Share to:

 

Tragikomedi

Teater bergaya tragikomedi yang diungkapkan oleh mosaik Hadrian's Villa

Tragikomedi adalah gaya atau bentuk drama yang memadu unsur-unsur antara tragedi dan komedi.[1] Artinya, drama tersebut ingin mengungkapkan sebuah peristiwa tragis (sedih) namun ditampilkan dalam gaya lucu, atau sebaliknya.[2] Aliran tersebut muncul semenjak zaman Romawi Kuno, tampak dalam karya dramawan Plautus dalam prolog berjudul Amphytryon, di mana istilah ini dipergunakan untuk pertama kali.[1] Ciri tragikomedi juga tampak dalam masa Renaisans dan menemukan bentuk yang semakin jelas, yaitu meliputi karya yang biasanya berakhir bukan dengan kesedihan atau kematian, walaupun cenderung mengarah demikian.[1] Secara ringkas, drama bergaya tragikomedi berisi kisah-kisah nasib buruk yang menimpa tiba-tiba, bencana yang tidak terelakkan, dan berakhir dengan kebahagiaan atau happy ending.[1] Dramawan Prancis, Shakespeare dalam judul The Merchant of Venice dan Measure or measure adalah contoh dari ciri tersebut.[1]

Pada abad ke-19, kaum romantik memasukkan unsur tragikomedi, yang selanjutnya berpengaruh pada drama modern.[1] Gaya tersebut dianggap tampak aneh, membingungkan, dan tak mudah dimengerti, tetapi terkenal, misalnya tampak dalam karya Samuel Beckett berjudul Waiting for Godot (tahun 1953), (Indonesia: Menunggu Godot).[1]

Tema-tema drama tragikomedi biasanya bicara soal kisah cinta, tetapi digelayuti hambatan tertentu.[3] Tragikomedi yang khas menggunakan tokoh-tokoh bangsawan yang terlibat dalam situasi tidak menentu.[3] Setelah penikmat drama dibawa pada situasi yang tak menentu, pada akhirnya sampai di ujung cerita yang melegakan karena tokoh utamanya merasakan kebahagiaan.[3]

Rujukan

  1. ^ a b c d e f g (Indonesia)Hassan Shadily & Redaksi Ensiklopedi Indonesia (Red & Peny)., Ensiklopedi Indonesia Jilid 6 (SHI-VAJ). Jakarta: Ichtiar Baru-van Hoeve, hal. 3189-3190
  2. ^ (Indonesia)Wiktionary: arti tragikomedi [1]
  3. ^ a b c (Indonesia)Abdul Rozak Zaidan, Anita K. Rustapa, Hani'ah., Kamus istilah sastra. Jakarta: PT Balai Pustaka, 1994, hal. 209
Kembali kehalaman sebelumnya