Bajo PivljaninBajo Pivljanin dikenal sebagai komandan bandit yang memimpin wilayah Utsmani Herzegovina dan Dalmatis.[1] Pivljanin lahir di Piva ketika masa kekaisaran Ottoman pada tahun 1630,[1] dengan nama asli Dragojlo Nikolić. Semasa muda Ia merasa bahwa kekaisaran Ottoman tidak adil kepada rakyatnya, hingga akhirnya Pivljanin memutuskan untuk meninggalkan desanya. Alasan lain menyebutkan, Pivljanin meninggalkan Piva karena berhasil membunuh Asan-aga Kopčić (pejabat kekaisaran Ottoman) yang telah menyerangnya. Pivljanin yang semasa muda menjadi pedagang lembu, beralih profesi menjadi seorang perampok ketika perang Venesia dan Ottoman[1]. Pada tahun 1656, Pivljanin telah tiba di Venesia dan memutuskan untuk masuk ke dalam kelompok bandit. Ia sering berpartisipasi dalam peperangan penting seperti penggerebekan di Trebinje, karena Ia aktif berkontribusi pada tahun 1668 pangkatnya dinaikkan menjadi harambaša atau pemimpin bandit. Pada tahun 1685 Pivljanin dan kelompok banditnya mengalami kekalahan pada pertempuran melawan Gubernur Ottoman. Bagi rakyat Serbia, Pivljanin sangat terkenal karena profesi banditnya, dan kisahnya banyak diabadikan melalui puisi epik di Serbia.[1] Setelah banyak pertempuran hebat yang dilaluinya, pada tahun 1685 Bajp Pivljanin meninggal dunia.[2] Kisah HidupSejarah hidup Bajo Pavljanin memiliki dua versi. Pertama, berasal dari tradisi lisan yang menyatakan bahwa Paviljanin dilahirkan di desa Rudinice.[1] Ayahnya bernama Nikola dan ibunya bernama Ruža. Nama baptisnya Dragojlo. Nama Bajo berasal dari kakeknya yang bernama Simo, yang mempunyai arti “ular” dan bermakna sebagai pelindung bagi anak-anak dari kejahatan.[1] Versi kedua berasal dari pendapat Toma Lješević yang merupakan seorang pendeta.[1] Disebutkan bahwa, Pavljanin adalah putra Jovan Ivanović dari daerah Donje Rudinice. Pavljanin merupakan seorang pedagang lembu. Rumah yang ditempati oleh Pavljanin di daerah Ivanovići Donje Rudinice dihancurkan oleh kekaisaran Ottoman, setelah operasi banditnya berhasil dan terkenal.[1] Dari dua versi cerita di atas, Bajo Pavljanin merupakan seorang pemberontak yang sangat membela Venesia. Kontribusinya terhadap masyarakat dan pemerintahan sangat besar, oleh karena itu pada tahun 1669 Bajo Pavljanin bersama dua rekannya bernama Grujic Zeravic dan Vukosav Puhalovic meminta penghargaan dari pihak berwenang Venesia.[3] Tuntutan lainnya yaitu meminta pemerintah Venesia membantu memindahkan keluarga bandit ke daerah yang subur seperti Ravne Kotar atau Risan. Mereka yakin bahwa Negara mampu memberi mereka upah yang layak, karena kesetiaannya terhadap Negara. Tuntutan lainnya, para bandit ingin dibebaskan dari bayaran bea cukai yang mencakup Pashtrovici, Grbljani dan Perastani[3]. Namun, tuntutannya tidak sepenuhnya dikabulkan oleh pihak Venesia. Tuntutan yang dikabulkan oleh pihak pemerintah Venesia yaitu pembayaran tunggakan, pemberian gandum, dan honorarium setara pejabat militer sebanyak 600 dukat.[3] Profesi BanditBila melihat arti kata, Bandit memiliki arti perampok dan menggiring kepada opini negatif.[4] Di balik sisi gelapnya, bandit memiliki peran untuk melawan penindasan terhadap pemimpin yang semena-mena terhadap rakyatnya.[4] Bila melihat sejarah di Amerika ada istilah cowboy kelompok tidak resmi yang mebantu kemerdekaan. Di Balkan ada hajduk, sebagaimana yang diperankan oleh Bajo Pavljanin yang berlaga seperti preman yang bertugas merampok para pedagang yang melintasi wilayah perbatasan, namun di balik itu semua ada kontribusinya dalam melawan dinasti Ottoman.[4] Salah satu kisah operasi bandit yang paling terkenal yaitu Perang Kereta (1645-1669).[1] Pasukan bandit tersebut dikumpulkan oleh Republik Venesia untuk bergerilya dan bekerja sama demi pertahanan perbatasan Venesia-Ottoman. Pi[1]vljanin memiliki tugas untuk beroperasi di wilayah selatan Dalmatia dan Herzegovina, di mana penduduknya sebagian besar anti-Ottoman. Operasi di Herzegovina berlangsung sangat sukses dan membuahkan hasil berupa tawanan budak dan hasil penjarahan.[1] Pangkat yang dimiliki Pavljanin naik secara drastis, hingga akhirnya mencapai harambaša (pemimpin bandit). Peran lainnya yang dilakukan oleh Pavljanin yaitu menyerbu wilayah Kolašin.[1] Pada tahun 1664 menjadi komandan untuk penyerangan di Republik Ragusa. Namun kekalahan selalu berdampingan dengan kekalahan. Pada tahun 1665, Pavljanin mengalami kekalahan di Grdijevići, dan menyebabkan kehilangan sebagian besar pasukan banditnya. Selain itu, mereka diminta untuk meninggalkan wilayah rampasannya dan kembali ke wilayah asal.[1] Penyerangan bandit yang terkenal lainnya yaitu penyerangan kapal Ragusan di pantai Kolocec pada tahun 1666.[1] Tawanannya berjumlah empat orang yang berasal dari Turki. Setelah menuliskan pernyataan bahwa barang dagangan dan seluruh uang diberikan kepada pihak bandit diberikan secara sukarela, tawanan tersebut dibebaskan.[1] Berselang beberapa hari Pivljanin menyerbu kapal besar yang mewah dan membawa barang dagangan ke Venesia melalui wilayah Ottoman.[1] Akibat perang harta benda tersebut, telah menurunkan populasi manusia. Oleh karena itu, dibuatlah perjanjian perdamaian antara pemerintah dan bandit, walaupaun ini menjadi hambatan bagi Venesia untuk menguasai perbatasan.[1] Pandangan MasyarakatMasyarakat yang anti-Ottoman menganggap soerang Bajo Pavljanin sebagai pahlawan.[1] Sedangkan, di mata kekaisaran Ottoman, Bajo Pavljanin merupakah seorang pemberontak dan penghianat Negara.[5] Kisahnya banyak diabadika melalui beberapa karya. Seorang pendeta dan sejarawan Ortodok bernama Ilarion Ruvarac, memberi gelar untuk Pavljanin dengan sebutan Ksatria Yang Mulia.[1] Selain itu, sekumpulan masyarakat memberi nama untuk daerah mereka dengan nama Desa Bajovo Polje atau Ladang Bajo. Alasannya, karena di temapat itu diyakini bahwa Pavljanin berhasil membunuh seorang Turki untuk pertama kalinya. Selain dijadikan nama tempat, nama Pavljanin juga untuk tim futsal di Montenegro.[1] Dari dunia sastra, tokoh Vuk Karadžić yang merupakan ahli bahasa di Serbia menuliskan kisah Bajo Pavljanin dalam sebuah puisi epik. Puisi-puisi tersebut diterbitkan dalam bentuk kumpulan cerita rakyat.[1] Bajo pavljanin dikenal sebagai pemimpin pemberontakan terakhir di Montenegro, dan hanya Pavljanin yang mampu mengendalikan kelompok bandit. Pada tahun 1847, tokoh sastrawan yang bernama Njegoš, mengabadikannya dalam sebuah puisi epik dengan judul The Mountain Wreath.[5] Penduduk Piva yang diwakili oleh Asosiasi Pivljanin memberikan usul kepada Kementerian Kebudayaan untuk pembangunan monumen sebagai tanda penghormatan kepada ksatria yang telah membela rakyatnya yaitu Bajo Pavljanin.[6] Dukungan itu diberikan melalui petisi yang disebar ke masyarakat. Total petisi yang telah diisi untuk pembangunan monument mencapai 1000 orang.[6] Masyarakat menganggap pembangunan monumen tersebut layak diberikan kepada pahlawan mereka, Bajo.[6] Lokasi Piva sebagai titik pembangunan monumen, dipilih karena tempat bersejarah, di mana Pavljanin dilahirkan dan menghabiskan masa mudanya sebagai pedagang lembu sebelum akhirnya pergi dan masuk ke dalam kelompok bandit.[6] Referensi
|