Prinsip kerja sama
1. Maxim kuantitasDalam maksim kuantitas, penutur diharapkan bisa menyampaikan informasi secukupnya, tidak kurang dan tidak lebih. Hal ini dilakukan agar tidak menimbulkan keambiguaan.[1] 2. Maxim kualitasDalam maxim kualitas, penutur diharapkan mengucapkan yang sebenarnya, jangan berspekulasi, jang mengecoh seseorang untuk mendukung pernyataan yang lain. 3. Maxim relevansiDalam maxim relevansi, penutur diharapkan mengatakan sesuatu yang sesuai atau relevan, dan tidak mengubah topik. 4. Maxim caraDalam maxim cara, penutur diharapkan mengatakan sesuatu yang jelas, tidak bertele-tele, dan tidak berubah-ubah. Prinsip Kerja Sama yang dikemukakan oleh Grice (1975) mengatur agar sebuah tujuan bertuturan dapat tercapai dengan baik. Inti dari teori ini adalah seseorang penutur harus bertutur dengan singkat, jelas, padat, dan tidak ambigu sehingga informasi dapat sampai pada mitra tutur dengan baik. Grice menyatakan bahwa ada proses pragmatik dalam wacana digunakan sebagai cara untuk menganalisis inferensi makna penutur. Secara garis besar prinsip kerjasama menekankan pada adanya usaha kerja sama yang terjalin antara penutur dan mitra tutur dalam percakapan yang sedang berlangsung. Sumbangan dalam percakapan menjadi kunci dalam prinsip kerja sama. Kerja sama yang terjalin menjadikan percakapan terus berlanjut dan proses komunikasi berhasil. Jika salah satu, baik penutur maupun mitra tuturnya tidak cukup bekerja sama, maksud percakapan tidak tercapai. Jika percakapan berlangsung dengan baik dan lancar, tentunya tidak akan terjadi kebingungan di antara peserta tutur, penerapan prinsip kerja sama dapat terjadi.[2] Pranala luar
Referensi
|