Shofwan Karim Elha
Shofwan Karim Elhussein lahir 12 Desember 1952) adalah seorang akademisi dan politisi Indonesia yang pernah menjabat Rektor Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat (2006–2013). Ia merupakan pemimpin Muhammadiyah di Sumatera Barat dan mantan anggota Golongan Karya era Orde Baru.[1][2] Kehidupan awal dan pendidikanTerlahir dengan nama Shofwan Karim Elha pada 12 Desember 1952, ia berasal dari Desa Sirih Sekapur, Jujuhan, Bungo, Jambi. Meski demikian, akte kelahirannya mencantumkan ia lahir di Sijunjung, Sumatra Tengah.[3] Ia merupakan anak sulung dari sepuluh bersaudara pasangan Haji Abdul Karim (1927–2003) dan Hajjah Rahana (1936–1995) yang berdarah Minangkabau. Shofwan tumbuh besar di lingkungan keluarga yang religius, manakala ayahnya bekerja sebagai guru agama di Sungai Limau, Koto Baru, Sijunjung.[4] Nama "Karim" sebenarnya diambil dari nama ayahnya, yakni Abdul Karim. Adapun "Elha" sendiri merupakan akronim dari nama kakeknya. Usai melaksanakan umrah pada 2013, Shofwan mengganti nama belakangnya itu menjadi "Elhussein".[5] Shofwan menyelesikan pendidikan dasar di SR Rantau Ikil dan Madrasah Ibtidaiah Al-Hidayatul Islamiah pada 1965, SMP Negeri 5 Jambi pada 1968, dan Sekolah Persiapan Institut Agama Islam Negeri Imam Bonjol—saat ini MA Negeri 1 Padang Panjang—pada 1971. Masa mudaSetelah menamatkan pendidikan menengahnya, Shofwan melanjutkan jenjang perguruan tinggi di Fakultas Tarbiyah IAIN Imam Bonjol—saat ini UIN Imam Bonjol—dan meraih gelar sarjana muda pada 1976, serta sarjana lengkap dengan gelar doktorandus di kampus yang sama pada 1982. I kembali meneruskan pendidikannya di IAIN Syarif Hidayatullah—saat ini UIN Syarif Hidayatullah—dan mendapat gelar Magister Agama Program Pascasarjana pada 1991. Pada 2008, ia meraih gelar doktor di Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah dengan membedah disertasi terkait nasionalisme, ideologi Pancasila, dan hubungannya dengan Islam sebagai dasar negara Indonesia.[3] Semasa berkuliah, Shofwan aktif berkecimpung dalam kehidupan berorganisasi. Ia bergabung dengan senat mahasiswa, dewan mahasiswa, dan BKK sejak 1972 hingga 1980. Shofwan masuk ke jajaran pengurus di Pelajar Islam Indonesia (PII) Padang Panjang sebagai wakil ketua dari 1969 sampai 1971, hingga menjadi Wakil Ketua PII Sumatera Barat sejak 1972 hingga 1976. Sejak 1972, ia terpilih sebagai wakil ketua senat di tingkat fakultas hingga 1974 dan sesudahnya menjadi wakil ketua dewan mahasiswa hingga 1976. Shofwan juga memimpin batalyon di Resimen Mahasiswa Mahasakti IAIN Imam Bonjol dan mengepalai Staf Resimen Maharuyung Sumatera Barat sejak 1974 hingga 1980. Selain itu, ia menjadi Redaktur Suara Kampus sejak 1979 hingga 1981.[6] Pada Maret 1985, ia diangkat menjadi pegawai negeri sipil dengan bertugas sebagai dosen tetap di Fakultas Ushuluddin IAIN Imam Bonjol. Belakangan, ia juga mengajar di Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat dan Institut Islam Muhammadiyah Singapura.[7] Kiprah organisasiShofwan muda aktif di Komite Nasional Pemuda Indonesia Sumatera Barat sebagai Ketua Departemen Organisasi selama dua periode, hingga akhirnya menjabat sebagai wakil ketua yang terpilih dua kali dari 1982 sampai 1987 dan 1987 hingga 1992. Tak hanya itu, ia juga turut menganggotai Himpunan Mahasiswa Islam Cabang Padang pada 1972, Wakil Ketua DPD Muhammadiyah Kota Padang sejak 1973 hingga 1976, Ketua Departemen Kader Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Sumatera Barat sejak 1976 hingga 1978, dan terpilih sebagai Ketua Biro Organisasi Kepemudaan selama dua periode (1975-1982). Pasca keaktifannya di Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah, Shofwan dipilih melalui musyawarah sebagai anggota Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sumatera Barat periode 1995–2000. Kiprah akademisi dan profesionalMasa-masa awal sebagai dosen, Shofwan tergabung dalam Team Teaching di Jurusan Sosiologi Antropologi Fakultas Sastra Universitas Andalas (Unand) dari tahun 1985 hingga 1987 bersama dosen tamu Joke Van Reenen dari Universitas Vrije Amsterdam dengan mata kuliah tentang keagamaan dan kemanusiaan di Afrika. Sejak tahun 2000 sampai sepuluh tahun berikutnya, ia menjadi Dosen Pemikiran Modern di Dunia Islam di Kolej Islam Muhammadiyah, Singapura.[8] Pada 2003, Shofwan sebagai Wakil Sekretaris Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) Sumatera Barat menjadi salah satu dari lima orang penandatangan pengambilalihan sepihak Semen Padang dari pemerintah pusat di bawah Semen Gresik kepada Pemerintah Provinsi Sumatera Barat.[9] Dua tahun setelahnya, tepatnya pada 5 Oktober 2005, ia diangkat menjadi salah satu komisaris di Semen Padang.[10] Pada 17 Juni 2011, Shofwan kembali diangkat menjadi komisaris perusahaan tersebut hingga pada 7 April 2015.[11] Ketika ini, ia telah menjadi Sekretaris ICMI Sumatera Barat periode 2007–2012. Shofwan pernah menjadi Wakil Presiden Konfederasi Buruh Islam Internasional yang meliputi empat negara, seperti Swiss, Maroko, Mesir, dan Malaysia sejak 2005 hingga 2010. Menjelang Pemilu Presiden 2009, Shofwan memimpin Tim Seleksi Anggota Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) Sumatera Barat pada 2008. Puncak kiprahnya di dunia akademik adalah ketika menjabat sebagai Rektor Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat dan terpilih selama dua periode berturut-turut, yakni 2006–2010 dan 2010–2014.[12] Sebelumnya, ia telah ditunjuk sebagai Penjabat Rektor dari 2001 sampai 2002 dan yang kedua kalinya pada 2005. Saat menjabat, ia berhasil menggagas "Hari Mahasiswa" berupa pembinaan intensif terhadap mahasiswa dan meningkatkan mutu dosen dalam sudut pandang pengajaran.[13] Dalam kurun 2005 hingga 2015, Shofwan menduduki posisi penasihat Muhammadiyah Sumatera Barat sebelum akhirnya kembali memimpin organisasi tersebut. Shofwan pensiun sebagai dosen di UIN Imam Bonjol Padang sebagai Lektor Kepala IV/b Assosiate Professor pada Januari 2018. Meski demikian, sampai saat ini, ia masih aktif menjadi dosen Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat. Kiprah politikShofwan pernah aktif berpolitik di Golongan Karya melalui jabatannya sebagai Ketua Biro Pemenangan Pemilihan Umum selama dua periode, Wakil Sekretaris, hingga Sekretaris di kepengurusan tingkat provinsi dalam kurun 1982–1999.[14] Pada 1992, ia menjadi anggota DPRD Sumatera Barat dan duduk sebagai Sekretaris Fraksi Golongan Karya.[15] Setelah itu, pada Pemilu Legislatif 1997, ia mempertahankan kursi yang sama untuk masa jabatan kedua hingga tahun 1999. Ketika Pemilukada Sumatera Barat 2005, Shofwan termasuk ke dalam bursa bakal calon Wakil Gubernur Sumatera Barat. Bupati Solok saat itu, Gamawan Fauzi berniat menjadikannya calon wakil.[16] Kendati demikian, Gamawan akhirnya maju sebagai calon Gubernur menggandeng wakil Marlis Rahman.[17] Dukungan politik Shofwan terhadap Presiden Indonesia ke-7 Joko Widodo terlihat sejak Pemilu Presiden 2014. Ia kerap mengomentari isu-isu sensitif yang dialamatkan kepada Joko Widodo di Sumatera Barat.[18] Dalam pemilihan presiden selanjutnya, ia kembali menyatakan dukungannya terhadap Joko Widodo.[19] Bahkan, ia didapuk sebagai penasihat Forum Komunikasi Relawan Pemenangan Joko Widodo Sumatera Barat pada 2018.[20] Kehidupan pribadiPada 25 November 1977, Shofwan menikah dengan wanita asal Payakumbuh berdarah Suku Pagar Cancang bernama Imnati Ilyas yang merupakan teman kuliahnya di IAIN Imam Bonjol. Istrinya bekerja sebagai PNS yang mengajar di sekolah menengah dan pensiun pada 2014 sebagai guru di SMK Negeri 9 Padang.[21] Pernikahan mereka berlangsung di Balai Talang, Guguak, Lima Puluh Kota. Dari pernikahan tersebut, mereka dikaruniai empat anak, yaitu Iqbal Shoffan Shofwan,[22] Shofwim Shofwan, Putri Bulqis, dan Adam Putra. Bibliografi
Referensi
Pranala luar
|