Universitas Darussalam Gontor
Universitas Darussalam Gontor (en: University of Darussalam Gontor, ar: جامعة دار السلام كونتور) atau disingkat UNIDA Gontor, merupakan sebuah universitas Islam swasta berbasis pesantren yang terletak di daerah Ponorogo, Jawa Timur, Indonesia. Universitas Darussalam Gontor menerapkan sistem asrama (boarding system) untuk mendukung lingkungan pembelajaran yang efektif dan efisien. Mengikuti tradisi Pondok Modern Darussalam Gontor, UNIDA Gontor menetapkan Bahasa Arab dan Inggris digunakan sebagai pengantar pengajaran dan bahasa komunikasi untuk seluruh civitas academica. Sistem asrama pada UNIDA Gontor mendukung perpaduan antaran kegiatan olah zikir (ibadah), olah fikir (akademik), olah rasa (seni) dan olah raga. UNIDA Gontor telah melakukan pembaruan akreditasi pada tahun 2023 dengan status Unggul, berdasarkan surat keputusan No. 363/SK/BAN-PT/Ak/PT/V/2023.[1] SejarahUniversitas Darussalam Gontor tidak lepas dari cita-cita tiga orang 'ulama pendiri Pondok Modern Darussalam Gontor, yaitu K.H. Imam Zarkasyi ,K.H. Ahmad Sahal, dan K.H. Zainuddin Fannanie (dikemudian hari dikenal sebagai Trimurti). Didirikan dengan modal tanah warisan orang tua dan dana secukupnya, pada tahun 1926 dibuka lembaga pendidikan rendah yang disebut Tarbiyatul Athfal. Dengan antusiasme masyarakat sekitar Desa Gontor untuk belajar agama, pada tahun 1936 Tarbiyatul Athfal dikembangkan menjadi lembaga pendidikan menengah yaitu Kulliyatul Mu'allimin al-Islamiyyah (KMI). Sistem pendidikan Kulliyyatul Mu'allimin al-Islamiyyah bervisi mencetak kader guru-guru Islam, sesuai dengan spirit Trimurti pendiri Pondok Modern Darussalam Gontor, yaitu berdakwah melalui pendidikan. Sistem pendidikan ini merupakan terobosan sistem pendidikan yang secara khusus didesain oleh K.H. Imam Zarkasyi, sebagai hasil dari "safari belajar" di institusi-institusi pendidikan Islam terkemuka saat itu. Salah satu aspek terobosan ini adalah menjadikan pendidikan agama dan sains terintegrasi: "Agama 100% Sains 100%" . Setelah KMI mengalami perkembangan pesat, Trimurti mengarahkan usaha menuju pendirian lembaga pendidikan yang lebih tinggi. Dengan visi demikian, pada tahun 1942 dibuka program pendidikan tinggi yang disebut dengan Underbow dan Bovenbow sebagai lanjutan untuk lulusan KMI. Kelanjutan program tersebut terhenti, karena kondisi penjajahan yang tidak memungkinkan penyelenggaraan kegiatan pendidikan yang efektif. Setelah Indonesia menyatakan kemerdekaan, kegiatan belajar mengajar Pondok Darussalam mulai berlangsung lebih efektif. Trimurti meneruskan proses realisasi pendirian universitas. Pada tahun 1958, Trimurti dengan resmi mewakafkan Pondok Darussalam Gontor untuk umat Islam, baik nasional dan internasional. Wakaf ini, tidak hanya berupa harta materiil, namun juga meliputi ideologi, falsafah dan sunnah/tradisi yang hidup didalam Pondok Modern Darussalam Gontor dan institusi institusi yang kelak berada dibawah naungannya. Dengan demikian, pondok pesantren menjadi hak dan kewajiban yang harus ditanggung untuk kemajuan dan kemaslahatan bangsa Indonesia khususnya, dan umat Islam dunia umumnya. Di dalam Piagam Penyerahan Wakaf tersebut tertulis dengan jelas cita-cita Trimurti yaitu:
Maka dengan diresmikannya status wakaf Pondok Modern Darussalam Gontor, Trimurti dan Keluarganya tidak akan mewarisi atau memperoleh keuntungan apapun dari Pondok, dan kepengurusan pondok diserahkan kepada Badan Wakaf yang dibentuk sebagai perwakilan dari umat Islam yang ditunjuk oleh Trimurti. Proses pendirian Universitas Darussalam Gontor menjadi suatu misi utama yang mesti dipenuhi oleh Badan Wakaf. Sistem wakaf ini, bersama dengan sistem pendidikan terobosan yang belum pernah dipakai di pesantren salaf manapun, dan juga falsafah dan sunnah yang baku, membuat Pondok Darussalam digelari dengan julukan Modern. Dengan status waqif, Trimurti pendiri Pondok Modern Darussalam Gontor meneruskan realisasi cita-cita mereka. Untuk itu, pada 1 Rajab 1383 yang bertepatan dengan 17 November 1963 diresmikan pendirian Institut Pendidikan Darussalam (IPD). Dengan tenaga dan dukungan finansial yang ada, IPD mampu membuka 2 fakultas, Ushuluddin dan Tarbiyah. K.H. Imam Zarkasyi yang saat pendiriannya mengemban amanah sebagai pejabat Rektor, menyatakan dalam Pidato Peresmian IPD bahwa IPD harus dikembangkan sehingga menjadi pusat studi Islam bertaraf internasional seperti Universitas al-Azhar di Mesir yang selama ratusan tahun tetap berdiri kokoh dan mengikuti zaman. Disamping itu, IPD juga menjadi pusat pengkajian yang mengintegrasikan ilmu Islam dan Sains, seperti Universitas Aligarh Muslim di India yang merupakan simbol kebangkitan Islam karena mengintegrasikan ilmu pengetahuan Islam dan sains. Kegiatan kehidupan dalam IPD, haruslah dilandaskan dengan rasa ikhlas (sepi ing pamrih) seperti yang telah dilakukan oleh 'ulama pengasuh Madrasah Shanggit (Shinqit), di Mauritania, yang dikenal dengan keikhlasan dan kedermawanan. Dengan kekuatan itu semua, Perguruan Tinggi di Gontor tersebut diharapkan dapat meniru Shantiniketan pada abad lalu yang mengajar dunia dari tempat terpencil yang damai, yang kelak melahirkan cendekiawan besar Rabindranath Tagore. Pada tahun 1994, IPD mendirikan Fakultas Syari'ah dan berganti nama menjadi .[3] Pada tahun 1996, kampus ISID menempati kampus baru di Siman, Ponorogo. Dengan berdirinya kampus baru yang terpisah dari kampus KMI, maka ISID mulai berjalan intensif, mandiri, dan terpadu. Pada tahun 2010, ISID membuka Program Pascasarjana. Dan sejak itu, Program Studi (Prodi) pada setiap fakultas terus ditambah dan dibenahi. Pembangunan kampus baru di Siman juga telah membuka peluang yang lebih besar untuk merealisasikan amanat waqaf para pendiri Pondok Modern Gontor, yaitu mendirikan universitas. Maka, berdasarkan keputusan Badan Wakaf dan instruksi Pimpinan Pondok Modern Darussalam Gontor, pada tahun 2013 Panitia Pendirian Universitas Darussalam Gontor dibentuk. Dengan kerja keras, bantuan berbagai pihak, dan dukungan penuh umat Islam, Universitas Darussalam Gontor telah resmi berdiri dengan terbitnya Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 197/E/O/2014 tentang Izin Pendirian Universitas Darussalam Gontor tertanggal 4 Juli 2014. Kemudian, pada hari Sabtu, 18 September 2014, diadakan acara Peresmian Universitas Darussalam Gontor di Gedung Pertemuan Pondok Modern Gontor.[4] InformasiWebsite Pendaftaranhttps://pmb.unida.gontor.ac.id/ Persyaratan Pendaftaran Diarsipkan 2021-09-12 di Wayback Machine.Non Alumni Gontor (Reguler)
Alumni Gontor (Khusus)
Alumni Gontor Non (Non Reguler)
Program AkademikProgram SarjanaSaat ini, untuk program sarjana, UNIDA Gontor memiliki tujuh fakultas dan tujuh belas Program Studi (Prodi) yang telah terakreditasi oleh Pemerintah Republik Indonesia melalui Badan Akreditasi Nasional. Berikut nama-nama Prodi di UNIDA Gontor.[5] Fakultas Ushuluddin
Fakultas TarbiyahFakultas SyariahFakultas Ekonomi dan ManajemenFakultas HumanioraFakultas Ilmu KesehatanFakultas Sains dan TeknologiProgram PascasarjanaTahun 2009 Pondok Modern Darussalam Gontor telah berusia delapan puluh tiga tahun, usia yang cukup matang bagi suatu lembaga pendidikan. Selama itu pula Pondok telah ikut serta dalam proses pembangunan bangsa dengan mengembangkan model pendidikan yang khas, tidak hanya pada tingkat menengah tetapi juga tingkat perguruan tinggi. Tahun yang sama ISID Gontor (nama UNIDA sebelumnya) telah berusia empat puluh enam tahun, juga merupakan usia yang tidak bisa dibilang muda. Selama itu pula UNIDA Gontor telah memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pencapaian cita-cita dan tujuan pendirian Pondok Modern Darusalam Gontor dan terus berupaya memberikan sumbangsih dan darma baktinya kepada masyarakat, bangsa dan agama. Maka wajar jika kepercayaan masyarakat, pemerintah dan dunia Islam pada umumnya terus diberikan pada pondok ini. Sementara itu, permintaan dan harapan dari Pondok-pondok Alumni (yaitu pondok-pondok pesantren yang diasuh oleh alumni pondok Gontor) terus berdatangan, supaya UNIDA menyelenggarakan program studi lanjutan strata dua. Pendirian program studi strata dua UNIDA diharapkan sebagai wadah pengembangan kemampuan akademik guru-guru dan terutama dosen-dosen bagi pondok alumni yang telah memiliki perguruan tinggi. Beberapa hal di atas sudah tentu merupakan modal bagi Pondok Modern Darussalam Gontor untuk mengembangkan program pendidikan tingkat lanjut di UNIDA yaitu Program Pascasarjana. Maka bersamaan dengan momen penyelenggaraan Program Kaderisasi Ulama (PKU) yang merupakan program kerjasama segitiga antara Kemenag RI, MUI, dan UNIDA pada Maret 2009 dicanangkan pendirian Program Pascasarjana UNIDA Gontor. Program Pascasarjana UNIDA Gontor didirikan dengan segala kesiapan sarana-prasarana, sekaligus kesiapan sumber daya manusia (SDM) nya. Di samping itu, dukungan dari beberapa perguruan tinggi terkemuka baik di dalam maupun di luar negeri yang telah menjalin kerjasama (MoU) dengan UNIDA membuat PPS UNIDA tampil menjadi Program Pascasarjana yang terjamin kualitasnya, baik secara akademik maupun manajerialnya. Program Pascasarjana UNIDA Gontor, berdiri berdasarkan Surat Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Islam (Dirjen Pendis) Kementerian Agama Republik Indonesia Nomor: Dj.I/267/2010.[6] Saat ini, Program Pascasarjana UNIDA Gontor telah memiliki tiga Prodi:
Program DoktoralProgram Doktor Aqidah dan Filsafat IslamKurikulum Pascasarjana UNIDA Gontor berlandaskan visi, misi, dan tujuan dengan mengacu kepada Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI), serta Peraturan Menteri No 49 tahun 2014 tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi, dimana Beban SKS untuk Program Magister dan Doktor adalah 42 SKS, maka dirancang beban SKS sebagai berikut:[4] Mata Kuliah:
Lambang UniversitasArti Lambang Universitas adalah:
Referensi
Pranala luar |