Share to:

 

Wayan Jengki Sunarta

Wayan Jengki Sunarta merupakan seorang penyair Indonesia yang lahir di Denpasar, Bali (22 Juni 1975). Menyelesaikan pendidikannya pada Jurusan Antropologi Budaya, Fakultas Sastra, Universitas Udayana dan pernah kuliah di Jurusan Seni Lukis di Institut Seni Indonesia Denpasar.

Ia juga turut berpartisipasi dalam aksi menolak Reklamasi Teluk Benoa di Bali sebagai bagian dari idealismenya menjaga tanah Bali. Protes sosial pun ia bungkus dalam puisi -puisi bertema kritik sosial.

Wayan Jengki Sunarta
Lahir(1975-06-22)22 Juni 1975
Indonesia Denpasar, Bali
KebangsaanIndonesia
PekerjaanPenyair
Novelis
Cerpenis
Tahun aktif1990 - sekarang
Situs webhttp://jurnal-jengki.blogspot.com/

Perjalanan Kepenulisan

Jengki berkiprah dalam dunia sastra Indonesia dan menulis puisi sejak awal tahun 1990-an. Kemudian merambah ke penulisan prosa liris, cerpen, feature, esai/artikel seni budaya, kritik/ulasan seni rupa, dan novel.

Namanya dikenal melalui sejumlah karyanya berupa novel, esei sastra, cerita pendek, dan puisi yang dipublikasikan di berbagai surat kabar antara lain Kompas, Koran Tempo, Media Indonesia, Republika, Suara Pembaruan, The Jakarta Post, Jawa Pos, Pikiran Rakyat, Bali Post, dan lain-lain. Ia salah satu penyair yang tergabung dalam Antologi Puisi Dari Negeri Poci yang telah dirintis sejak 1993.[1][2][3] Bukunya, Jumantara (Pustaka Ekspresi, 2021) mengantarkan Jengki meraih juara dalam Sayembara Buku Puisi Anugerah Hari Puisi Indonesia (HPI) 2021.[4]

Ia mengikuti sejumlah pertemuan atau kegiatan sastra tingkat nasional, antara lain Pesta Emas RI di Taman Budaya Surakarta (1995), Kongres Cerpen Indonesia di Yogyakarta (2000), Panggung Puisi Indonesia Mutakhir 2003 di Teater Utan Kayu-Jakarta, Cakrawala Sastra Indonesia 2004 di TIM-Jakarta, Ubud Writer & Reader International Festival 2004 di Ubud, Festival Kesenian Yogyakarta 2007, Lampung Art Festival 2007, Temu Sastra MPU IV 2009 di Solo, Pertemuan Pengarang Indonesia di Makassar (2012), Temu Sastra Indonesia (TSI) di Jakarta (2012), Borobudur Writers and Cultural Festival di Borobudur (2012 dan 2014), Apresiasi Seni 2015 di NTB dan NTT, Kongres Kesenian Indonesia (KKI) di Bandung (2015).

Hingga kini ia terus aktif menulis untuk berbagai media, menjadi aktivis kesenian, dan pegiat seni di Jatijagat Kehidupan Puisi (JKP), sebuah komunitas berkesenian di Denpasar.

Beberapa puisinya telah digubah menjadi tembang puitik oleh komponis musik klasik Ananda Sukarlan untuk vokal dan piano dan telah menjadi bagian dari repertoire tembang puitik Indonesia yang dinyanyikan para vokalis klasik.

Karya

  • Jumantara (Pustaka Ekspresi, 2021)
  • Solilokui (puisi; Pustaka Ekspresi, 2020)
  • Amor Fati (puisi; Pustaka Ekspresi, 2019)
  • Petualang Sabang (puisi; Pustaka Ekspresi, 2018)
  • Senandung Sabang (catatan perjalanan; Badan Bahasa, 2017)
  • Montase (puisi; Pustaka Ekspresi, 2016)M
  • Magening (novel; Kakilangit Kencana, 2015)
  • Perempuan yang Mengawini Keris (cerpen; Jalasutra, 2011)
  • Pekarangan Tubuhku (puisi; Bejana, 2010)
  • Impian Usai (puisi; Kubu Sastra, 2007)
  • Malam Cinta (puisi; Bukupop, 2007)
  • Cakra Punarbhawa (cerpen; Gramedia, 2005)
  • Purnama di Atas Pura (cerpen; Grasindo, 2005)
  • Pada Lingkar Putingmu (puisi; Bukupop, 2005)

Antologi Bersama

  • Nyanyian Fajar (Teater Kene, Jembrana, 1993)
  • Sayong (Sanggar Minum Kopi, Denpasar, 1994)
  • Tabur Bunga Penyair Indonesia (Lingkar Sastra, Blitar, 1995)
  • Getar (HP3N Malang, 1995)
  • Kidung Kawijayan (Sanggar Candi, Tabanan, 1996)
  • Bonsai’s Morning (Matamera, Denpasar, 1996)
  • Antologi Puisi Indonesia (Angkasa Bandung & KSI Jakarta, 1997)
  • Amsal Sebuah Patung (Yayasan Gunungan, Magelang, 1997)
  • Kembang Rampai Puisi Bali, (Bali Mangsi, Denpasar, 1997)
  • Selonding (Yayasan Selakunda, Tabanan, 1998)
  • Art and Peace (Yayasan Buratwangi, Denpasar, 2000)
  • Datang Dari Masa Depan (Sanggar Sastra Tasik, 2000)
  • Bali The Morning After ( terj. Vern Cork, Darma Printing, Australia, 2000)
  • Lampung Kenangan (Dewan Kesenian Lampung, 2002)
  • Puisi Tak Pernah Pergi (Buku Kompas, 2003)
  • Malaikat Biru Kota Hobart (Logung Pustaka, 2004)
  • Tuhan, Langit begitu Kosong (Balai Bahasa Denpasar, 2004)
  • Narasi Dari Pesisir (DKL, 2004)
  • Maha Duka Aceh (Pusdok.HB Jassin, Jakarta, 2005)
  • Dian Sastro for President! End of Trilogy (InsistPress, Yogya, 2005)
  • Les Cyberletters (Yayasan Multimedia, Jakarta, 2005)
  • Roh (bukupop, 2005)
  • Jogja 5,9 Skala Richter (Bentang, 2006)
  • Cinta Disucikan Kehidupan Dirayakan (Selakunda, Bali, 2007)
  • Tongue in Your Ear (FKY Pressplus, 2007)

Penghargaan dan Prestasi

  • Jumantara (Pustaka Ekspresi, 2021) menjadi Buku Puisi Terbaik Anugerah Hari Puisi Indonesia (HPI) 2021
  • Penghargaan di bidang sastra Bali Jani Nugraha oleh Pemerintah Provinsi Bali (2020)
  • Amor Fati (Pustaka Ekspresi, 2019) Nominasi Penghargaan Sastra Badan Bahasa, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemendikbud RI 2020
  • Penghargaan Widya Pataka oleh Gubernur Bali sebagai salah satu penulis produktif dan berprestasi (2007)
  • Nominasi lomba menulis cerpen yang digelar Depdiknas dan CWI, Jakarta, dibukukan dalam Dari Zefir Sampai Puncak Fujiyama, 2006
  • Tahun 2004, Cakra Punarbhawa (Kisah Lima Penjelmaan) masuk sebagai “Cerpen Pilihan Kompas” yang dihimpun dalam Sepi pun Menari di Tepi Hari (Buku Kompas, 2004)
  • Cerpen Terbaik Kompas 2004 versi Sastrawan Yogyakarta
  • Nominator Lomba Naskah Monolog Anti Budaya Korupsi se-Indonesia 2004
  • Nominator Anugerah Sastra Majalah Horison 2004
  • 12 Nominasi Lomba Menulis Naskah Monolog Anti Budaya Korupsi se-Indonesia, dibukukan dalam Sphinx Triple X (Sinergi, Yogyakarta, 2004)
  • Nominator “Krakatau Award 2003” lomba menulis cerpen nasional Dewan Kesenian Lampung, dihimpun dalam manuskrip Muli Sikep (DKL, 2003)
  • Krakatau Award 2002 dari Dewan Kesenian Lampung
  • Sepuluh Cerpen Terbaik 2001 lomba menulis cerpen nasional Harian Bali Post, Obituari Bagi Yang Tak Mati (Pustaka Bali Post, 2002)

Referensi

Lihat pula

Kembali kehalaman sebelumnya