Sefa UtakiSefa Utaki atau Seifa Utaki (斎場御嶽) adalah sebuah tempat suci Agama Ryukyu ("utaki")[1][2] yang terletak di tenggara Semenanjung Okinawa, 15 km dari kota Naha.[3] Sefa Utaki mulai digunakan sebagai tempat ibadah dan ziarah ("Agariumai") keluarga kerajaan Dinasti Sho sejak periode pemerintahan Raja Shosin (1477-1526). Pada tanggal 15 Mei 1972, Sefa Utaki ditetapkan sebagai situs nasional bersejarah di Jepang dan pada tanggal 2 Desember tahun 2000, UNESCO menetapkannya sebagai Situs Warisan Dunia.[4] Sefa bermakna "yang tertinggi", sementara utaki adalah istilah untuk tempat suci bagi masyarakat Ryukyu. Jadi, Sefa Utaki bermakna "Utaki yang tertinggi" atau "utaki yang paling suci".[4] Pada masa kerajaan, upacara pemujaan dewi tertinggi agama Ryukyu, penghormatan arwah leluhur serta upacara-upacara kerajaan dilangsungkan di tempat ini dengan panduan seorang dukun wanita pangkat tertinggi. SejarahAgama dan Mitologi Ryukyu mempercayai bahwa Sefa Utaki adalah tempat pertama Orang Okinawa menginjakkan kakinya di pulau itu.[4] Dewi Amamikiyo menciptakan Sefa Utaki setelah meninggalkan Pulau Kudaka.[4] Pada masa kerajaan, pria dilarang masuk ke Sefa Utaki. Juru kunci utaki ini adalah seorang dukun wanita pangkat tertinggi (Kikoe no Okimi).[5] Kikoe no Okimi yang bertugas menyiapkan dan melakukan ritual. Bahkan seorang raja pun harus mengenakan pakaian wanita jika ingin memasuki tempat itu.[6] Walaupun telah lama dikenal sebagai tempat suci, baru pada abad ke-16, Sefa Utaki mulai dipromosikan menjadi tempat suci bagi kerajaan.[3] Di Jepang umumnya kuil-kuil terbuka untuk dikunjungi masyarakat, namun di Okinawa tidak sembarang orang boleh memasuki utaki.[1] Utaki pun hanya terbuka pada acara-acara khusus seperti upacara. Sefa Utaki kini merupakan satu-satunya utaki yang terbuka untuk umum semenjak dijadikannya tempat itu sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO. Hutan-hutan yang menyelimuti Sefa Utaki masih alami dan tidak seperti daerah lain, ia selamat dari kerusakan parah dalam Perang Dunia II di Okinawa.[5] Tempat ini melindungi berbagai jenis anggrek dan pakis langka.[5] Bentuk dan fungsiSefa Utaki merupakan salah satu bagian dari tempat tujuan ziarah (Agariumai) pada masa kerajaan Ryukyu bersama Pulau Kudaka dan Hamahiga.[4] Tempat-tempat yang diziarahi merupakan tempat khusus yang dianggap berkaitan erat dengan dengan nenek moyang dan Dewi Amamikiyo.[4] Sefa Utaki sebenarnya sebuah tempat yang terbentuk secara alami dan bukan buatan manusia. Di dalamnya terdiri atas gua dan formasi-formasi batu yang berdiri tegak yang dikelilingi oleh hutan.[3] Karena pentingnya ia bagi kerajaan, beberapa situs di dalam utaki digunakan sebagai nama-nama situs di dalam Istana Shuri.[1] Jalan masuk ke dalam utaki dinamakan Ujo-guchi, setelah melewatinya akan ditemui Ufugui yang bermakna "lapangan besar" dimana upacara dilaksanakan.[4] Yuinchi merupakan altar diberitahukannya ramalan-ramalan oleh sang dukun dan juga tempat bersemayamnya dewa api. Yuinchi bermakna "tempat yang panen dan tangkapan ikannya melimpah" digunakan sebagai nama dapur di istana.[4] Bagian terpenting dari utaki yang dianggap unik adalah susunan batu yang terdiri dari 2 buah batu besar yang membentuk celah segitiga di bawahnya. Formasi ini dinamakan Sangui. Di dekat celah berbentuk segitiga terdapat tempat tempat menampung air yang ditaruh di bawah stalaktit. Air yang menetes dari stalaktit itu dianggap suci dan hanya digunakan untuk keperluan upacara.[4] Lokasi Sefa Utaki tak jauh dari Pulau Kudaka, sebuah pulau yang juga bagian dari titik ziarah agama Ryukyu.[1] Pulau ini dipercaya sebagai tempat dimana Amamikiyo, dewi pencipta kepulauan Ryukyu dan manusia bersemayam.[1] Pulau Kudaka dijuluki sebagai tempat kelahiran 5 palawija dan pulau dewata. Pasir keramat dari pulau itu dibawa dan ditaburkan di Sefa Utaki menjelang upacara-upacara.[1] GaleriPranala luar
Referensi
|