Halaman ini berisi artikel tentang teori perang dan senjata nuklir. Untuk teori keadilan, lihat Deterensi (hukum).
Teori penggentar atau deterensi mulai dikenal sebagai strategi militer pada masa Perang Dingin karena terkait dengan penggunaan senjata nuklir. Deterensi memiliki arti yang unik waktu itu karena berkat kekuatan nuklir yang menghancurkan, sebuah negara nuklir kecil dapat mencegah serangan musuhnya yang jauh lebih kuat asalkan mereka terlindungi dari kehancuran melalui serangan kejutan. Deterensi adalah strategi untuk mencegah musuh mengambil tindakan yang belum dimulai, atau mencegah musuh melakukan sesuatu yang diharapkan negara lain. Menurut Bernard Brodie pada tahun 1959, deteren nuklir yang tepat harus selalu disiagakan dan tidak pernah digunakan.[1]
Dalam tulisan klasik Thomas Schelling (1966) tentang deterensi, ia memaparkan konsep bahwa strategi militer tidak bisa lagi dijadikan standar kemenangan militer. Ia berpendapat bahwa strategi militer saat ini lebih mengarah ke seni koersi atau intimidasi dan deterensi.[2] Schelling mengatakan bahwa kemampuan untuk menghancurkan negara lain sudah dijadikan motivasi bagi negara lain untuk menghindarinya dan memengaruhi perilaku negara lain. Untuk bersikap koersif atau mencegah negara lain, kekerasan harus diantisipasi dan dihindari lewat akomodasi. Karena itu, dapat disimpulkan bahwa penggunaan kekuasaan untuk melukai sebagai daya tawar adalah dasar dari teori deterensi, dan deterensi sangat berhasil bila tidak digunakan.[2]
Pada tahun 2004, Frank C. Zagrare mengutarakan pendapatnya bahwa teori deterensi tidak konsisten secara logis, tidak akurat secara empiris, dan banyak kelemahan. Sebagai pengganti deterensi klasik, para pakar pilihan rasional mengusulkan deterensi sempurna yang berasumsi bahwa setiap negara memiliki ciri khas internalnya masing-masing dan kredibilitas ancaman pembalasannya sendiri.[3]
Dalam artikel di Wall Street Journal bulan Januari 2007, para pembuat kebijakan era Perang Dingin, Henry Kissinger, Bill Perry, George Shultz, dan Sam Nunn, mencabut pernyataannya dan menegaskan bahwa bukannya menjadikan dunia ini lebih aman, senjata nuklir justru merupakan sumber risiko yang besar.[4] Pada tahun 2010, sejumlah negarawan senior dan tokoh wanita Eropa menuntut tindakan lebih lanjut dalam menangani masalah proliferasi senjata nuklir. Mereka mengatakan, "Deterensi nuklir bukanlah tanggapan strategis yang persuasif bagi dunia yang penuh perlombaan senjata nuklir regional dan terorisme nuklir, berbeda dengan era Perang Dingin".[5]
Lihat pula
Referensi
- ^
Brodie, Bernard (1959), "8", "The Anatomy of Deterrence" as found in Strategy in the Missile Age, Princeton: Princeton University Press, hlm. 264–304
- ^ a b
Schelling, T. C. (1966), "2", The Diplomacy of Violence, New Haven: Yale University Press, hlm. 1–34
- ^
Zagare, Frank C. (2004), "Reconciling Rationality with Deterrence: A Re-examination of the Logical Foundations of Deterrence Theory", Journal of Theoretical Politics, 16 (2), hlm. 107–141
- ^ "Nuclear endgame: The growing appeal of zero". The Economist. June 16, 2011.
- ^ Kåre Willoch, Kjell Magne Bondevik, Gro Harlem Brundtland, Thorvald Stoltenberg, Wlodzimierz Cimoszewicz, Ruud Lubbers, Jean-Luc Dehaene, Guy Verhofstadt; et al. (14 April 2010). "Nuclear progress, but dangers ahead". The Guardian.
Bacaan lanjutan
- Freedman, Lawrence. 2004. Deterrence. New York: Polity Press.
- Jervis, Robert, Richard N. Lebow and Janice G. Stein. 1985. The Psychology of Deterrence. Baltimore: Johns Hopkins University Press. 270 pp.
- Morgan, Patrick. 2003. Deterrence Now. New York: Cambridge University Press.
- T.V. Paul, Patrick M. Morgan, James J. Wirtz, Complex Deterrence: Strategy In the Global Age (University of Chicago Press, 2009) ISBN 978-0-226-65002-9
- Garcia Covarrubias, Jaime. The Significance of Conventional Deterrence in Latin America, March - April 2004
- Waltz, Kenneth N. Nuclear Myths and Political Realities. The American Political Science Review. Vol. 84, No. 3 (Sep, 1990), pp. 731–746
Pranala luar
- Nuclear Deterrence Theory and Nuclear Deterrence Myth Diarsipkan 2010-07-05 di Wayback Machine., streaming video of a lecture by Professor John Vasquez, Program in Arms Control, Disarmament, and International Security (ACDIS), University of Illinois, September 17, 2009.
- Deterrence Today - Roles, Challenges, and Responses Diarsipkan 2011-12-07 di Wayback Machine., analysis by Lewis A. Dunn, IFRI Proliferation Papers n° 19, 2007
- Revisiting Nuclear Deterrence Theory Diarsipkan 2013-01-10 di Archive.is by Donald C. Whitmore — March 1, 1998
- Nuclear Deterrence, Missile Defenses, and Global Instability Diarsipkan 2004-06-26 di Wayback Machine. by David Krieger, April 2001
- Bibliography Diarsipkan 2011-09-27 di Wayback Machine.
- Maintaining Nuclear Deterrence in the 21st Century Diarsipkan 2005-08-14 di Wayback Machine. by the Senate Republican Policy Committee
- Nuclear Files.org Description and analysis of the nuclear deterrence theory
- Nuclear Files.org Speech by US General Lee Butler in 1998 on the Risks of Nuclear Deterrence
- Nuclear Files.org Speech by Sir Joseph Rotblat, Nobel Peace Laureate, on the Ethical Dimensions of Deterrence
- The Universal Formula for Successful Deterrence by Charles Sutherland, 2007. A predictive tool for deterrence strategies.
- Will the Eagle strangle the Dragon? Diarsipkan 2008-04-10 di Wayback Machine., Analysis of how the Chinese nuclear deterrence is altered by the U.S. BMD system, Trends East Asia, No. 20, February 2008.
- When is Deterrence Necessary? Gauging Adversary Intent Diarsipkan 2017-12-03 di Wayback Machine. by Gary Schaub,Jr., Strategic Studies Quarterly 3, 4 (Winter 2009) Diarsipkan 2017-02-10 di Wayback Machine.
- The significance of conventional deterrence in Latin America
|