2 Timotius 4
2 Timotius 4 (disingkat 2Tim 4) adalah bagian terakhir dari Surat Paulus yang Kedua kepada Timotius dalam Perjanjian Baru di Alkitab Kristen.[1][2] Digubah oleh rasul Paulus[3] dan ditujukan kepada Timotius.[4] Teks
StrukturPembagian isi pasal:
Ayat 3
Sepanjang sejarah gereja selalu ada orang yang tidak mau mengasihi ajaran sehat, namun ketika akhir zaman makin dekat, keadaan akan makin parah (bandingkan 2 Timotius 3:1–5; 1 Timotius 4:1). 1) "Orang tidak dapat lagi menerima ajaran sehat". Banyak orang akan mengaku dirinya Kristen, berkumpul di gereja, tampaknya menghormati Allah, tetapi tidak akan menerima iman rasuli Perjanjian Baru yang asli atau perintah Alkitab untuk memisahkan diri dari ketidakadilan (2 Timotius 3:5; bandingkan Roma 1:16). 2) "Mereka akan memalingkan telinganya dari kebenaran" (2 Timotius 4:4). Penyampaian Firman Allah oleh hamba Allah tidak akan diterima oleh banyak orang dalam gereja. Mereka yang berpaling dari kebenaran akan menginginkan pemberitaan yang menuntut kurang dari Injil sejati (bandingkan 2 Timotius 2:18; 3:7–8; 1 Timotius 6:5; Titus 1:14). Mereka tidak akan menerima Firman Allah tentang pertobatan, dosa, hukuman, dan perlunya hidup kudus dan terpisah dari dunia (bandingkan 2 Timotius 3:15–17; Yeremia 5:31; Yehezkiel 33:32). 3) "Mereka akan mengumpulkan guru-guru menurut kehendaknya untuk memuaskan keinginan telinga". Mereka tidak akan mencari gembala menurut standar Firman Allah (bandingkan 2Tim 1:13–14; 1Tim 3:1–10), tetapi akan mencari orang yang sesuai dengan keinginan duniawi mereka. Mereka akan memilih pengkhotbah yang pandai berpidato, mampu menghibur, dan berita yang akan menyakinkan mereka bahwa mereka dapat tetap menjadi Kristen sementara hidup menurut tabiat dosa (bandingkan Rom 8:4–13; 2Pet 2:1–22). 4) Roh Kudus mengingatkan semua yang tetap setia kepada Allah dan tunduk kepada Firman-Nya untuk menantikan penganiayaan dan penderitaan karena kebenaran (2Tim 3:10–12; Mat 5:10–12). Selanjutnya, mereka harus memisahkan diri dari kelompok, gereja dan lembaga yang menyangkal kuasa Allah dalam keselamatan dan yang menyampaikan Injil yang berkompromi (Gal 1:9; 2Tim 3:5; 1Tim 4:1–2; 2 Petrus 2:1; Yudas 1:3; Wahyu 2:24). Orang percaya harus selalu setia kepada Injil Perjanjian Baru dan hamba Allah yang memberitakannya dengan benar. Setelah melakukan ini, orang percaya dapat yakin tentang persekutuan yang intim dengan Kristus (Wahyu 3:20–22) dan menerima kesegaran rohani dari Tuhan (Kis 3:19-20).[6] Ayat 7
Ketika meninjau kembali hidupnya bersama Allah, Paulus sadar bahwa ajalnya sudah dekat (2 Timotius 4:6) dan melukiskan hidup Kristennya dengan istilah berikut:
Ayat 8
Karena Paulus tetap setia kepada Tuhannya dan Injil yang dipercayakan kepadanya, maka Roh Kudus bersaksi kepadanya bahwa persetujuan Allah dan "mahkota kebenaran" tersedia bagi dia di sorga. Di sorga Allah sudah menyiapkan pahala bagi semua orang yang setia pada kebenaran (bandingkan Matius 19:27–29; 2 Korintus 5:10). Orang Kristen zaman Perjanjian Baru sangat merindukan kedatangan Tuhan untuk mengambil mereka dari bumi agar bersama dengan Dia selama-lamanya (lihat 1 Tesalonika 4:13–18; bandingkan Filipi 3:20–21; Titus 2:13). Suatu tanda khusus umat Allah ialah bahwa mereka tidak kerasan dalam dunia dan mengharapkan rumah sorgawi (Ibrani 11:13–16).[6] Ayat 10
Ayat 19
Gereja Katolik memandang ayat ini sebagai implikasi bahwa Onesiforus telah meninggal dunia pada saat itu, sebagaimana tersirat dalam 2 Timotius 1:16-18, karena Paulus secara langsung menyapa Akwila dan Priskila serta tampaknya ia memberi salam kepada "keluarga Onesiforus" untuk menghibur keluarganya.[11] Referensi
Lihat pulaPranala luar
|