Textus ReceptusTextus Receptus adalah naskah yang diterima dan dikenakan pada Alkitab Perjanjian Baru dalam bahasa Yunani.[1] Textus Receptus merupakan kata yang diambil dari bahasa Latin yang berarti 'naskah yang diterima'.[1][2] Kitab Perjanjian Baru Yunani ini pertama kali diterbitkan pada tahun 1516 oleh Desiderius Erasmus, seorang peneliti, pastor, dan rahib dari Rotterdam, Belanda.[1] Textus receptus ini adalah naskah yang sangat umum dipakai sampai abad ke-19, ketika Teks Aleksandria menjadi lebih umum digunakan sebagai dasar teks. Akan tetapi, banyak penemuan-penemuan baru dan perkembangan dalam bidang kritik teks.[1] Kritik teks ini pun kemudian memaksa diterbitkannya naskah-naskah Yunani yang disesuaikan dan menjadi dasar untuk misalnya RV pada tahun 1881.[1] Textus Receptus dalam Perjanjian Lama yang berbahasa Ibrani tersebut merujuk kepada Alkitab Rabinik Kedua.[1] Alkitab ini diterbitkan di Venisia pada tahun 1524 M.[1] Naskah ini merupakan terjemahan dasar untuk Alkitab Luther Jerman.[3] Sebagaian besar terjemahan Perjanjian Baru pada masa Reformasi banyak menggunakan naskah ini sebagai sumber terjemahan.[3] Selain itu, naskah ini juga Kitab Perjanjian Baru dalam bahasa Inggris yang ditulis oleh William Tyndale.[3] Alkitab versi Raja James pun memakai naskah ini sebagai sumber penulisannya.[3] SejarahErasmus mengerjakan dua proyek selama bertahun-tahun, yakni mengumpulkan naskah Yunani dan Perjanjian Baru Latin yang baru. Pada tahun 1512, ia memulai karyanya pada Perjanjian Baru berbahasa Latin. Ia mengumpulkan semua manuskrip Vulgata yang bisa dia temukan untuk membuat edisi kritis. Kemudian, dia memoles bahasa Latin dan berkata, "Ada baiknya jika Paulus berbicara kepada orang-orang Romawi dalam bahasa Latin yang lebih baik."[4] Pada fase awal proyek ini, ia tidak pernah menyebutkan naskah Yunani: "Saya sangat bersemangat untuk memperbaiki naskah Jerome, dengan catatan, bahwa saya sendiri tampaknya terinspirasi oleh dewa-dewa. Saya hampir selesai memperbaikinya dengan menyusun sejumlah besar manuskrip kuno, dan ini saya lakukan dengan biaya sendiri yang sangat besar."[5] Niatnya untuk menerbitkan terjemahan Latin sudah jelas, akan tetapi belum diketahui mengapa ia memasukkan naskah Yunani ke dalam terjemahannya. Beberapa orang berspekulasi bahwa ia bermaksud memproduksi naskah Yunani yang kritis atau bahwa ia ingin mencetak Poliglot Complutensian, akan tetapi tidak ada bukti yang mendukung hal tersebut. Sebaliknya, motivasinya mungkin lebih sederhana: ia menyertakan naskah Yunani untuk membuktikan keunggulan versi Latin yang dibuatnya. Dia menulis, "Masih ada Perjanjian Baru yang diterjemahkan oleh saya, dengan kiblat Yunani, disertai catatan di atasnya yang ditulis oleh saya."[6] Dia lebih lanjut menunjukkan alasannya memasukkan naskah Yunani ketika mempertahankan karyanya: "Tapi fakta-fakta tidak bisa ditutupi, dan dapat menjadi jelas, seperti yang mereka katakan; bahkan untuk orang buta, sering kali karena kecerobohan penerjemah atau kurangnya perhatian, bahasa Yunani telah salah diterjemahkan; seringkali bacaan yang benar dan asli telah dirusak oleh juru tulis yang bebal, yang kita lihat terjadi setiap hari, atau diubah oleh juru tulis yang setengah terpelajar dan setengah tertidur."[6] Karya baru Erasmus diterbitkan oleh Froben dari Basel pada tahun 1516 dan menjadi Perjanjian Baru Yunani pertama yang pernah diterbitkan, Novum Instrumentum omne, diligenter ab Erasmo Rot. Recognitum et Emendatum. Dia menggunakan manuskrip: 1, 1rK, 2e, 2ap, 4ap, 7, 817.[7] Edisi kedua karyanya menggunakan istilah yang lebih familiar, Testamentum daripada Instrumentum, dan akhirnya menjadi sumber utama untuk terjemahan Alkitab bahasa Jerman oleh Martin Luther. Untuk edisi kedua (1519) Erasmus juga menggunakan Minuscule 3. Banyak kesalahan tipografi, akibat terburu-burunya pekerjaan, dalam teks yang diterbitkan. Erasmus juga tidak memiliki salinan lengkap Kitab Wahyu. Erasmus akhirnya menerjemahkan enam ayat terakhir ini dari Vulgata ke dalam bahasa Yunani untuk menyelesaikan karyanya. Erasmus menyesuaikan teks di banyak tempat agar dapat disesuaikan dengan bacaan yang ditemukan dalam Vulgata atau kutipan Bapa Gereja lainnya; akibatnya, meskipun Textus Receptus diklasifikasikan oleh para sarjana sebagai teks Bizantin akhir, teks ini berbeda dalam hampir 2.000 bacaan dari bentuk standar jenis teks tersebut, seperti yang disebutkan oleh "Teks Mayoritas" karya Hodges dan Farstad (Wallace, 1989). Edisi ini sukses secara komersial dan dicetak ulang pada tahun 1519, dengan sebagian besar tetapi tidak semua dari kesalahan ketik tersebut kemudian diperbaiki.[8] Erasmus telah mempelajari manuskrip Perjanjian Baru Yunani selama bertahun-tahun, di Belanda, Prancis, Inggris dan Swiss. Tercatat banyak varian dari Perjanjian Baru, tetapi hanya enam manuskrip Yunani yang langsung dapat diakses olehnya di Basel.[7] Semua manuskrip ini berasal dari abad ke-12 atau lebih baru, dan hanya satu yang berasal dari luar tradisi Bizantium arus utama. Akibatnya, sebagian besar sarjana modern menganggap naskahnya memiliki kualitas yang meragukan.[8] Comma Johanneum dimasukkan ke dalam edisi ketiga dari karya Erasmus (tahun 1522) karena "Erasmus memilih untuk menghindari fitnah daripada tetap berkutat dalam masalah akurasi filologis" meskipun ia tetap "yakin bahwa itu bukan teks asli dari I Yohanes."[9] Banyaknya permintaan untuk teks Perjanjian Baru berbahasa Yunani menyebabkan kebingungan edisi resmi dan tidak resmi yang berkelanjutan, terutama di awal abad keenam belas, yang mana hampir semua terbitan saat itu didasarkan pada karya Erasmus dan bacaan khususnya, akan tetapi biasanya juga memuat beberapa perubahan kecil.[10] Keberhasilan teks Perjanjian Baru berbahasa Yunani dari Erasmus akhirnya menutupi kehebatan teks Latin. Banyak penerbit lain menghasilkan versi mereka sendiri dari Perjanjian Baru Yunani setelah beberapa abad berikutnya. Kebanyakan dari terbitan itu hanya mengandalkan teks Erasmian daripada tulisan kritis mereka sendiri. Robert Estienne, yang dikenal sebagai Stephanus (1503–1559), seorang pencetak buku dari Paris, menyunting Perjanjian Baru berbahasa Yunani sebanyak empat kali, pada tahun 1546, 1549, 1550 dan 1551, yang terakhir di Jenewa. Dua yang pertama disebut O mirificam; edisi ketiganya merupakan mahakarya keterampilan tipografi. Karya ini memiliki perangkat kritis yang mencantumkan kutipan manuskrip yang telah dirujuk oleh teks. Naskah ini ditandai dengan simbol (dari α sampai ις). Ia menggunakan Polyglotta Complutensis (dilambangkan dengan α) dan 15 manuskrip Yunani. Di antaranya termasuk Codex Bezae, Codex Regius, minuscule 4, 5, 6, 2817, 8, dan 9. Ini merupakan langkah pertama menuju kritik tekstual modern. Edisi ketiga dikenal sebagai Editio Regia. Edisi 1551 berisi terjemahan Latin Erasmus dan Vulgata. Terbitan ini hampir tidak sebagus tiga edisi lainnya dan sudah sulit ditemukan. Dalam edisi inilah pembagian Perjanjian Baru ke dalam ayat-ayat tertentu pertama kali diperkenalkan. Edisi ketiga Estienne digunakan oleh Theodore Beza (1519–1605), yang menyuntingnya sembilan kali antara tahun 1565 dan 1604. Dalam perangkat kritis edisi kedua, ia menggunakan Codex Claromontanus dan Perjanjian Baru berbahasa Syria yang diterbitkan oleh Emmanuel Tremellius di tahun 1569. Codex Bezae dua kali dirujuk (sebagai Codex Bezae dan β' dari Estienne). Asal usul istilah Textus Receptus berasal dari kata pengantar penerbit untuk edisi 1633 yang diproduksi oleh Bonaventure dan keponakannya Abraham Elzevir yang bermitra dalam bisnis percetakan di Leiden. Kata pengantarnya berbunyiː Textum ergo habes, nunc ab omnibus receptum: in quo nihil immutatum aut corruptum damus ("jadi Anda memegang teks, yang sekarang diterima oleh semua orang, di mana tidak ada di dalamnya yang rusak"). Kedua kata textum dan receptum dimodifikasi dari kausa akusatif menjadi nominatif menjadi textus receptus. Seiring waktu, istilah itu telah diterapkan secara surut untuk seluruh edisi Erasmus, karena karyanya menjadi dasar dari edisi setelahnya.[8] Hubungan dengan teks BizantinTextus Receptus terutama dituliskan berdasarkan manuskrip teks Bizantin, yang juga disebut 'teks Mayoritas', dan biasanya diidentifikasi berdasarkan teks tersebut oleh pengikut-pengikutnya. Namun, di selama bertahun-tahun, Erasmus telah memberi catatan secara luas pada ayat-ayat Perjanjian Baru. Catatan ini merujuk pada pendapat Bapa-Bapa Gereja awal, seperti halnya Agustinus dan Ambrose. Kutipan Bapa-Bapa gereja ini lebih sering sesuai dengan jenis teks Western. Ia juga banyak mengutip pada sumber ini (dan juga pada Vulgata) untuk membantunya dalam menyusun karyanya yang berdasar pada bacaan Yunani. F. H. A. Scrivener (1813–1891) menyatakan bahwa di Matius 22:28; 23:25; 27:52; 28:3, 4, 19, 20; Markus 7:18, 19, 26; 10:1; 12:22; 15:46; Lukas 1:16, 61; 2:43; 9:1, 15; 11:49; dan Yohanes 1:28; 10:8; 13:20, Erasmus mengikuti pembacaan Minuscule 1 (tipe teks Kaisarea). Scrivener menunjukkan bahwa beberapa teks disusun dari Vulgata (misalnya, Kis 9:6; Why 17:4-8). Daniel B. Wallace menyebutkan bahwa di 1.838 tempat (1.005 di antaranya dapat diterjemahkan) Textus Receptus berbeda dari jenis teks Bizantin.[11] Minuscule 1rK, satu-satunya sumber teks Erasmus untuk Kitab Wahyu, adalah manuskrip tafsiran Andreas dan bukan manuskrip teks berkelanjutan. Tidak selalu mudah bagi Erasmus untuk membedakan teks tafsiran manuskrip ini dari teks sumber Alkitabiahnya. Tafsiran Andreas ini secara umum diakui berhubungan dengan teks Bizantin dalam kitab Wahyu; akan tetapi sebagian besar kritikus tekstual tetap menganggapnya sebagai jenis teks yang berbeda. Dean Burgon, seorang pemerhati Textus Receptus yang berpengaruh, menyatakan bahwa Textus Receptus perlu dikoreksi. Ia memberikan 150 catatan dalam Textus Receptus, itu pun hanya untuk Injil Matius saja.[12]
Daftar terjemahan Alkitab dalam bahasa Inggris yang bersumber dari TR
Lihat pulaReferensi
|