Sepak bola di Iran
Sepak bola adalah olahraga paling populer di Iran, dengan gulat dan bola voli sebagai pesaing terdekat. Sepak bola telah menjadi bagian dari kehidupan orang Iran selama beberapa dekade sekarang dan dimainkan di sekolah, jalanan, dan klub sepak bola di seluruh negeri. Karena alasan politik dan sosial, sepak bola wanita tidak banyak berkembang dari tahun 1980-an hingga 2020, dan klub seperti Persepolis dan Esteghlal bahkan tidak memiliki tim sepak bola wanita selama tahun-tahun ini. SejarahMasa AwalSepakbola dimainkan di Iran sejak tahun 1898, ketika sebuah tim yang terdiri dari orang-orang Inggris di Esfahan bermain melawan tim yang terdiri dari orang-orang Armenia.[1] Di Iran barat daya, permainan ini diperkenalkan pada tahun 1907 oleh para pelaut dan pekerja Inggris, yang saat itu, mereka bekerja di kota pelabuhan Bushehr, Khorramshahr, Bandar Abbas, dan kilang minyak besar seperti Abadan dan Masjed Soleiman di provinsi Khuzestan, bahkan daerah yang terakhir memiliki liga sepakbolanya sendiri. Para karyawan lokal Iran di perusahaan tersebut mula-mula cuma memperhatikan, dan kemudian mulai bermain sebagai pemain pengganti dalam tim tersebut, hingga mereka membentuk tim mereka sendiri. Pada tahun 1907, Duta Besar Inggris di Teheran Cecil Spring Rice mendirikan Turnamen Sepak Bola pertama di Iran yang hanya terdiri dari 3 tim, yaitu Kedutaan Besar Inggris Raya, Imperial Bank of Persia dan Indo-European Telegraph Company.[2] Pada tahun yang sama, Asosiasi Klub Sepak Bola Teheran, yaitu sebuah badan penyelenggara pertandingan sepak bola, didirikan. Semua anggota tim terdiri dari orang-orang Inggris di Teheran, meskipun ketika tim tidak memiliki cukup pemain, mereka terkadang meminta penonton Iran yang datang ke lapangan untuk bermain sebagai anggota pelengkap tim. Pertandingan dimainkan di sekitar Lapangan Mashq. Pemain Iran pertama adalah Karim Zandi yang bermain dari tahun 1908 hingga 1916. Periode ini menyaksikan peningkatan minat terhadap permainan ini di kalangan orang Iran. Pada tahun 1910, Samuel M. Jordan, kepala Sekolah Amerika (sekarang dikenal sebagai Alborz High School) di Teheran, memperkenalkan sepakbola sebagai bagian dari kurikulum sekolah. Empat tahun kemudian, 1914, dimulainya Perang Dunia I mengakhiri pertandingan dan program sepak bola ini. Di bagian lain Iran selatan, (misalnya kota-kota seperti Shiraz), sepakbola diperkenalkan oleh perwira Inggris dari South Persia Rifles (1916–1921) kepada pasukan Iran yang mereka pimpin, yang kemudian menyebarkan permainan ini di antara para penduduk sipil. Periode setelah Perang Dunia I menyaksikan pertandingan sepak bola kembali diadakan di Teheran. Dua tahun kemudian, pada tahun 1920, sejumlah penggemar sepak bola Iran dan Inggris mendirikan Asosiasi Sepak Bola Iran (Majmaa-i Football-i Iran) untuk mendorong para pemain Iran untuk mempulerkan permainan ini. Direktur Imperial Bank of Persia, James McMurray, menjadi presidennya, dan ia dibantu oleh dokter kedutaan, A.R. Neligan; mereka masing-masing menyumbangkan sebuah piala untuk diberikan kepada tim pemenang. Tahun 1920 juga menjadi saksi berdirinya klub sepak bola pertama Iran yang disebut Iran Club. Tak lama setelah itu, alumni American College dan mahasiswa School of Political Science juga membentuk tim. Skuad Iran Club terdiri dari Karim Zandi, Khan Sardar bersaudara, Amir-Aslani bersaudara, Mohammad Ali Shokooh, Azizollah Afkkhami, Reza Kalantar, Sheybani, Hasan Meftah, Herand, Galustyan, Khajeh-Noori, Reza Rabizadeh, Hambarson, Ashrafi. Kelompok pemain ini memenangkan Piala Asosiasi Teheran pada tahun 1923. Pada tahun yang sama, klub baru didirikan yang disebut Tehran Club, diikuti oleh pembentukan Armenian Sports Club dan Toofan Club, dan pada tahun 1925, Tehran Club mencapai final dan mengalahkan British Select Team of Teheran dengan skor 2–1. Pada periode ini sejumlah pemain sepak bola yang pernah bermain di luar negeri, seperti Hossein Sadaghiani dan saudara Khan-Sardar, yang bermain di Liga Sepak Bola Belgia, kembali ke Iran. Hossein Sadaghiani misalnya setelah kembali ke Iran untuk sementara dari Eropa, membantu mendirikan klub sepak bola pertama (Klub Ferdowsi) di Mashhad. Selama satu tahun tinggal di Mashhad, ia mengatur pertandingan sepak bola antara klub dan Konsulat Jenderal Inggris. Sebelumnya, sepak bola hanya dimainkan oleh penduduk asing di Mashhad (terutama karyawan Kantor Telegraf dan Konsulat Jenderal Inggris). Di tempat-tempat yang tidak memiliki banyak kehadiran asing, seperti Ardabil, tampaknya permainan ini diperkenalkan pada tahun 1920-an oleh pemuda yang pernah menghabiskan beberapa waktu di Kaukasus.[3] 1950-an hingga 1970-anPada tahun 1950-an dan awal 60-an, sepak bola telah menjadi olahraga populer di Iran, dan tim-tim dari Khuzestan dianggap sebagai yang paling sukses.[butuh klarifikasi] Teheran kemudian perlahan mulai menjadi ibu kota sepak bola Iran, dan banyak klub besar muncul dari sana. Shahin FC, Oghab FC, dan Taj, semuanya adalah tim Teheran yang didirikan pada pertengahan 1940-an dan masih aktif. Seiring dengan bertambahnya jumlah tim klub, kebutuhan akan liga nasional menjadi jelas, dan sejak 1960, dengan pengecualian beberapa tahun, liga sepak bola nasional telah ada di Iran. Piala Takhte Jamshid, Liga Azadegan, dan IPL adalah yang paling penting. Tim nasionalPendahulu tim sepak bola nasional putra IranTeheran XIPada tahun 1926 Tehran XI (pemain terpilih dari Klub Teheran, Toofan dan Klub Olahraga Armenia) melakukan perjalanan melintasi perbatasan ke Baku, Uni Soviet, ini adalah pertandingan sepak bola tandang pertama bagi tim Iran. Tim Teheran Select ini adalah pendahulu Tim sepak bola nasional Iran. Pada tahun 1929 tibalah saatnya untuk kunjungan balasan, sehingga sebuah tim dari Baku diundang untuk bermain di Teheran pada akhir November. Untuk mengesankan para pengunjung, rumput telah ditanam di lapangan sepak bola milik negara. Pertandingan terakhir dari tiga pertandingan, yang semuanya dimenangkan oleh tim tamu, dihadiri oleh Abdolhossein Teymourtash, menteri pengadilan yang berkuasa. Kekalahan yang memalukan, yang diderita di kandang sendiri, menyebabkan kekhawatiran besar, sehingga beberapa pemuda berhenti bermain sepak bola sama sekali. Pada tahun-tahun berikutnya minat terhadap sepak bola memudar, dan surat kabar hampir tidak melaporkan pertandingan yang berlangsung. Namun, semua ini berubah dengan kembalinya putra mahkota Mohammad Reza Pahlavi dari Swiss pada tahun 1936 dan kedatangan Thomas R Gibson pada tahun 1930-an untuk mempromosikan permainan tersebut.
Hasilnya sebagai berikut:
Referensi
|