Atha bin Abi Rabah
Atha bin Abi Rabah (bahasa Arab: عطاء بن أبي رباح, m. 115 H) adalah seorang ulama, ahli fikih, ahli tafsir dan periwayat hadis dari golonga tabiin. Ia berasal dari Habasyah dan sempat menjadi budak seorang wanita di Makkah sebelum menjadi muslim. Atha bin Abi Rabah berguru tentang hadis terutama kepada dua sahabat nabi yaitu Abdullah bin Abbas dan Jabir bin Abdullah. Ia kemudian menjadi salah seorang periwayat hadis dari golongan tabiin yang tepercaya sanadnya. Atha bin Abi Rabah termasuk seorang ulama yang mampu melakukan ijtihad dalam fikih, penafsiran Al-Qur'an dan mengajar para tabiin dan tabiut tabiin. Atha bin Abi Rabah merupakan golongan tabiin yang paling akhir meninggal. Pemikiran fikih dari Atha bin Abi Rabah menjadi salah satu sumber belajar bagi Imam Asy-Syafi'i dalam penulisan kitab Al-Umm. Asal-usulAtha bin Abi Rabah berasal dari Habasyah.[1] Ia dilahirkan di sebuah kota di Yaman yang disebut Al-Janad.[2] Atha bin Abi Rabah sempar menjadi budak seorang wanita yang merupakan penduduk di Makkah.[1] Tuannya berasal dari keluarga Al-Fihr.[2] Namun Atha bin Abi Rabah kemudian dibebaskan.[2] Atha bin Abi Rabah kemudian memperoleh julukan 'maula' setelah dibebaskan dari perbudakan.[3] Setelah itu, ia hidup menetap di Makkah.[2] PendidikanAtha bin Abi Rabah berguru kepada salah seorang sahabat Nabi yaitu Abdullah bin Abbas.[1] Ia juga berguru kepada Jabir bin Abdullah yang juga sahabat Nabi.[4] Atha bin Abi Rabah merupakan seorang perawi hadis.[5] Karena itu, periwayatan hadis Atha bin Abi Rabah bersumber terutama dari jalur Abdullah bin Abbas dan Jabir bin Abdullah.[6][7] Ia juga mengumpulkan hadis dari para sahabat Nabi lainnya yang tinggal di Makkah. Beberapa di antaranya ialah Mu'adz bin Jabal, Atab bin Said, Al-Harits bin Hisyam, Utsman bin Thalhah dan Uqbah bin Al Harits.[8] Di Makkah, Atha bin Abi Rabah menjadi salah seorang ahli hadis dari kalangan tabiin.[9] Kedudukan Atha bin Abi Rabah sebagai periwayat hadis dinilai tepercaya oleh para ahli hadis termasuk Ibnu Hajar al-Asqalani dan Ad-Daruquthni.[10] PekerjaanIjtihad atas fikihPada masa tabiin, wilayah kekuasaan umat Islam semakin meluas sehingga permasalahan yang timbul dalam wilayahnya juga semakin komplek. Karenanya, para tokoh tabiin melakukan upaya penyelesaian masalah terhadap persoalan yang muncul. Salah satunya ialah Atha bin Abi Rabah yang memiliki perhatian terhadap fikih di Makkah.[11] I Atha bin Abi Rabah merupakan seorang ahli hukum di Makkah.[12] Ia terkenal sebagai seorang yang memiliki kemampuan ijtihad dalam hukum Islam.[13] Atha bin Abi Rabah merupakan seorang ulama dari golongan Tabi'in.[14] Ia merupakan salah seorang tabi'in yang menafsirkan Al-Qur'an.[15] Atha bin Abi Rabah juga merupakan ulama dalam bidang ilmu fikih.[16] Dalam sejarah Islam, Atha bin Abi Rabah dikenal sebagai salah seorang mufti pertama.[17] Di Makkah, ia diberi wewenang untuk memberikan fatwa kepada penduduknya.[18] Penafsiran Al-Qur'anAtha bin Abi Rabah bersama dengan para tabiin di Makkah merupakan teman dekat sekaligus murid dari Abdullah bin Abbas. Karena itu, mereka mendirikan aliran tafsir Al-Qur'an yang berdasarkan pemahaman guru mereka yaitu Abdullah bin Abbas.[19] Sehingga aliran tafsir di Makkah didirikan oleh para murid Abdullah bin Abbas.[20] Metode yang digunakan para ahli tafsir di Makkah dalam menafsirkan ialah penggunaan akal sebagai dalil dalam menjelaskan hal-hal yang sulit dipahami dari Al-Qur'an.[21] PengajarAtha bin Abi Rabah menjadi guru dari seorang tabiin bernama Amr bin Dinar. Ia juga menjadi guru untuk seorang tabiut tabiin yaitu Umar bin Habib.[22] Beberapa ulama yang juga muridnya ialah Ibnu Syihab az-Zuhri, Qatadah bin Da'amah, Malik bin Dinar, Sulaiman bin Mihran Al-A'masy dan Al-Auza'i.[2] Al-Bukhari juga meriwayatkan sebanyak 109 hadis dari Atha bin Abi Rabah dalam Shahih Bukhari.[23][24] Kematian dan peninggalanDi Makkah, Atha bin Abi Rabah merupakan golongan tabiin yang paling akhir meninggal. Ia diketahui meninggal setelah meninggalnya Ikrimah Maula Ibn Abbas yang meninggal pada tahun 105 H.[25] Atha bin Abi Rabah sendiri meninggal pada tahun 114 H.[26] Pendapat lain menyatakan bahwa Atha bin Abi Rabah meninggal pada usia 88 tahun pada tahun 115 H. Ada juga sejarawan lain yang menyatakan bahwa ia hidup hingga usia yang lebih lanjut lagi.[27] Sebelum meninggal, Atha bin Abi Rabah telah menulis sebuah kitab berjudul Gharib Al-Qur’an.[28] Pengaruh pemikiranPemikiran fikih dari Atha bin Abi Rabah merupakan salah satu sumber belajar bagi Imam Asy-Syafi'i. Kemudian oleh Imam Asy-Syafi'i, pemikiran Atha bin Abi Rabah menjadi sumber pemikiran bagi penulisan kitab Al-Umm.[29] Lihat pulaReferensiCatatan kaki
Daftar pustaka
|