Vale Indonesia
Vale Indonesia (sebelumnya bernama PT International Nickel Indonesia Tbk) merupakan perusahan tambang dan pengolahan nikel terintegrasi yang beroperasi di Blok Sorowako, Desa Sorowako, Kecamatan Nuha, Kabupaten Luwu Timur, Provinsi Sulawesi Selatan. PT Vale merupakan bagian dari Vale, perusahaan multitambang asal Brasil. PT Vale menambang nikel laterit untuk menghasilkan produk akhir berupa nikel dalam matte. Volume produksi nikel PT Vale rata-rata mencapai 75.000 metrik ton per tahunnya. PT Vale menggunakan teknologi pyrometalurgi atau teknik smelting. PT Vale merupakan perusahaan tambang penanaman modal asing (PMA) dalam naungan Kontrak Karya yang telah diamendemen pada 17 Oktober 2014[1] dan berlaku hingga 28 Desember 2025. Salah satu poin regenosiasi adalah pengurangan wilayah Kontrak Karya dari sebelumnya seluas 190.510 hektar menjadi 118.435 hektar. Selanjutnya, pada Maret 2017, PT Vale melepaskan wilayah seluas 418 hektar yang digunakan oleh pemerintah daerah sebagai kawasan terpadu mandiri. Dengan demikian, luas wilayah operasi PT Vale saat ini adalah 118.017 hektar meliputi Sulawesi Selatan (70.566 hektar), Sulawesi Tengah (22.699 hektar) dan Sulawesi Tenggara (24.752 hektar). Nikel yang dihasilkan PT Vale diimpor atau dijual seluruhnya kepada Vale Canada dan perusahaan Jepang Sumitomo Metal Mining Co., Ltd. dalam kontrak khusus jangka panjang yang dijalin kedua perusahaan tersebut. PT Vale tengah melakukan pembangunan pabrik pengolahan nikel di Sambalagi, Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah[2] dan Pomalaa, Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara bersama mitranya.[3] Pada 13 Mei 2024, PT Vale mendapat perpanjangan izin operasionalnya melalui Izin Usaha Pertambangan Khusus hingga 28 Desember 2035. IUPK ini berlaku selama sisa jangka waktu kontrak karya atau hingga 28 Desember 2025, serta perpanjangan pertama selama 10 tahun hingga 28 Desember 2035. [4] Program KeberlanjutanPT Vale menggunakan tiga PLTA yakni PLTA Larona 165 MW (beroperasi 1979), PLTA Balambano 110 MW (1999) dan PLTA Karebbe 90 MW (2011). 38% konsumsi energi operasional bersumber dari ketiga PLTA tersebut yang merupakan energi terbarukan.[5] PT Vale mengintegrasikan pembukaan lahan tambang dengan pemulihan lahan dan penanaman kembali. Untuk kebutuhan tersebut PT Vale telah mendirikan kebun bibit modern yang dioperasikan sejak April 2006. Fasilitas seluas 2,5 hektare yini mampu memproduksi rata-rata 700.000 bibit dan merehabilitasi lebih 100 ha lahan purna tambang setiap tahun.[6] Pada tahun 2014 PT Vale menginvestasikan AS$3,5 juta untuk membangun 80 kolam pengendapan dan fasilitas pengolahan air limbah berteknologi Lamella Gravity Settler yang merupakan pertama di industri pertambangan di Indonesia.[7] Di aspek sosial PT Vale menjalankan program pemberdayaan berbasis jangka panjang (berkelanjutan) melalui kemitraan tiga pilar (Pemerintah, Perusahaan, dan masyarakat) melalui Program Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat (PPM) berbasis Pengembangan Kawasan Perdesaan Mandiri (PKPM).[8] Penerapan good corporate governance (GCG) mengedepankan keterbukaan dan transparansi untuk menghindarkan bisnis dari risiko korupsi dan suap. PT Vale menjalankan manual antikorupsi yang bersifat mengikat di lingkup internal dan rekanannya.[9] PT Vale membuka [Pelapor pelanggaran|saluran pelaporan] Vale Whistleblower Channel untuk menerima laporan dugaan terjadinya penyelewengan, kecurangan, maupun pelanggaran kebijakan Perusahaan http://valewhistleblowerchannel.tipoffs.Info.[10] Sejarah1968 Penandatangan Kontrak Karya. 1973 Awal pembangunan pabrik pengolahan nikel Sorowako. 1977 Peresmian fasilitas penambangan dan pabrik pengolahan nikel oleh Presiden Soeharto. 1978 Produksi nikel komersial perdana sekaligus pengiriman ke Jepang. 1990 Divestasi perdana PT Vale. PT Vale mengadakan penawaran umum perdana (IPO) 21,18% sahamnya di Bursa Efek Indonesia (dahulu Bursa Efek Jakarta) dan terdaftar sebagai INCO pada 16 Mei 1990. 1996 Renegosiasi Kontrak Karya. Masa operasi diperpanjang hingga 2025. 2006 Kebun persemaian tanaman modern (nursery) yang berada di Blok Sorowako dioperasikan. 2011 Pemegang saham menyetujui perubahan nama dari PT INCO menjadi PT Vale Indonesia Tbk.[11] PLTA Karebbe beroperasi.[12] 2014 Pemerintah Indonesia dan PT Vale menandatangani amandemen Kontrak Karya.[1] 2015 Rekor produksi tertinggi mencapai 81.200 metrik ton. PT Vale mengintroduksi budidaya beras organik di wilayah pemberdayaannya di Blok Sorowako, Sulawesi Selatan.[13] 2018 Rekor 17,4 juta jam kerja bebas dari kecelakaan/zero lost time injury periode 5 April 2017 – 5 April 2018. 2019 PT Vale meraih predikat PROPER Hijau dari KLHK. 2020 Divestasi 20% saham kepada Pemerintah Indonesia melalui PT Indonesia Asahan Aluminium atau MIND ID.[14] Referensi
Pranala luar |