Theodorus Henricus Franciscus Klompe
Prof. Dr. Theodorus Henricus Franciscus Klompé (30 Desember 1903 – 19 Mei 1963)[1] adalah seorang ilmuwan, geologis dan guru besar geologi Institut Teknologi Bandung dan Universiti Malaya, yang juga merupakan pendiri jurusan Geologi Institut Teknologi Bandung.[2] [3] Riwayat HidupTheodorus Henricus Franciscus Klompé lahir di Kota Den Haag, Zuid-Holland, Belanda pada tanggal 30 Desember 1903, anak dari seorang ayah - F. A. Klompé dan ibu - J. de Vries.[1] Theo - nama kecil Klompé, setelah menyelesaikan pendidikan dasar dan menengahnya kemudian melanjutkan pendidikan tinggi di Universitas Leiden (universitas tertua di Belanda yang didirikan tahun 1575).[2] Klompé tercatat sebagai mahasiswa Universitas Leiden dengan nomor mahasiswa 11073 yang terdaftar pada tanggal 18 September 1923 ketika Leiden dipimpin oleh Rector Magnificus Mr. H. Krabbe (17 September 1923-12 Juli 1924).[4] Pada bulan Juni 1925 ia lulus tahap candidaats-examen wis- en natuurkunde pada bagian utama geologi.[5] Pada bulan Februari 1928 ia lulus tahap doctoraal-examen wis- en natuurkunde pada bagian utama geologi.[6] Akhirnya pada bulan November 1929[7] ia meraih gelar Doctor in de wis- en natuurkunde setelah mempertahankan disertasinya yang berjudul "Die geologie des Val Mora und des Val Brembo di Messolde, Beiträge zur Geologie der Bergamasker Alpen" berdasarkan penelitian geologi yang dilakukannya di Italia Utara.[2] Ditugaskan ke IndonesiaSaat dia bergabung dengan Koloniale Petroleum Maatschappij (sebuah perusahaan minyak kolonial), dia mendapat tugas kunjungan ke Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Kalimantan, Papua, Cina dan Jepang. Klompé menguasai berbagai macam bahasa seperti Inggris, Prancis, Italia, Jerman, dan Melayu.[2] Pada saat Jepang mengumumkan perang kepada Hindia Belanda, Theo Klompé bergabung dalam milisi dengan pangkat letnan satu. Namun dengan menyerahnya Hindia Belanda tanpa perlawanan kepada Jepang di Kalijati, seluruh kekuatan militer diperintahkan untuk menyerah, termasuk Letnan Satu Milisi Klompé pada tanggal 12 Maret 1942.[1] Sejak itu ia menjadi tawanan perang di Penjara Banceuy Bandung, kemudian Jakarta, dan Singapura.[2] Setelah Jepang menyerah kalah kepada Sekutu, seluruh tawanan perang dibebaskan termasuk Theo Klompé. Ia ditunjuk menjadi perwira penghubung administrasi militer Inggris di Singapura, Kuala Lumpur, dan Penang. Karena keberhasilannya dalam menjalankan tugas, ia dinaikkan pangkatnya menjadi Kapten Perwira Cadangan, dengan salah satu tugasnya adalah memulangkan romusa orang Indonesia di Malaysia maupun Muangthai Selatan. Mengajar di ITB, Universitas Chulalongkorn dan Universitas MalayaPada tahun 1947 Dr. Th. H. F. Klompé turut membidani lahirnya Faculteit der Exacte Wetenschap (Fakultas Ilmu Pasti dan Ilmu Alam - FIPIA) Universiteit van Indonesie te Bandoeng,[note 1] FIPIA yang pertama di negeri ini. Pada tahun 1950, ia juga turut mendirikan Bagian Geologi FIPIA,[note 2] yang menandai era baru sejarah ilmu geologi di Indonesia. Pada tanggal 1 Agustus 1950 ia diangkat sebagai guru besar tetap Geologi,[8] sedangkan orasi inagurasinya sendiri dilaksanakan pada tanggal 17 Maret 1951 di aula Faculteit van Technische Wetenschap (sekarang Aula Barat ITB) dengan judul "De structurele en economische betekenis der Mesozoische Plooiingsfasen voor Zuidoost-Azie". Dari pusat penelitian ilmiah baru ini Prof. Dr. Th. H. F. Klompé dan stafnya mengorganisir ekspedisi dan investigasi di pulau Jawa, Sumatra, Timor, dan pulau-pulau terpencil lainnya. Di bawah pimpinannya banyak kontribusi berharga berupa artikel ilmiah dalam bidang tektonik, stratigrafi, paleontologi, geofisika, dan vulkanologi yang diterbitkan dalam Indonesian Journal of Natural Science dan dalam Contributions from the Department of Geology, University of Indonesia.[3][note 1] Prof. Dr. Th. H. F. Klompé membuktikan dirinya tidak hanya seorang sarjana yang berbakat dan guru besar tetapi juga seorang pemimpin alami. Semangat, antusiasme, dan minat untuk belajar menginspirasi para mahasiswanya, dan sampai hari ini tetap sebagai inspirasi bagi para dosen dan mahasiswa Geologi Institut Teknologi Bandung. Mahasiswa pertama Klompé lulus pada tahun 1956. Akan tetapi, situasi politik di Indonesia saat itu mengharuskan kepergiannya dari Indonesia dan ia tidak dapat membimbing mahasiswanya untuk meraih gelar doktor mereka.[3] Meninggalkan Indonesia hingga Meninggal DuniaPada tahun 1958 Prof. Dr. Th. H. F. Klompé meninggalkan Indonesia, tempat yang ia cintai dan berkarya dengan baik. Ia kemudian diangkat sebagai Kepala Departemen Geologi Universitas Chulalongkorn di Bangkok.[3] Kemudian, pada tahun 1962 Klompé, yang menganut agama Buddha, diangkat sebagai Kepala Department of Geology Universiti Malaya. Dalam status tetap membujang, ia meninggal dunia pada tanggal 19 Mei 1963 karena menderita kanker usus. Kematiannya terjadi hanya satu hari setelah dimulainya perkuliahan di awal semester baru. Prof. Dr. Th. H. F. Klompé pernah berkeinginan jika ia meninggal, agar jenazahnya dikremasi dan abunya dibuang ke dalam kawah Gunung Tangkuban Parahu, puncak gunung berapi yang indah yang berdiri sebagai sentinel di atas Kampus ITB Ganesha di mana ia mengajar selama sepuluh tahun. Perhentian terakhirnya ke negara yang ia cintai diiringi sekelompok teman-teman lama, mahasiswa dan para koleganya yang pergi bersama-sama ke kawah gunung itu.[3] Untuk mengenang jasanya, perpustakaan Department of Geology Universiti Malaya diberi nama "Library Klompé". Jenazah Klompé dikremasi, harta warisan yang tidak seberapa diserahkan kepada asistennya.[2] Publikasi
Catatan
Referensi
Pranala luar |