SerosortingSerosorting, dikenal pula sebagai serodiskriminasi, adalah praktik menggunakan status HIV sebagai bahan pertimbangan dalam memilih pasangan untuk berhubungan seksual. Istilah ini digunakan untuk menyebut perilaku seseorang yang memilih pasangan seks berdasarkan serostatus HIV yang sama (serokonkordan) agar dapat berhubungan seks tanpa kondom sehingga tidak perlu mengkhawatirkan akan tertular atau menularkan HIV/AIDS.[1] DeskripsiSerosorting dapat membatasi penularan HIV ketika seseorang mengetahui dengan betul status HIV-nya dan status HIV pasangannya. Sebuah penelitian tahun 2005 menunjukkan bahwa orang dengan status HIV positif akan cenderung berhubungan seks dengan orang berstatus HIV positif pula ketimbang dengan orang berstatus HIV negatif.[2] Akan tetapi, praktik serosorting memiliki risiko karena mengasumsikan bahwa pasangan betul-betul tahu mengenai status HIV-nya serta jujur ketika ditanya soal itu. Sebuah penelitian tahun 2003 di Amerika Serikat terhadap pria gay dan biseksual dengan status HIV positif menunjukkan bahwa sekitar 42% berhubungan seks tanpa memberi tahu status HIV-nya terhadap pasangan.[2][3] Beberapa orang juga dapat tidak tahu mengenai status HIV-nya sehingga ia dapat mengatakan bahwa ia negatif HIV, atau ia masih berada dalam jeda waktu dari saat pertama kali terinfeksi HIV sehingga virus HIV belum dapat terdeteksi lewat tes.[4] Sebuah penelitian terhadap lelaki seks lelaki (LSL) muda menunjukkan bahwa terdapat sekitar 6% responden yang telah menyebutkan bahwa dirinya negatif HIV namun dalam waktu enam bulan kemudian menjadi diketahui bahwa ia positif HIV.[5] Serosorting berdasarkan status HIV tidak sepenuhnya melindungi seseorang terhadap semua penyakit menular seksual. Infeksi dengan satu jenis HIV juga tidak akan mencegah infeksi dengan jenis HIV lainnya. Ada banyak variabilitas genetik dalam populasi virus HIV individu, karena variabilitas ini acak dan bermutasi setiap kali virus bereproduksi di dalam tubuh orang yang terinfeksi. Obat antiretroviral dapat menjaga tingkat virus dan mutasi tetap rendah namun resistansi obat tetap berpeluang muncul dan HIV menjadi lebih sulit untuk diobati.[6] Selain itu, infeksi ganda dari hubungan seks dengan pasangan yang sama-sama positif HIV telah ditunjukkan terkait dengan perkembangan yang lebih cepat menuju AIDS.[7] Lihat pulaReferensi
|