Yoga untuk wanitaYoga untuk wanita merupakan bentuk latihan yang sering diajarkan oleh wanita ke kelas yang mayoritas diikuti oleh wanita. Hal ini merupakan lanjutan tradisi dari aktivitas fisik gender yang dimulai sejak awal abad ke-20 dengan Senam Harmonik Genevieve Stebbins di Amerika dan Mary Bagot Stack di Inggris. Indra Devi yang merupakan murid dari Krishnamacharya dan juga merupakan salah satu pelopor yoga modern di kalangan wanita Amerika Serikat menggunakan klien selebriti Hollywood sebagai pendongkrak popularitas yoga untuk wanita. Mayoritas praktisi yoga di dunia barat adalah wanita. Yoga telah dipasarkan ke wanita sebagai bentuk dari promosi mengenai kecantikan, kesehatan, dan sebagai salah satu kegiatan yang dapat dilakukan hingga usia tua. Karena ini, pasar yang besar telah terbuka untuk penjualan pakaian yoga yang modis. Sekarang, yoga juga dianjurkan untuk ibu hamil. Aktivitas yang dibatasi karena jenis kelaminGeeta Iyengar yang merupaka cendekiawan yoga dan ahli yoga mencatat bahwa wanita pada masa periode Weda kuno memiliki hak yang sama untuk berlatih yoga meditasi. Namun, hak tersebut hilang pada periode selanjutnya.[1] James Mallinson yang merupakan ahli Indologi menyatakan bahwa aliran yoga Gorakhnati selalu melarang wanita seperti yang diperintahkan oleh teks-teks Hatha yoga seperti Amritasiddhi, Hatha Yoga Pradipika, dan Gheranda Samhita, tetapi wanita disebutkan tetap saja berlatih yoga menggunakan vajroli mudra untuk meminimalkan cairan/darah mestruasi dan karenanya wanita memperoleh siddhi.[2] Mark Singleton yang merupakan ahli yoga telah mencatat bahwa terjadi dikotomi antara aktivitas fisik wanita dan pria sejak awal senam Eropa (dengan sistem Pehr Ling dan Niels Bukh). Pria berfokus pada kekuatan dan semangat, sementara wanita diharapkan untuk menumbuhkan daya tarik fisik dan gerakan anggun.[3] Pendekatan gender ini berlanjut ketika latihan sikap duduk yoga menjadi populer pada pertengahan abad ke-20. Bentuk maskulinitas yoga tumbuh dari nasionalisme India, mendukung kekuatan dan kejantanan, serta kadang-kadang merupakan bentuk nasionalisme agama yang berlanjut hingga ke abad 21 di kalangan nasionalis Hindu seperti Rashtriya Swayamsevak Sangh yang melanjutkan tradisi senam dan binaraga yang dicontohkan oleh tokoh di awal abad ke-20 yaitu Tiruka dan K.V. Iyer. Bentuk lain dari gerakan ini menekankan pada peregangan, relaksasi, pernapasan dalam, dan gaya yang lebih "spiritual" yang melanjutkan tradisi olahraga wanita sejak Senam Harmonik Stebbins dan Mary Bagot Stack.[4] Di samping merek yoga, banyak ahli yoga seperti di inggris yang menawarkan Hatha yoga tanpa merek kepada wanita dengan menciptakan kombinasi pose mereka sendiri. Hal ini mungkin merupakan vinyasas dan varian baru dari pose yang sudah sering dibuat.[7][8][9] Ketidakseimbangaan gender terkadang ditandai seperti di Inggris pada 1970-an yang mana wanita membentuk 70-90 persen dari sebagian kelas yoga dan juga ahli yoga.[10] Kimberly J. Pingatore juga mencatat bahwa praktisi yoga di Amerika Serikat sebagian besar adalah wanita yang bugar, muda, kaya, dan juga berkulit putih.[11][12] Pada 2004 di Amerika Serikat, 77 persen praktisi yoga adalah wanita. Pada 2002 di Australia, persentasenya menyentuh 86 persen dengan mayoritas berusia paruh baya dan yang sadar akan kesehatan.[13] Ketidakseimbangan ini mungkin meningkat seperti survei yang dilakukan oleh Yoga Journal pada 1997 yang menemukan bahwa 80 persen lebih sedikit pembaca adalah perempuan. Pada tahun 2003, halaman iklan jurnal melaporkan 89 persen pembaca adalah wanita.[14] Hal inilah yang menyebabkan yoga berkembang sebagai praktik wanita yang diajarkan oleh wanita kepada wanita.[15] Para "yogini" terkemuka (yogini dinamakan untuk dewa wanita abad pertengahan dan penyembah mereka) di dalam yoga modern yaitu seperti Nischala Joy Devi, Donna Farhi, Angela Farmer, Lilias Folan, Sharon Gannon (co-founder Jivamukti Yoga), Sally Kempton, Gurmukh Kaur Khalsa, Judith Hanson Lasater, Swamini Mayatitananda, Sonia Nelson, Sarah Powers (pendiri Insight Yoga), Shiva Rea (pendiri yoga Prana Vinyasa), Patricia Sullivan, Rama Jyoti Vernon, dan Sadie Nardini (pendiri Core Strength Vinyasa Yoga).[16] SejarahLouise MorganJurnalis Louise Morgan mewawancarai raja Aundh, Bhawanrao Shriniwasrao Pant Pratinidhi di News Chronicle pada 1936. Laporannya mengumumkan "Surya Namaskars – The Secret of Health" mengklaim bahwa tidak hanya raja dan rani (istrinya yang merupakan ratu) yang kesehatannya sempurna (meskipun dia memiliki delapan anak dan berusia lebih dari 70 tahun), tetapi juga istri dari guru rani yang sudah berusia 60 tahun itu tampak lebih muda dibanding anak-anak putrinya. Menurut Goldberg, banyak ibu-ibu Amerika yang diam-diam tetapi sungguh-sungguh menginginkan hal seperti itu (awet muda dan sehat). Ini adalah pertama kalinya Surya Namaskar dijual kepada wanita Barat.[17] Indra DeviIndra Devi yang merupakan pelopor yoga modern berbasis sikap duduk dan juga merupakan murid rusia dari Krishnamacharya (pendiri yoga sebagai latihan) berpendapat bahwa berpendapat bahwa yoga cocok untuk wanita India yang kaya: "Latihan yoga sejak mereka tidak melakukan kekerasan dan tidak melelahkan sangat cocok untuk seorang wanita dan membuatnya lebih cantik".[18] Elliott Goldberg yang merupakan sejarawan yoga modern mencatat bahwa Devi yang biasanya progresif secara efektif berdebat mengenai "yoga yang lembut untuk seks yang lebih adil"[19] yang mencela latihan yang lebih energik seperti Surya Namaskar.[20] Krishnamacharya mendorong Devi untuk mulai mengajar yoga di Tiongkok.[21] Devi membuka sekolah yoga pertamanya di Shanghai pada 1939 dan menjalankan sekolah tersebut selama tujuh tahun dan terutama mengajar wanita Amerika.[22] Sekembalinya pada tahun 1947, Devi membuka studio yoga di Sunset Boulevard di Hollywood dan mengajar yoga kepada bintang film serta selebriti seperti Greta Garbo, Eva Gabor, Gloria Swanson, Robert Ryan, Jennifer Jones, Ruth St. Denis, Serge Koussevitsky, dan pemain biola Yehudi Menuhin.[23][24] Pelanggan Devi yang terkenal ini membantu Devi untuk menjual dan mengenalkan yoga serta buku-bukunya seperti Forever Your Life Through Yoga pada 1953 dan Renew Your Life Through Yoga pada 1963 kepada publik Amerika yang skeptis.[25] Nasihat Devi dalam bukunya sebagian besar adalah untuk wanita, walaupun tidak semua kliennya adalah wanita. Misalnya, dalam Forever Young Forever Healthy, Devi menasihati para pembacanya bahwa "Tidak ada riasan yang dapat menyembunyikam garis senyum di sekitar mulut, ekspresi egois di wajah, tatapan mata yang penuh kebencian".[26] Devi menginstruksikan mereka untuk bertanya pada diri sendiri apakah mereka sama cantiknya seperti yang mereka bisa; dalam pandangannya, yoga membawa keindahan dengan membantu ketenangan pikiran.[27] Marcia MooreMarcia Moore yang merupakah ahli waris amerika (ayah Marcia merupakan pendiri Sheraton Hotel) belajar yoga di Kolkata pada tahun 1950-an dan dilatih sebagai ahli yoga di bawah Swarmi Vishnudevananda di Kanada pada 1961; dia membuat Silvananda Yoga Vedanta Center di Boston pada 1962.[28] Menurut Jess Stearn yang seorang jurnalis, kelasnya "sepenuhnya dihadiri oleh ibu rumah tangga kelas menengah ke atas berusia empat puluh tahun".[29] Stearn merenungkan mengapa para suami dari ibu rumah tangga yang mengikuti kelas tidak ikut mengikuti kelas seperti istrinya. Stearn mengira bahwa para pria merasa terganggu dengan para istri yang dengan mudahnya melakukan sikap duduk dan sebagai pekerja kantoran yang tidak layak, mereka merasa akan kehilangan muka jika fisik mereka terlihat kurang dibanding istri mereka. Moore menjelaskan kepada Stearn bahwa para wanita lebih tertarik untuk merawat tubuh mereka daripada suami mereka karena mereka telah merawat "paket" (tubuh) itu sepanjang hidup mereka dan mereka tidak ingin "melihat pembungkusnya kusut dan rusak."[30] Goldberg menambahkan bahwa ini tidak menjelaskan mengapa para wanita lebih memilih kelas daripada praktik di rumah. Dia menyarankan bahwa selain keterampilan dan motivasi yang dapat diberikan seorang ahli yoga, pergi ke kelas dapat memberi ibu rumah tangga tahun 1960-an ini identitas mereka sendiri, "terlibat dalam latihan olahraga eksotis dengan sekelompok wanita pemberani lainnya."[31] Mereka mengembangkan subkultur mereka sendiri dengan buku-buku yoga, ceramah, kelas, teman-teman, dan seragam dengan baju ketat hitam dan stoking, menggabungkan "hip severity" dengan "daya pikat mencolok" dari seorang gadis paduan suara.[32] BritaniaSaat Devi dan Moore menyebarkan yoga berbasis sikap duduk di sisi lain Atlantik, wanita di Britania mengambil latihan dari tahun 1960-an dan yoga atau sikap duduk menjadi primadona di kelas malam orang dewasa. Seperti contohnya di Birmingham, Wilfred Clark yang merupakan seorang editor surat kabar lokal memberikan kuliah tentang yoga kepada Asosiasi Pendidikan Pekerja pada tahun 1961 dan mendapat tanggapan yang antusias sehingga Wilfred mengusulkan kelas yoga kepada otoritas pendidikan setempat. Pada gilirannya, dia mendirikan Klub Yoga Birmingham, Asosiasi Yoga Midlands, dan British Wheel of Yoga pada tahun 1965. Setelahnya, kelompok-kelompok yoga mulai bermunculan di seluruh Britania.[33][34] Pada 1967, yoga mencapai kelas malam di London. Inner Education Authority (ILEA) menyatakan bahwa kelas dalam "hatha yoga" seharusnya tidak menutupi filosofi dari yoga dan terutama orang-orang dengan usia di atas 40 tahun menyukai kelas "Keep Fit" dalam sikap duduk dan "pranayama" serta mengungkapkan keprihatinan mengenai risiko dari "pameran" dan kurangnya ahli yoga yang memenuhi syarat. Peter McIntosh dari ILEA menyaksikan beberapa kelas yang diajarkan oleh B.K.S Iyengar dan terkesan dengan bukunya Light On Yoga dan sejak tahun 1970 pelatihan ahli yoga yang disetujui ILEA dijalankan oleh Silva Mehta yang merupakan murid dari Iyengar.[10] Kelas yoga tumbuh melampaui otoritas pendidikan setempat ketika ITV menayangkan Yoga for Health dari 1971. Hal itu diadopsi oleh lebih dari 40 saluran TV di Amerika. Suzanne Newcombe yang merupakan peneliti yoga memperkirakan jumlah wanita kelas menengah[35][a] yang berlatih yoga di Britania meningkat dari sekitar 5.000 pada 1967 menjadi 50.000 pada 1973 dan pada 1979 menjadi 100.000 yang mana sebagian besar ahli yoga yang mengajari mereka juga wanita. Dengan munculnya feminisme dan pendidikan yang baik, wanita kelas menengah Inggris mulai membenci menjadi ibu rumah tangga dan diberikan kebebasan ekonomi relatif mereka yang siap untuk bereksperimen dengan gaya hidup baru seperti yoga. Newcombe berspekulasi bahwa suami mereka mungkin menganggap istri mereka menghadiri "kursus feminim mengenai pelajaran seperti merangkai bunga atau memasak... kurang mengancam dan lebih terhormat daripada pekerjaan di luar rumah".[10] Para wanita melihat kelas malam sebagai tempat yang menarik, aman, dan baik untuk berteman dengan orang-orang yang memiliki pikiran yang sama. Selanjutnya, wanita di Inggris terbiasa dengan pendidikan jasmani yang digolongkan berdasar gender sejak Mary Bagot Stack's Women's League of Health and Beauty sebelum Perang Dunia Kedua. IndiaSedikit yang diketahui dari banyak wanita yang membantu mengembangkan yoga modern di India, tetapi salah satu murid Bishnu Charan Ghosh di Kolkata yaitu Labanya Palit yang menerbitkan manual 40 sikap duduk, Shariram Adyam ("A Healthy Body") pada tahun 1955 , sebuah karya yang dikagumi oleh penyair dan polymath Rabindranath Tagore.[36][37] Kesehatan dan KecantikanYoga telah dipasarkan kepada wanita sebagai sesuatu yang membuat mereka terlihat lebih muda dan mereka dapat terus belajar atau mengajar hingga usia tua. Pesan yang diajarkan oleh buku-buku seperti Yoga for Women tahun 1963 karya Nancy Phelan dan Michael Volin: "Kebanyakan ahli yoga tahu ... wanita yang telah mengejutkan semua orang ... membuang kekakuan dan ketegangan untuk kelenturan, kelangsingan, ketenangan dan keseimbangan".[39] Model yoga pada 1960-an dan 1970-an mengenakan "stoking jala yang menyanjung dan seksi serta atasan triko yang ketat."[10] Pakaian dan aksesorisYoga untuk wanita telah menciptakan pasar yang besar untuk pakaian yoga yang modis. Merek pakaian yoga utama termasuk Lululemon yang dikenal dengan celana yoga mereka. Penjualan pakaian olahraga termasuk celana yoga bernilai $35 miliar pada tahun 2014, menyumbang 17 persen dari penjualan pakaian Amerika.[36] Ibu hamilPada 1960-an, Krishnamacharya mengidentifikasi sikap duduk yang cocok untuk wanita hamil.[1] Geeta Iyengar di bukunya pada 1990 A Gem for Women menggambarkan sebuah latihan yoga yang disesuaikan untuk wanita, dengan bagian-bagian tentang yoga saat menstruasi, kehamilan, dan menopause.[40] Sebelum tahun 1980, beberapa buku mempertimbangkan apakah yoga relevan dengan kehamilan.[10] Sejak itu, banyak buku telah membahas masalah ini [41] termasuk buku karya Geeta Iyengar pada 2010 Iyengar Yoga for Motherhood, Yoga for Pregnancy, Birth, and Beyond karya Françoise Barbira Freedman pada tahun 2004,[42] dan Leslie Lekos dan Megan Westgate Yoga For Pregnancy: Poses, Meditations, and Inspiration for Expectant and New Mothers pada 2015.[43] Menurut Asosiasi Kehamilan Amerika, yoga meningkatkan kekuatan dan kelenturan pada wanita hamil, membantu mereka dengan teknik pernapasan dan relaksasi untuk membantu persalinan.[44] Latihan yoga sikap duduk kadang-kadang tidak disarankan selama kehamilan, tetapi saran itu telah ditentang oleh sebuah studi tahun 2015 yang tidak menemukan efek buruk dari 26 jenis sikap duduk yang diselidiki. Studi ini meneliti efek dari set sikap duduk pada 25 wanita sehat dengan usia kehamilan antara 35 dan 37 minggu. Para peneliti mencatat bahwa terlepas dari temuan eksperimental mereka, mereka tidak dapat menemukan bukti ilmiah apa pun yang mendukung kekhawatiran yang diterbitkan sebelumnya dan sebaliknya ada bukti termasuk dari tinjauan sistematis bahwa yoga cocok untuk wanita hamil, dengan berbagai manfaat yang mungkin.[45] YoginiAhli wanita perintis yoga modern sebagai latihan kadang-kadang digambarkan sebagai yogini, meskipun istilah tersebut merujuk ke tokoh tantra abad pertengahan seperti apakah dewi atau praktisi wanita yang tercatat dalam teks tantra dan kuil yogini.[46] Dalam bukunya tahun 2006 Yogini, Janice Gates menjelaskan kontribusi Nischala Joy Devi, Donna Farhi, Angela Farmer, Lilias Folan, Sharon Gannon (co-founder Jivamukti Yoga ), Sally Kempton, Gurmukh Kaur Khalsa, Judith Hanson Lasater, Swamini Mayatitananda, Sonia Nelson, Sarah Powers, Shiva Rea, Patricia Sullivan, dan Rama Jyoti Vernon. Catatan
Referensi
|