Al-Ala' bin al-HadhramiAl-Ala' bin al-Hadhrami (bahasa Arab: العلاء بن الحضرمي) adalah salah seorang sahabat nabi. Ia dinisbatkan dengan nama al-Hadhrami dari negeri asal ayahnya di Hadramaut, Yaman. Ia dilahirkan di Makkah. Keluarganya berasal dari Bani Khazraj dan bersekutu dengan Bani Umayyah. Al-Ala' bin al-Hadhrami memiliki sebanyak sebelas saudara. Dua di antaranya adalah laki-laki dan sembilan lainnya adalah perempuan. Pada masa kenabian Muhammad, Al-Ala' bin al-Hadhrami merupakan salah satu penduduk Makkah yang paling awal menjadi muslim. Karena itu, ia memperoleh beberapa tugas oleh Nabi Muhammad. Di antaranya sebagai pencatat wahyu, pengirim surat, utusan, panglima perang, Gubernur Bahrain dan petugas pengumpul zakat dan jizyah. Lalu pada masa Kekhalifahan Rasyidin, Al-Ala' bin al-Hadhrami tetap menjadi pemimpin pasukan perang sekaligus Gubernur Bahrain untuk dua khalifah, yaitu Abu Bakar Ash-Shiddiq dan Umar bin Khattab. Al-Ala' bin al-Hadhrami wafat pada masa kekhalifahan Umar bin Khattab. Semasa hidupnya, Al-Ala' bin al-Hadhrami dikenal sebagai salah satu sahabat nabi yang memperoleh karamah dari Allah berupa pengabulan doa ketika meminta air hujan. NasabNama lengkap dari Al-Ala' bin al-Hadhrami adalah Al-Ala' bin Abullah bin Umar al-Hadhrami. Ia dilahirkan di Makkah.[1] Nama ayah dari Al-Ala' bin al-Hadhrami adalah Abdullah bin Imad al-Hadhrami. Ia berasal dari Bani Khazraj di Hadramut, Yaman.[2] Ada pula yang menyatakan bahwa nama al-Hadhrami adalah Abdullah bin Abbad, dan dikatakan: Ibnu Dhimar, dan dikatakan: Ibnu Dhimad bin Salma, dan dikatakan: Ibnu Ubaidah bin Dhamar, dan dikatakan: Ibnu Imad bin Malik, dan dikatakan: Ibnu Ammar bin Akbar, dan dikatakan: Ibnu Ammar bin Sulaiman. Berasal dari Bani Iyad bin As-Shadaf, dari Hadhramaut, Yaman.[3] Al-Hadhrami merupakan penisbatan atas keluarganya karena daerah asalnya di Hadramaut. Keluarganya kemudian pindah dari Hadramaut untuk hidup menetap di Makkah. Keluarganya kemudian bergabung dengan Bani Umayyah melalui hubungan baik antara ayahnya dengan Harb bin Umayyah.[4] Al-Ala' bin al-Hadhrami memiliki sebelas bersaudara.[2] Al-Ala' bin al-Hadhrami adalah anak pertama dari tiga bersaudara yang laki-laki. Kedua saudaranya laki-lakinya secara berurutan adalah Amir bin al-Hadhrami dan Amru bin al-Hadhrami.[4] Sementara saudara perempuannya yang dikenal adalah Maimun dan Shu'bah. Maimun menjadi pemilik sumur yang terletak di dataran tinggi Makkah. Sedangkan Shu'bah merupakan istri dari Abu Sufyan bin Harb.[2] Masa kenabianAl-Ala' bin al-Hadhrami adalah salah seorang Sahabat Nabi. Keislamannya termasuk di masa awal kenabian Muhammad.[5] Nabi Muhammad mempercayai Al-Ala' bin al-Hadhrami untuk diberi tugas sebagai salah satu pencatat wahyu dan pengirim surat.[2] Al-Ala' bin al-Hadhrami dipercaya sebagai sekretaris Nabi Muhammad bersama dengan Syurahbil bin Hasanah Ath-Thabikhi, Juhaim bin Ash-Shalt bin Makhramah, Khalid bin Sa'id, dan Aban bin Sa'id bin Al-Ashi.[6] Al-Ala' bin al-Hadhrami diutus oleh Nabi Muhammad untuk mengantarkan surat dakwah kepada penguasa di Bahrain.[7] Bahrain pada masa pengutusan Al-Ala' bin al-Hadhrami merupakan salah satu negeri besar di Jazirah Arab.[8] Nama penguasanya saat itu adalah Al-Mundzir bin Sawa.[9] Masa pengiriman surat ini oleh Al-Ala' bin al-Hadhrami antara akhir tahun 6 H atau awal tahun 7 H.[10] Waktu kejadiannya ada dua pendapat. Ada yang menyatakan sebelum kepulangan Nabi Muhammad dari Ji'ranah yang terletak antara Makkah dan Ta'if.[11] Ada pula yang menyatakan sebelum terjadinya peristiwa Pembebasan Mekkah.[12] Al-Mundzir bin Sawa menanggapi surat ini dengan menerima Islam dan menjadi muslim.[13] Setelah mengirim surat dari Nabi Muhammad, Al-Ala' bin al-Hadhrami juga menemui marzban di wilayah Hajar yang disebut Sebakhat. Pertemuan ini berhasil mengislamkan penguasa tersebut.[14] Al-Ala' bin al-Hadhrami selanjutnya mengirimkan surat balasan dari Al-Mundzir bin Sawa kepada Nabi Muhammad. Isinya berisi tanggapan penduduk Bahrain atas Islam dan kondisinya. Nabi Muhammad kemudian mengirimkan lagi surat balasannya.[15] Al-Ala' bin al-Hadhrami dipilih oleh Nabi Muhammad sebagai penguasa di Al-Qathif. Sekutu yang dipilih untuk memerintah bersamanya ialah Sa'id bin al-Ash.[16] Al-Ala' bin al-Hadhrami ditetapkan sebagai Gubernur Bahrain pada tahun 8 H.[17] Al-Ala' bin al-Hadhrami kemudian menjadi panglima perang pertama yang diutus oleh Nabi Muhammad untuk berperang di laut. Ia dijadikan sebagai pemimpin pasukan di Bahrain yang merupakan sebuah pulau di sebelah timur Jazirah Arab.[18] Nabi Muhammad juga menugaskan Al-Ala' bin al-Hadhrami sebagai pegawai untuk mengumpulkan zakat dari penduduk Bahrain pada awal bulan Muharram 9 H.[19] Ia juga ditugaskan untuk mengumpulkan jizyah dari penduduk Bahrain untuk dibawa kepada Nabi Muhammad.[20] Menurut beberapa riwayat, jumlah harta yang dikumpulkan olehnya untuk dibawa ke Nabi Muhamad sedikitnya 80 ribu dan mencapai 100 ribu. Lalu pada tahun 10 H, jumlah yang dikirimkannya sebanyak 180 ribu dirham.[21] Masa kekhalifahanMasa kekhalifahan Abu Bakar Ash-ShiddiqAl-Ala' bin al-Hadhrami merupakan salah seorang tokoh pejuang sekaligus politikus pada masa Kekhalifahan Rasyidin.[22] Pada masa Kekhalifahan Rasyidin dalam kepemimpinan Abu Bakar Ash-Shiddiq, Al-Ala' bin al-Hadhrami ditetapkan sebagai Gubernur Bahrain. Pemilihannya dilakukan oleh Abu Bakar Ash-Shiddiq melalui musyawarah yang dihadiri oleh Umar bin Khattab dan Utsman bin 'Affan. Sebelum penunjukannya, terjadi perbedaan pendapat antara Umar bin Khattab dan Utsman bin 'Affan.[23] Utsman menginginkan agar Al-Ala' bin al-Hadhrami yang dipilih. Alasannya bahwa Al-Ala' bin al-Hadhrami telah ditunjuk sebagai Gubernur Bahrain ketika Nabi Muhammad masih hidup. Al-Ala' bin al-Hadhrami sendiri telah mengenal wilayah Bahrain dan dikenal oleh penduduknya. Karena dirinya telah berperan dalam pengislaman penduduknya.[24] Sementara itu, Umar bin Khattab lebih memilih 'Ibban bin Sa'id untuk menjadi Gubernur Bahrain. Namun Abu Bakar Ash-Shiddiq akhirnya memilih Al-Ala' bin al-Hadhrami karena 'Ibban bin Sa'id telah menyatakan bahwa dirinya tidak akan bekerja untuk siapapun setelah wafatnya Nabi Muhammad.[23] Al-Ala' bin al-Hadhrami diketahui masih menjabat sebagai Gubernur Bahrain sepeninggal Nabi Muhammad dan Al-Mundzir bin Sawa.[25] Abu Bakar Ash-Shiddiq menjadikan Al-Ala' bin al-Hadhrami sebagai salah satu dari sebelas pemimpin pasukan yang menumpas kaum murtad dan nabi palsu pada masa kepemimpinannya.[2] Di Bahrain sendiri terjadi kelaparan yang dahsyat akibat kepungan kaum murtad di Juwatsan. Penduduknya yang beriman terkepung di dalam Masjid Abdul Qais. Namun, salah satu dari mereka mampu mengirim surat permintaan pertolongan ke Abu Bakar Ash-Shiddiq. Al-Ala' bin al-Hadhrami kemudian diperintahkan untuk menyelamatkan mereka dan berhasil.[26] Bersama dengan panglima perang lainnya, Al-Ala' bin al-Hadhrami juga berhasil mengakhiri pemberontakan di wilayah Yamamah, Tihamah dan Oman.[27] Setelah perang terhadap kaum murtad berakhir dengan kemenangan, Abu Bakar Ash-Shiddiq mengadakan perubahan sistem pembagian pemerintahan menjadi wilayah-wilayah.[28] Al-Ala' bin al-Hadhrami ditetapkan sebagai gubernur di Bahrain setelah berakhirnya Perang Riddah.[29] Masa kekhalifahan Umar bin KhattabPada masa kepemimpinan Umar bin Khattab, Al-Ala' bin al-Hadhrami menerima surat pemecatan dari jabatannya sebagai pemimpin pasukan. Penyebabnya adalah ketidakpatuhan terhadap perintah Umat untuk tidak bertempur dengan pasukan Kekaisaran Persia.[30] Namun, Al-Ala' bin al-Hadhrami tetap dipilih menjadi Gubernur Bahrain pada tahun 14 H dalam masa kepemimpinan Umar bin Khattab.[31] Sehingga Al-Ala' bin al-Hadhrami tetap menjabat sebagai Gubernur Bahrain hingga akhir hayatnya.[1] Al-Ala' bin al-Hadhrami juga diminta oleh Umar bin Khattab untuk menggantikan Utbah bin Ghazwan karena dirinya memiliki kelebihan dari segi kehati-hatian, kekuatan dan keteguhannya.[32] Permintaan ini merupakan pergantian jabatan antara Utbah bin Ghazwan dengan Al-Ala' bin al-Hadhrami sebagai Gubernur Bashrah. Namun, ini tidak terjadi karena Al-Ala' bin al-Hadhrami wafat sebelum tiba di Bashrah. KematianAl-Ala' bin al-Hadhrami tetap menjabat sebagai Gubernur Bahrain hingga kematiannya.[1] Ia meninggal pada masa Khalifah Umar bin Khattab.[33] Ada riwayat yang menyatakan kematiannya pada tahun 11 H. Namun ada pula yang menyatakan pada tahun 14 H.[1] Al-Ala' bin al-Hadhrami wafat setelah menderita sakit perut. Ia sakit setelah mengalahkan musuh di wilayah perairan untuk menuju ke Darain. Jenazah Al-Ala' bin al-Hadhrami tidak dimandikan karena tidak ditemukan air di sekitar wilayah tempatnya wafat. Tubuh jenazahnya kemudian langsung dibungkus dengan kafan dan dikuburkan.[34] KaramahDoa yang dipanjatkan oleh Al-Ala' bin al-Hadhrami diketahui mustajab.[35] Al-Ala' bin al-Hadhrami diketahui memperoleh karamah dari Allah. Menurut Sahm bin Munjab, karamah yang Al-Ala' bin al-Hadhrami disaksikannya adalah terkabulkannya doanya oleh Allah setiap meminta air hujan.[36] Periwayatan hadisAl-Ala' bin al-Hadhrami termasuk perawi hadis. Ia langsung meriwayatkannya dari Muhammad.[37] Ada pula hadis yang ia riwayatkan dari As-Saib bin Yazid dan Abu Hurairah.[37] Selain itu, ia meriwayatkan hadis dari Hayyan al-A'raj dan Ziyad bin Hadir.[38] Al-Ala' bin al-Hadhrami meriwayatkan hadis mengenai kedatangan Nabi Muhammad dan para sahabat nabi ke Madinah. Dalam hadis yang diriwayatkannya, Al-Ala' bin al-Hadhrami menyebutkan urutan para sahabat nabi yang pertama kali memasuki Madinah. Selain itu, ia juga memberikan keterangan mengenai kegembiraan penduduk Madinah atas kedatangan Nabi Muhammad.[39] Referensi
|