kabel listrik maupun telepon berada di bawah tanah. Dari hasil buah pemikiran Poernomo Kasidi dan banyaknya pengembang besar yang telah melaksanakan proyeknya, kawasan Surabaya Barat dan Surabaya Timur yang pada tahun 1960 dan 1970-an dikenal sebagai daerah mati dan tidak berkembang, kini mengalami perkembangan yang sangat pesat. Selain perumahan mewah, di kedua kawasan ini kini telah terbentang sejumlah padang golf bertaraf internasional yang luas sehingga membuat kawasan menjadi hijau. Selain itu kedua kawasan ini telah dilengkapi sejumlah mal besar, taman air (waterpark), Universitas, dan Sekolah Internasional. Dalam era Poernomo, Surabaya juga sedang mengalami booming pembangunan plaza dan gedung perkantoran. Bahkan untuk mewadahi minat investor, pemerintah kota menciptakan tujuh kawasan CBD (Central Business District), di antaranya adalah CBD Mayjen Sungkono yang merupakan jalan akses menuju kawasan Surabaya Barat dan beberapa kawasan CBD lainnya. Selain itu, ia juga merencanakan beberapa proyek besar seperti pembelian incinerator untuk membakar sampah kota, pembangunan Surabaya Sport Center (termasuk Gelora Bung Tomo), dan Jembatan Suramadu.[1] Referensi
|