Connie Sutedja
Sukarni binti Sutedja (lahir 10 November 1944), lebih dikenal sebagai Connie Sutedja[1] adalah pemeran dan model Indonesia. Ia merupakan salah satu dari empat anggota Golden Girls bersama Nani Widjaja, Ida Kusumah dan Rina Hassim. Pada awal karirnya sebagai pemain film Connie aktif dalam berbagai film Indonesia bersama dengan aktor dan aktris sejak 1960—an. Dalam film berjudul Bunga Putih pada tahun 1966 karya sutradara Hasmanan, ia berperan bersama Ateng, Lilis Suryani, dan Bing Slamet. Pada tahun 1967, Connie membintangi film berjudul Di Balik Tjahaja Gemerlapan yang disutradarai oleh Misbach Yusa Biran. Dalam film ini, ia beradu akting dengan Titiek Puspa dan Nani Wijaya, kedua aktris senior.[2] Connie Sutedja merupakan seorang aktris senior perempuan Indonesia yang telah aktif dalam industri hiburan di mana ia lebih dikenal pada tahun 1970—an. Connie sebenarnya telah memulai berkarya di dunia akting pada 1965. Mulanya, ia mengikuti ajang Ratu Vespa di Bandung dalam rangka HUT Divisi Siliwangi 1964 dan keluar menjadi juara, setelah memenangkan kontes tersebut, Connie diwawancara oleh sutradara Usmar Ismail yang menyukai penampilannya karena dinilai alami tanpa cat rambut ataupun tata rias berlebihan. Setelah satu sesi wawancara oleh Usmar Ismail, kemudian Connie diajak untuk berperan dalam film Anak-Anak Revolusi yang dirilis pada tahun 1964.[3] Kehidupan pribadiPada masa SMA, Connie dijodohkan dengan seorang pria bernama Karsana, yang merupakan saudara jauh keluarganya. Meskipun awalnya Connie merasa ingin menikah, namun ia merasa bahwa jodohnya tidak akan bertahan lama. Keyakinan itu terlihat saat pernikahannya dengan Karsana hanya berlangsung singkat, meskipun mereka memiliki seorang putra bernama Agus Sutedja. Setelah bercerai, Connie tidak menyalahkan siapa pun, dan saat itu dia sudah terlibat dalam ajang Ratu Vespa. Setelah pernikahan pertamanya, Connie menjalin cinta dengan Moeslim Taher, seorang Rektor Universitas Jayabaya periode 1962—1988, yang telah lama menyimpan perasaan pada Connie. Meskipun awalnya tidak ingin menikah lagi, Connie akhirnya menyetujuinya pada tahun 1983. Namun, pernikahan kedua Connie hanya bertahan singkat dengan tidak memiliki keturunan. Dua tahun setelahnya, Connie bercerai lagi karena ketidaksetujuan untuk kembali aktif dalam dunia film, yang merupakan puncak karirnya saat itu. Pasca perceraian keduanya, Connie merasa dapat kembali fokus pada karirnya.[4] KarierConnie turut bermain film di usianya yang ke-21 tahun dalam film Madju Tak Gentar pada tahun 1965 garapan sutradara Turino Djunaedy dan Sri Redjeki. Pada tahun yang sama ia juga bermain di film Langkah-Langkah di Persimpangan Sejak saat itu, Connie semakin dikenal atas kontribusinya dalam berbagai produksi film, serial televisi, dan teater di Indonesia. Connie Sutedja dikenal di kalangan pemerhati film sebagai Si Mirah karakter utama dalam film Singa Betina dari Marunda film yang disutradarai oleh Sofia W.D pada tahun 1971. Karirnya melintasi berbagai genre film, di mana ia menikmati berbagai peran dengan berbagai karakter. Dia memiliki ketertarikan pada berbagai genre, termasuk horor, drama, dan komedi, meskipun ketertarikannya adalah pada genre komedi. Di luar dunia film, Connie juga pernah terlibat dalam pertunjukan lenong di TVRI, ia mengagumi kemampuan improvisasi para seniman lenong. Connie juga merasakan dampak positif dari mentornya, Usmar Ismail, yang terlibat dalam lebih dari 50 produksi film. Keberadaannya masih terasa dalam berbagai drama serial, serial televisi, dan film televisi. Usmar Ismail diyakini memiliki kemampuan unik untuk mengangkat karier para aktor dan aktris yang bekerja dengannya, dan Connie mengakui bahwa Usmar Ismail adalah orang yang paling berjasa baginya dalam karir peran, karena Usmar Ismail merupakan salah satu tokoh sineas yang menemukan bakatnya.[3] Nama Connie Sutedja kembali ramai dibicarakan pada tahun 1990—an tepatnya ketika ia membintangi sebuah iklan dan serial televisi yang memiliki slogan "Hebring". Sejak saat itu Connie sempat mendapat julukan Bu Hebring.[5] Julukan ini muncul dari serial televisi Pondokan yang disiarkan di TVRI pada akhir tahun 1980—an. Dalam serial ini, Connie sering disebut sebagai Bu Hebring atau Tante Hebring karena perannya sebagai Ibu Entin, yang kerap menggunakan kata "Hebring" dalam setiap dialognya. Frasa tersebut menjadi semacam slogan yang melekat pada karakter Ibu Entin dalam serial tersebut dan mencitrakan sosok Connie di dunia nyata.[6] Selain berperan dalam serial televisi, Connie Sutedja sering kali memerankan karakter-karakter yang kuat dan berkesan, peran tersebut membuatnya dikenal atas kemampuan yang mendalam dalam memerankan setiap karakter, khususnya pada peran yang sering memerankan karakter antagonis. Peran tersebut membuatnya dikenal dalam dunia hiburan Indonesia sehingga menginspirasi generasi setelahnya dan membuatnya menjadi salah satu ikon dalam industri perfilman. Meskipun telah lama berkarir, Connie Sutedja tetap aktif hingga kini, dalam berbagai proyek seni dan terus menunjukkan dedikasi dan semangatnya dalam berkarya. Keberadaannya masih dianggap memberikan pengaruh besar dalam perkembangan perfilman Indonesia dilihat dari sejumlah pemberitaan atas karya-karyanya di media. Pada tahun 2000—an, Connie sempat mengalami kasus penipuan yang cukup besar oleh rekannya, hal tersebut membuat kondisi finansialnya cukup terpuruk dengan kerugian 2,6 miliar karena ditipu oleh temannya, Syukriani Yunus, yang mengaku sebagai seorang pengusaha batubara. Dunia seni peran menjadi penyelamat baginya setelah mengalami keterpurukan finansial akibat penipuan senilai miliaran rupiah. Beberapa serial televisi populer yang dibintanginya dalam beberapa tahun terakhir antara lain Tukang Bubur Naik Haji the Series, 7 Manusia Harimau, dan Samudra Cinta. Pada proses syuting serial Tukang Bubur Naik Haji the Series, Connie dipertemukan lagi dengan sahabatnya Nani Wijaya karena selama masa syuting mereka berbagi kamar. Ini menjadi pertemuan terakhir mereka dalam lingkungan syuting. Keduanya, Connie Sutedja dan Nani Wijaya, sudah bersahabat sejak tahun 1970—an, bahkan sebelumnya mereka tergabung dalam Golden Girls Indonesia bersama Rina Hasyim dan mendiang Ida Kusumah. Golden Girls merupakan nama dari grup yang dibentuk oleh Raden Mas Haryo Heroe Syswanto Ns. Soerio Soebagio, atau lebih dikenal dengan nama Sys NS. Hingga saat ini, Connie tetap aktif muncul di televisi dalam berbagai sinetron dan film televisi, sambil kadang-kadang terlibat dalam bisnis barang antik.[6] Peran dalam film 1970—an hingga 1990—anConnie Sutedja dikenal melalui peran utamanya dalam film Singa Betina dari Marunda sebagai peran utama Si Mirah, film ini bercerita tentang pendekar wanita asal Betawi sehingga menjadikan film ini populer juga di kalangan masyarakat Betawi. Sebagian pemerhati budaya telah mementaskan kembali film ini seperti Sanggar Margasari dan Unit Pengelola Museum Kesejarahan Jakarta. Keunikan film ini terletak pada jalan ceritanya yang mengangkat tokoh perempuan muda sebagai jagoan cantik seperti Si Pitung, sosok jawara silat yang dikenal berhasil memberantas kesewenang-wenangan serta berperan di tengah masyarakat Betawi. Film ini menjadikan nama Connie Sutedja mengorbit pada dunia perfilman nasional sehingga inilah mengapa Connie dikenal pada masa 1970-an. Meski demikian, Connie sudah berperan dalam karakter serupa pada film Si Pitung tahun 1970 dan Banteng Betawi tahun 1971 dengan menjadi peran pembantu.[7] Pada era 1970—an, Connie Sutedja terkenal melalui berbagai film seperti Benyamin Biang Kerok, Benyamin Brengsek, Biang Kerok Beruntung, Ratu Amplop, Benyamin Tukang Ngibul, Benyamin Koboi Ngungsi, dan banyak lagi. Selanjutnya, pada era 1980-an dan 1990—an, Connie juga aktif dalam film-film dengan tema mistik yang populer pada masanya. Beberapa di antaranya termasuk Tumbal Iblis (1981), Nenek Grondong (1982), Nini Towok (1982), Putri Ular (1984), Nenek Lampir (1984), dan Misteri Dari Gunung Merapi II: Titisan Roh Nyai Kembang (1990).[8] FilmografiFilm
Televisi
Referensi
Pranala luar
|