Rumah Sakit Khusus Infeksi Pulau Galang
Latar BelakangSejak pertama kali muncul pada 2 Maret 2020, kasus penyebaran COVID-19 di Indonesia terus mengalami lonjakan.[5] Hal itu kemudian berdampak pada kurangnya angka ketersediaan tempat tidur di rumah sakit, baik itu di Jakarta maupun di berbagai daerah lainnya. Sebagai antisipasi jika kasus terus meningkat, pemerintah melalui Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) kemudian membangun sebuah rumah sakit di eks kamp pengungsi Vietnam di Pulau Galang.[6] Pengumuman mengenai pembangunan rumah sakit ini pertama kali disampaikan kepada masyarakat pada 3 Maret 2020. Sejak itu, RSKI Pulau Galang digadang-gadang sebagai rumah sakit darurat seperti yang ada di Wuhan, Tiongkok.[7] Pada awalnya rumah sakit ini juga merupakan salah satu rumah sakit yang terdapat dalam satu komplek penampungan para pengungsi Vietnam akibat dari perang saudara yang terjadi di negara Vietnam. Selain rumah sakit di dalam kawasan komplek pengungsi Vietnam ini juga terdapat beberapa bangunan lainnya seperti barak pengungsian, sarana mandi cuci kakus, beberapa sarana rumah ibadah, dan fasilitas olahraga.[8] Lebih tepatnya pada tahun 1979 rumah sakit ini berdiri yang merupakan cikal bakal dijadikannya rumah sakit di Pulau Galang, Kota Batam ini menjadi rumah sakit rujukan untuk penyakit menular termasuk COVID-19.[9] LokasiSecara administratif, RSKI Pulau Galang berlokasi di Kelurahan Sijantung, Kecamatan Galang, Kota Batam, Kepulauan Riau. Pulau Galang dipilih sebagai lokasi rumah sakit karena letaknya yang strategis. Lokasi tersebut jauh dari pemukiman warga sehingga aman dari risiko penularan.[10] Alasan lainnya adalah karena Pulau Galang telah didukung oleh Bandar Udara Internasional Hang Nadim. Jarak antara rumah sakit dengan bandara hanya memakan waktu selama 15 menit sehingga memudahkan warga Indonesia yang terinfeksi, baik dari dalam ataupun luar negeri untuk datang ke sana.[11] Lebih tepatnya, rumah sakit ini lebih tepatnya berjarak 60 km dari Bandara Internasional Hang Nadim Batam dan 56 km dari pusat Kota Batam. Rumah sakit ini berdiri di lahan berdiri di lahan yang cukup luas dengan total luas keseluruhan dari lahan tersebut ialah 80 hektare yang terbagi atas beberapa fasilitas.[12] Di samping itu, Pulau Galang juga dipilih sebagai lokasi karena fasilitasnya sudah memadai sehingga pemerintah tinggal melengkapi dan melakukan perbaikan saja untuk membangunnya. Lingkungannya yang masih asri juga menjadi faktor penunjang lainnya.[11] Proses pembangunanRSKI Pulau Galang mulai dibangun pada 8 Maret 2020 dengan total anggaran mencapai sebesar Rp400 miliar. Dalam proses pembangunannya, PT Wijaya Karya (Persero) Tbk dan PT Waskita Karya (Persero) Tbk dipilih sebagai pelaksana konstruksi.[7][13] Pembangunan Rumah Sakit Khusus Infeksi Penyakit Menular ini sesuai dari instruksi dan arahan Presiden Republik Indonesia. Pada awal bulan Maret 2020 proses nya sudah dimulai dengan melakukan proses pembersihan lahan terlebih dahulu. Selanjutnya proses pematangan lahan agar kawasan rumah sakit tidak terdapat genangan air dan terbebas dari banjir. Selain itu, pembangunan rumah sakit ini juga menggunakan metode pembangunan rumah sakit darurat yang dibangun di Kota Wuhan, Tiongkok. Material dan perakitan peralatan medis dilakukan di Jakarta yang nantinya proses instalasi dilakukan di Rumah Sakit Pulau Galang. Ini dilakukan agar pembangunan dan kesiapan rumah sakit untuk penanganan virus korona ini lebih cepat.[14] Pembangunan Rumah Sakit Khusus Infeksi Penyakit Menular di Pulau Galang, Batam tersebut tidak memakan waktu yang lama. Hal tersebut dikarenakan bangunan rumah sakit yang sudah ada yang merupakan bekas rumah sakit di komplek pengungsian orang-orang Vietnam. Jadi bangunan tersebut hanya perlu beberapa sedikit penambahan dan beberapa bagian yang harus direnovasi karena sudah lama tidak digunakan.[15] RSKI Pulau Galang dibangun di atas lahan 20 hektare dari total lahan yang tersedia yakni 80 hektare.[16] Rumah sakit ini dibangun dengan cara memasangkan 372 modular selama 8 hari tanpa henti. Modular sendiri adalah bangunan yang terdiri dari komponen buatan atau rakitan pabrik (off site) menjadi panel modular. Teknologi ini memiliki sistem aplikasi yang mudah, cepat dan mengutamakan prinsip bangunan ramah lingkungan.[17] Semula pembangunan RSKI ditargetkan selesai selama 2-3 minggu atau pada akhir Maret 2020.[18] Namun karena ada kendala yang disebabkan oleh keterlambatan transportasi bahan material akibat cuaca, RSKI akhirnya baru bisa resmi beroperasi pada 6 April 2020.[4][7] Pembukaan rumah sakit ini dilakukan oleh Panglima Komando Gabungan Wilayah Pertahanan I (Pangkogabwilhan I) Laksamana Madya TNI Yudo Margono.[19] Peresmian rumah sakit ini juga dihadiri oleh Satuan Perangkat Kerja lainnya dari pemerintah, TNI dan Polri. Kesiapan bangunan, peralatan medis, dan tenaga medis dinilai membuat rumah sakit ini layak untuk beroperasi. Selain itu Rumah Sakit Khusus Infeksi Penyakit Menular ini juga menjadi rumah sakit rujukan bagi pasien rujukan COVID-19 yang berasal dari beberapa rumah sakit di Kota Batam.[20] FasilitasFasilitas di RSKI Pulau Galang dibagi menjadi 3 zonasi, yakni Zona A (renovasi eks sinam), Zona B dan Zona C. Setiap zona memiliki fasilitas yang berbeda-beda. Pada Zona A, terdapat gedung penunjang seperti mess petugas, dokter dan perawat, gedung sterilisasi, gedung farmasi, gedung gizi, penatu, gudang dan gardu listrik.[19] Pada Zona B, terdapat fasilitas penampungan dan fasilitas pendukung seperti ruang isolasi, ruang observasi, laboratorium, ruang sterilisasi, Central Gas Medik, instalasi jenazah, landasan helikopter (helipad), dan zona utilitas.[19] Selain itu, di sana juga terdapat 2 buah gedung bertingkat 2 untuk layanan instalasi rawat intensif (ICU) dan non-ICU.[19] Masing-masing gedung memiliki ruang perawatan dengan spesifikasi 1 kamar memakai 4 unit modular, diisi dengan 5 tempat tidur dan 2 kamar mandi yang sudah disesuaikan dengan pengguna kursi roda. Total kapasitas Zona B mencapai 360 tempat tidur yang terdiri dari ruang observasi sebanyak 340 tempat tidur dan ruang isolasi sebanyak 20 tempat tidur ICU.[17] Selanjutnya, ada Zona C. Zona dini merupakan zona atau luas lahan cadangan yang disiapkan untuk pengembangan bila suatu saat nanti diperlukan. Di zona tersebut rencananya akan dibangun ruang instalasi gawat darurat dengan daya tampung 20 pasien dan non-IGD untuk 30 pasien. Walaupun Rumah Sakit Khusus Infeksi Penyakit Menular ini dibangun khusus untuk merawat pasien COVID-19, fasilitas kesehatan tersebut nantinya dapat difungsikan sebagai rumah sakit khusus penyakit menular lainnya selain COVID-19 [21] RSKI Pulau Galang juga dilengkapi dengan layanan transportasi seperti 20 unit mobil ambulans dari berbagai instansi, 4 unit truk, 4 unit minibus, 4 unit.[19] Penanganan COVID-19Sejak resmi beroperasi pada awal April 2020 hingga saat ini, Rumah Sakit Khusus Infeksi Penyakit Menular Pulau Galang Batam sudah menangani total 6.958 pasien dan merujuk 42 orang di antaranya ke fasilitas kesehatan lain. Angka tersebut dapat diricikan sebagai berikut yang mana jumlah pasien COVID-19 di Rumah Sakit Pulau Galang yang telah dinyatakan membaik atau sembuh sebanyak 4.621 orang dan jumlah pasien suspek yang selesai menjalani perawatan 2.225 orang.[22] Rumah Sakit COVID-19 yang ada di Pulau Galang ini juga diprioritaskan untuk menangani para pasien yang pulang dari luar negeri atau pekerja migran yang kembali ke Indonesia di masa pandemi COVID-19 ini. Selain itu rumah sakit ini juga digunakan untuk merawat pasien COVID-19 dengan kategori gejala ringan dan gejala sedang.[23] Penanganan pasien COVID-19 yang dirawat di Rumah Sakit Pulau Galang ini juga di bantu langsung oleh tim Nusantara Sehat Individu (NSI) dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia yang juga bagian dari Satgas COVID-19. Tim NSI Satgas COVID-19 berjumlah 25 orang, yang terdiri dari Dokter Umum 4 orang, Perawat 13 orang, Analis Kesehatan 1 Orang, Farmasi 2 orang, Psikolog Klinis 1 orang, Gizi 2 orang, dan Kesehatan Lingkungan 2 orang.[24] KerusakanPada 17 September 2020, RSKI Pulau Galang mengalami kerusakan yang disebabkan oleh hujan deras dan angin kencang. Tidak ada satu pun pasien yang terluka, namun peristiwa yang terjadi membuat atap serta dinding pada gedung karantina copot dan berterbangan. Akibatnya, 160 orang terkonfirmasi positif COVID-19 yang ada di dalam gedung karantina saat itu dipindahkan ke gedung sebelah.[25] Pihak RSKI kemudian berupaya untuk memperbaiki bagian yang terlepas. Namun karena kondisinya yang rusak, bahan tersebut tidak dapat digunakan kembali. Sebagai antisipasi, pihak RSKI lalu melaporkan kerusakan yang terjadi kepada pihak vendor.[25] KritikTrubus Rahadiansyah, pengamat kebijakan publik dari Universitas Trisakti beranggapan bahwa pembangunan RSKI Pulau Galang tidak direncanakan dengan baik. Selain karena episentrum penyebaran virus terletak di DKI Jakarta dan Jawa Timur, RSKI Pulau Galang juga dan hanya melayani pasien yang sangat spesifik.[26] Ia menilai lokasi RSKI Pulau Galang tidak strategis karena jauh dari mana-mana. Menurutnya, para pekerja migran Indonesia lebih sering pulang ke Indonesia via udara dengan mendarat di Bandara Soekarno Hatta ketimbang Kepulauan Riau. Dengan total anggaran sebesar Rp400 miliar, ia menilai pembangunan RSKI Pulau Galang terbilang boros karena dana sebanyak itu sebenarnya bisa dimanfaatkan untuk membangun RS di Banten dan Jawa Tengah yang tidak jauh dari Jakarta.[26] Kritik yang serupa juga disampaikan oleh ekonom dari Institute For Development of Economics and Finance (INDEF) Bhima Yudhistira. Ia menilai pemerintah boros dalam menggunakan anggaran untuk membangun RSKI Pulau Galang. Namun karena telanjur dibangun, ia menyarakan kepada pemerintah untuk melakukan evaluasi.[26] Menanggapi kritik yang digulirkan, Kepala RSKI Pulau Galang, Kolonel (CHK) dr. Khairul Ikhsan Nasution menjawab bahwa RSKI Pulau Galang cukup berperan dalam meminimalisasi penyebaran virus COVID-19, khususnya terhadap Pekerja Migran Indonesia (PMI) yang baru kembali dari negara lain pada masa pandemi. Selain itu, RSKI juga dibangun sebagai rumah sakit penyangga utama dalam penanggulangan COVID-19 di area Kepulauan Riau.[27] PenutupanRumah Sakit Khusus Infeksi (RSKI) Covid-19 Pulau Galang resmi ditutup. Ratusan sukarelawan tenaga kesehatan dikumpulkan untuk menerima sertifikat purnatugas sekaligus pelepasan. Komandan Satuan Tugas (Dansatgas) RSKI Brigjen TNI Yudi Yulistyanto mengatakan, pihaknya sangat berterima kasih kepada segenap sukarelawan baik, dari TNI-Polri dan sipil, atas pengabdiannya selama 1,5 tahun pandemi Covid-19 menjadi sukarelawan pejuang kemanusiaan di RSKI. Terkait penutupan RSKI Pulau Galang Brigjen Yudi Sulistyanto yang juga Danrem 033/Wira Tama mengatakan, telah mendapatkan surat penutupan RSKI dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) pada November silam.[28] Referensi
|