Emily Wilding DavisonEmily Wilding Davison (11 Oktober 1872 – 8 Juni 1913) merupakan pejuang hak suara perempuan yang memperjuangkan agar wanita memiliki hak suara setara dengan pria di Inggris pada awal abad ke-20. Dia adalah anggota Persatuan Sosial dan Politik Wanita (Women's Social and Political Union, WSPU) dan pejuang yang militan. Selama hidupnya, dia sudah ditangkap sebanyak sepuluh kali, terlibat gerakan mogok makan sebanyak tujuh kali, dan dihukum dengan disuapi secara paksa sebanyak 49 kali. Dia tewas karena tertabrak kuda milik Raja George V bernama Anmer di Epsom Derby 1913 ketika dia berjalan di dalam lintasan selama pertandingan berlangsung. Emily tumbuh besar dalam keluarga kelas menengah. Dia menuntut ilmu di Kolese Royal Holloway, London, dan Kolese St Hugh's, Oxford, sebelum bekerja sebagai guru dan pengajar anak pribadi. Dia bergabung di WSPU pada 1906. Di organisasi ini, dia menjadi pekerja dan ketika berlangsung pawai, dia menjadi pramutama kabin. Dia lekas menjadi terkenal di organisasi ini karena tindakan militannya yang berani; taktiknya meliputi pemecahan jendela, penimpukan batu, dan pembakaran kotak pos. Dia juga pernah bersembunyi di Istana Westminster semalam suntuk sebanyak tiga kali, satu di antaranya dilakukan pada malam sensus 1911. Pemakamannya pada 14 Juni 1913 dilangsungkan oleh WSPU. Sebanyak 5.000 pejuang hak suara perempuan dan pendukungnya mengiringi peti jenazahnya dan 50.000 orang berduyun-duyun membentuk rute iring-iringan peti jenazahnya di seluruh London. Peti jenazahnya kemudian diberangkatkan dengan kereta api menuju kediaman keluarganya di Morpeth, Northumberland. Emily adalah feminis yang teguh pendirian dan penganut Kristen yang taat. Dia menganggap bahwa sosialisme adalah kekuatan moral dan politik demi kebaikan. Sebagian besar hidupnya coba dipelajari oleh para sejarawan selepas kematiannya. Dia tidak memberikan penjelasan sebelumnya tentang apa yang ia rencanakan di Epsom Derby dan ketidakpastian motif dan niatnya yang berpengaruh terhadap kajian historis mengenai dirinya. Beberapa teori telah dikemukakan untuk memecahkan misteri ini, di antaranya teori kecelakaan, bunuh diri, atau sebuah percobaan untuk memasang spanduk bertuliskan tuntutan hak suara perempuan di kuda milik raja. BiografiMasa kecil dan pendidikanEmily Wilding Davison lahir di Gedung Roxburgh, Greenwich, London tenggara pada 11 Oktober 1972. Orang tuanya adalah Charles Davison (pedagang yang sudah bersara) dan Margaret (née Caisley); keduanya berasal dari Morpeth, Northumberland.[1] Semasa menikah dengan Margaret pada 1868, Charles berusia 45 tahun dan Margaret berusia 19 tahun.[2] Emily adalah anak ketiga dari keempat anak yang dilahirkan pasangan ini; adik perempuannya meninggal karena difteri pada 1880 di usia 6 tahun.[3][4][5] Pernikahan dengan Margaret merupakan pernikahan kedua Charles, sebelumnya dia pernah menikahi seorang wanita dan menghasilkan sembilan anak sebelum istrinya meninggal pada 1866.[1] Ketika Emily masih bayi, keluarganya pindah ke Sawbridgeworth, Hertfordshire. Ia mendapat pendidikan di rumahnya hingga usianya menginjak 11 tahun. Ketika keluarganya kembali pindah ke London, dia menuntut ilmu di sekolah harian, kemudian menghabiskan waktu selama setahun untuk berguru ke Dunkerque, Prancis.[6] Ketika berusia 13 tahun, dia bersekolah di Sekolah Menengah Atas Kensington dan kemudian berjaya mendapatkan beasiswa untuk menuntut ilmu di Jurusan Sastra Kampus Royal Holloway pada 1891. Ayahnya meninggal pada awal 1893 dan dia terpaksa berhenti kuliah karena ibunya tidak sanggup membayar uang kuliahnya sebesar £20 untuk setiap semesternya.[7][a] Saat meninggalkan Royal Holloway School, Emily menjadi pengajar anak pribadi, dan tetap belajar di malam hari.[9] Dia menabung cukup banyak uang untuk mendaftar di Kolese St Hugh's, Oxford untuk satu semester agar bisa mengikuti ujian akhir;[b] dia meraih first-class honours dalam mata kuliah bahasa Inggris, tetapi tidak bisa lulus karena gelar dari Universitas Oxford tidak berlaku bagi wanita.[11] Dia bekerja sebentar di sebuah sekolah gereja di Edgebaston antara 1895 dan 1896, tetapi merasa sulit dan pindah ke Seabury, sebuah sekolah swasta di Worthing, tempat dia merasa lebih nyaman. Dia meninggalkan Worthing pada 1898 dan menjadi guru privat dan pengajar anak pribadi di Northamptonshire.[11][12][13] Pada 1902, dia mulai berkuliah untuk mendapatkan gelar di Universitas London; dia lulus third-class honours pada 1908.[14][c] AktivismeEmily bergabung di Persatuan Sosial dan Politik Wanita (Women's Social and Political Union, WSPU) pada November 1906.[16] Dibentuk pada 1903 oleh Emmeline Pankhurst, WSPU menyatukan siapapun jua yang berpikir taktik militan dan konfrontasional dibutuhkan untuk mencapai tujuan hak suara perempuan yang sesungguhnya.[17][d] Emily ikut serta dalam kampanye WSPU, dan menjadi pekerja organisasi dan jenang kepala dalam pawai.[19] Pada 1908 atau 1909, dia meninggalkan pekerjaan mengajarnya dan mengabdikan hidupnya sepenuhnya untuk WSPU.[1] Emily mulai mengambil aksi yang lebih konfrontasional, yang menjadi sandaran bagi Sylvia Pankhurst (anak Emmeline dan anggota purnawaktu WSPU) untuk mendeskripsikan Emily sebagai satu di antara anggota militan yang paling berani dan nekat.[20][21] Pada Maret 1909, Emily ditangkap untuk pertama kalinya karena ia menjadi bagian dari utusan yang terdiri dari 21 wanita yang berpawai dari Caxton Hall untuk menemui Perdana Menteri Herbert Henry Asquith.[22] Pawai ini berakhir ricuh dengan polisi, dan dia ditangkap karena menyerang polisi dalam melaksanakan tugasnya. Karenanya dia diganjar hukuman penjara selama sebulan.[23][24] Setelah dibebaskan dari penjara, dia menulis untuk Votes for Women, koran yang dimiliki WSPU. Dalam tulisannya, dia berkata: "Melalui pekerjaan saya yang hina dalam hal yang paling mulia ini, saya berhasil mencapai pekerjaan yang paripurna dan ketertarikan dalam hidup yang belum pernah saya alami sebelumnya.[25][e] Pada Juli 1909, Emily ditangkap bersama pejuang hak suara perempuan lainnya Mary Leigh dan Alice Paul karena mengganggu sebuah pertemuan umum yang terlarang bagi wanita. Pertemuan tersebut diselenggarakan oleh Menteri Keuangan David Lloyd George. Emily dihukum dua bulan karenanya. Di dalam penjara, dia melakukan mogok makan dan kemudian dibebaskan selepas lima setengah hari mendekam di balik jeruji besi.[22][26] Karenanya, dia kehilangan massa tubuh sebesar 21 pon (9,5 kg); dia menyatakan bahwa dia merasa sangat lemah karena massa tubuhnya menurun drastis.[27] Dia kembali ditangkap pada September tahun yang sama karena menimpuk batu ke jendela hingga pecah dalam sebuah pertemuan politik. Pertemuan yang hanya terbuka untuk pria tersebut dihelat untuk memprotes Anggaran Belanja Britania Raya 1909. Dia dijebloskan ke dalam Penjara Strangeways selama dua bulan. Dia kembali melakukan mogok makan dan dibebaskan setelah dua setengah hari mendekam di balik jeruji besi.[28] Dia kemudian menulis kepada The Manchester Guardian untuk membenarkan tindakannya melempari batu dalam pertemuan politik itu. Dia menyebut tindakan tersebut sebagai peringatan bagi masyarakat umum tentang risiko pribadi yang mereka lakukan di masa depan jika mereka pergi ke pertemuan para menteri-menteri kabinet di mana saja. Dia kemudian menambahkan bahwa tindakan ini dibenarkan karena tindakan inkonstitusional para menteri kabinet dalam menangani 'pertemuan umum' yang tidak melibatkan sebagian besar masyarakat.[29][30] Emily kembali ditangkap pada awal Oktober 1909 ketika bersiap-siap melempar sebuah batu kepada Menteri Kabinet Walter Runciman; dia keliru Lloyd George menumpangi mobil yang ia gunakan untuk perjalanan. Rekannya sesama pejuang hak suara perempuan, Constance Lytton, mula-mula melemparinya, sebelum polisi berhasil menengahi mereka. Emily didakwa dengan alasan percobaan penyerangan, tetapi terbukti tidak bersalah, sementara Constance dipenjara selama sebulan.[31] Emily memanfaatkan kehadirannya di pengadilan untuk menyuarakan pidatonya; pidatonya dikutip secara lengkap ataupun sepotong-sepotong di dalam surat kabar.[32] Dua minggu kemudian, Emily melempar batu kepada Walter dalam sebuah pertemuan politik di Radcliffe, Manchester Raya, sehingga dia ditangkap kembali dan dijatuhi hukuman kerja paksa selama seminggu. Dia kembali melakukan mogok makan, tetapi pemerintah telah mengesahkan hukuman penyuapan secara paksa kepada tahanan.[23][33] Sejarawan Gay Gullickson mendeskripsikan taktik yang digunakan Emily sangat menyakitkan, mengerikan secara psikologis, dan meningkatkan kemungkinan meninggal di dalam penjara karena kesalahan medis atau kesalahan penilaian resmi.[27] Emily mengatakan bahwa peristiwa itu akan menghantuinya dengan segala kengeriannya sepanjang hidupnya dan hampir tidak dapat dijelaskan dengan kata-kata, sembari menyebut penyiksaan yang ia terima sebagai tak berperikemanusiaan.[34][f] Untuk mencegah hal tersebut terulang kembali, Emily memblokade dirinya di dalam penjara menggunakan kasur dan bangku yang ada serta menolak petugas penjara memasuki selnya. Karena tidak berhasil memasuki selnya, petugas penjara mencoba merangsek masuk dengan cara memecahkan salah satu panel jendela ke dalam sel dan menyemprot tabung api kepada Emily selama 15 menit. Ketika pintu sudah terbuka, sel itu sudah terendam air sedalam enam inci. Emily dilarikan ke rumah sakit penjara dan perawat menghangatkan tubuhnya dengan botol air panas. Segera setelah itu, dia disuapi secara paksa dan baru dibebaskan setelah ditahan selama delapan hari.[35][36] Perlakuan yang diterima Emily mendorong anggota parlemen dari Partai Buruh Keir Hardie untuk mengajukan pertanyaan di Dewan Rakyat tentang serangan yang dilakukan terhadap seorang narapidana wanita di Strangeways.[37] Emily menggugat pihak penjara karena menggunakan selang api dan dia mendapatkan 40 shilling sebagai ganti rugi pada Januari 1910.[38] Pada April 1910, Emily memutuskan mengunjungi Dewan Rakyat untuk bertanya mengenai hak suara perempuan kepada Herbert. Emily memasuki Istana Westminster bersama anggota masyarakat lainnya dan memasuki sistem pemanas, tempat dia bersembunyi semalam suntuk. Dalam perjalanan dari tempat persembunyiannya, dia ditangkap oleh seorang polisi, tetapi polisi tersebut tidak menuntutnya.[39][40] Pada bulan yang sama, dia menjadi pegawai WSPU dan mulai menulis untuk Votes for Women.[41][42][g] Pada awal 1910, sekelompok anggota parlemen yang bipartisan membentuk Komite Konsiliasi dan mengajukan Rancangan Undang-undang Konsiliasi yang akan memberikan hak suara kepada jutaan wanita, selama mereka memiliki harta kekayaan. Sementara RUU ini sedang dibahas, WSPU menghentikan sementara tindakan militan mereka. RUU ini dinyatakan gagal pada November karena Pemerintahan Liberal Herbert mengingkari janji untuk memberi waktu bagi anggota parlemen untuk memperdebatkan RUU tersebut.[44] Perwakilan WSPU yang terdiri dari sekitar 300 wanita mencoba mengajukan petisi kepada Herbert, tetapi mereka dicegah oleh polisi yang menanggapi mereka dengan agresif. Para pejuang hak suara perempuan tersebut yang menyebut hari itu sebagai Jumat Hitam. Mereka mengeluhkan sebagian besar dari serangan yang mereka terima itu bersifat seksual.[45][46] Emily tidak termasuk dalam 122 orang yang ditangkap, tetapi marah karena perlakuan yang diterima perwakilan WSPU, sehingga keesokan harinya dia memecahkan beberapa jendela di Crown Office di parlemen. Karenanya, dia ditangkap dan dijebloskan ke dalam penjara selama sebulan. Dia kembali melakukan mogok makan dan disuapi secara paksa selama delapan hari sebelum akhirnya dibebaskan.[47][h] Pada malam sensus 1911 yang jatuh pada 2 April, Emily bersembunyi di dalam lemari di St Mary Undercroft, sebuah kapel yang terletak di Istana Westminster. Dia tetap bersembunyi semalam suntuk untuk menghindari dirinya ikut serta dalam sensus. Upaya ini adalah bagian dari tindakan pejuang hak suara perempuan yang lebih luas untuk menghindari diri dari pendaftaran oleh negara. Dia ditemukan oleh petugas kebersihan yang melaporkan keberadaannya sehingga dia ditahan kembali, tetapi tidak dituntut. Clerk of Works di Dewan Rakyat mengisi borang sensus untuk measukkan Emily dalam pengembalian. Emily dimasukkan ke dalam sensus sebanyak dua kali karena majikannya juga menganggap Emily ada di dalam penginapan.[49][50][i] Emily terus mengirim tulisan kepada media untuk mengedepankan sikap WSPU tanpa melibatkan kekerasan apapun (dia telah menerbitkan 12 tulisannya di The Manchester Guardian antara 1909 dan 1911) dan dia menggelar kampanye antara 1911 dan 1913 ketika dia mengirim hampir 200 tulisan ke lebih dari 50 surat kabar.[51][52] Beberapa tulisannya kemudian diterbitkan, termasuk sekitar 26 tulisan yang diterbitkan di The Sunday Times antara September 1910 dan 1912.[53] Emily mengembangkan taktik baru pembakaran sengaja kotak surat pada Desember 1911. Dia ditangkap karena pembakaran sengaja kotak surat di luar parlemen secara sengaja dan juga mengaku membakar dua orang lainnya. Dia kemudian dijebloskan ke HM Prison Holloway, tetapi dia malah tidak melakukan mogok makan seperti biasanya. Pihak berwenang meminta dia disuapi secara paksa antara 29 Februari dan 7 Maret 1912 karena mereka menganggap kesehatan dan selera makan Emily menurun. Pada bulan Juni, dia dan tahanan pejuang hak suara perempuan lainnya memblokade diri mereka di jeruji besi mereka dan melancarkan mogok makan sehingga pihak penjara mendobrak pintu penjara dan menyuapi mereka secara paksa.[54] Setelah disuapi secara paksa, Emily memutuskan untuk melakukan sesuatu yang ia deskripsikan sebagai protes yang putus asa yang dilakuan untuk menghentikan penyiksaan yang mengerikan, sembari menyebut itu menjadi taruhan bagi dia dan tahanan lainnya.[j] Dia kemudian terjun dari salah satu balkon interior penjara.[55] Emily kemudian menulis:
Sebagai dampak dari upayanya kabur dari penjara, dua tulang punggung Emily retak dan kepalanya mengalami luka yang parah. Tak lama setelah itu, Emily kembali disuapi secara paksa sebelum dibebaskan sepuluh hari lebih awal meskipun masih menderita karena luka-lukanya.[23][56] Dia menulis kepada The Pall Mall Gazette untuk menjelaskan alasan dia mencoba bunuh diri:
Sebagai hasil dari tindakannya, Emily merasa tidak nyaman sepanjang sisa hidupnya.[21] Tindakan membakar kotak pos secara sengaja yang dilakukannya tidak diakui oleh pemimpin WSPU. Karena tindakan ini dan lainnya, ia tidak disukai oleh organisasi. Sylvia Pankhurst kemudian menulis bahwa pemimpin WSPU ingin mencegah Emily dalam kecenderungan melakukan seperti itu, sembari menyebut Emily dikutuk dan dikucilkan sebagai orang yang berkemauan sendiri yang tetap bertindak atas inisiatifnya sendiri tanpa menunggu arahan resmi.[m][58] Pernyataan yang ditulis Emily tentang pembebasannya dari penjara untuk The Suffragette (surat kabar resmi kedua WSPU) diterbitkan oleh WSPU selepas kematiannya.[1][59] Pada November 1912, Emily ditangkap untuk terakhir kalinya karena menyerang seorang pendeta Baptis dengan cemeti kuda, Emily salah mengira pria tersebut sebagai Lloyd George. Emily dijatuhi hukuman penjara selama sepuluh hari dan dibebaskan lebih awal selepas mogok makan selama empat hari.[23][60] Mogok makan ini adalah mogok makan ketujuh yang dia lakukan, dan kali ke-49 dia disuapi secara paksa.[61] Kecelakaan fatal di DerbyPada 4 Juni 1913, Emily mendapat dua bendera berwarna ungu, putih, dan hijau dari kantor WSPU. Dia kemudian melawat ke Epsom, Surrey, menggunakan kereta api untuk menonton pertandingan Derby.[62] Dia berdiri di Tattenham Corner, tikungan terakhir di depan home straight. Di titik ini dalam perlombaan, dengan beberapa kuda telah melewatinya, dia merunduk di bawah pagar pengaman dan berjalan ke lintasan, dan saat itu dia bisa jadi memegang salah satu bendera pejuang hak suara perempuan. Dia meraih tali kekang Anmer (kuda George V yang ditunggangi oleh Herbert Jones), lalu kuda yang melaju dengan kecepatan sekitar 35 mil (56 km) per jam itu menabraknya setelah bergerak dari palang rintang selama empat detik.[63][64][65] Anmer jatuh karena tabrakan itu dan sempat berguling-guling di atas tubuh sang joki, yang kakinya sempat tertahan di sanggurdi.[63][64] Emily terjatuh ke tanah dan langsung tak sadarkan diri. Beberapa sumber menyebut dia ditendang di bagian kepala oleh Anmer, tetapi ahli bedah yang menangani Emily menyebut tidak dapat menemukan jejak tendangan kuda di jasad Emily.[66][n] Peristiwa ini direkam oleh tiga kamera berita.[67][o] Pengamat pertandingan bergegas ke lintasan dan berusaha untuk membantu Emily dan Herbert sampai keduanya dilarikan ke rumah sakit terdekat yaitu Rumah Sakit Epsom Cottage. Dia dioperasi dua hari kemudian, tetapi dia tidak pernah sadarkan diri. Saat terbaring di rumah sakit, dia menerima surat kebencian.[69][70][p] Emily menjemput ajal pada 8 Juni karena mengalami patah tulang pada pangkal tengkoraknya.[73] Dari Emily, ditemukan dua bendera pejuang hak suara perempuan, potongan tiket kembali kereta api ke London, kartu pertandingannya, sebuah tiket ke tarian pejuang hak suara perempuan pada hari itu dan sebuah buku harian dengan janji untuk minggu berikutnya.[74][75][q] Sang Raja dan Ratu Mary hadir dalam perlombaan tersebut dan menanyakan kesehatan Herbert dan Emily. Raja kemudian mencatat dalam buku hariannya bahwa itu adalah proses yang paling disesalkan dan memalukan"; dalam jurnalnya, Ratu menggambarkan Emily sebagai wanita yang mengerikan.[77] Herbert menderita gegar otak berikut cedera lainnya dan menghabiskan malam tanggal 4 Juni di London sebelum kembali ke rumahnya pada hari berikutnya.[78] Dia hanya bisa mengingat sedikit peristiwa itu: "Dia sepertinya mencengkeram kudaku, dan aku merasa kudaku menyerangnya."[79] Dia cukup pulih untuk menunggangi Anmer di Ascot Racecourse dua minggu kemudian.[75] Pemeriksaan atas kematian Emily dilakukan di Epsom pada 10 Juni; Herbert bulum cukup pulih untuk menghadiri pemeriksaan ini.[80] Saudara tiri Emily, Kapten Henry Davison, memberikan bukti mengenai Emily dengan mengatakan bahwa Emily adalah seorang wanita dengan kemampuan berpikir yang kuat dan dengan penuh semangat mengabdikan diri pada gerakan perempuan.[81] Pemeriksa mayat memutuskan bahwa Emily tidak melakukan bunuh diri dengan ketiadaan bukti yang bertentangan. [82] Pemeriksa mayat juga memutuskan bahwa walaupun Emily menunggu hingga dia dapat melihat kuda-kuda yang berpacu itu, Emily jelas tidak menghampiri kuda milik Yang Mulia dari bukti-bukti yang ada.[82] Putusan pengadilan berkenaan dengan ini menyebut:
Tidak jelas tujuan Emily menonton pertandingan Derby dan berjalan ke lintasan. Dia tidak membicarakan rencananya dengan siapapun jua atau sekadar meninggalkan catatan.[83][84] Beberapa teori telah dikemukakan semisal ia bermaksud melintasi lintasan karena yakin semua kuda sudah meninggalkan lintasan tersebut, ia ingin membuat kuda Raja berhenti, ia mencoba untuk memasang bendera WSPU di seekor kuda, atau bahwa ia bermaksud untuk menjatuhkan diri di depan salah satu kuda.[85] Sejarawan Elizabeth Crawford menganggap bahwa penjelasan selanjutnya dari tindakan Emily telah menciptakan jalinan atas cerita fiksi, deduksi yang keliru, dugaan, penggambaran yang keliru, dan teori.[86] Pada 2013, sebuah film dokumenter Channel 4 menayangkan pemeriksa forensik yang mendigitalkan film nitrat asli dari tiga kamera yang ada. Film ini dibersihkan dan diperiksa secara digital. Pemeriksaan menunjukkan bahwa Emily bermaksud untuk melempar bendera pejuang hak suara perempuan ke leher kuda atau memasang bendera itu di tali kekang kuda.[r] Sebuah bendera dipungut dari arena pacuan dan dipersiapkan untuk dilelang dan pada 2017, bendera ini digantung di Gedung Parlemen.[85] Sejarawan balap kuda dan penulis sejarah Derby 1913 Michael Taner meragukan keaslian bendera itu. Sotheby's, rumah lelang yang menjual bendera itu, menggambarkannya sebagai selempang terkenal yang telah dipakai Emily. Penjual menyatakan bahwa ayahnya, Richard Pittway Burton, adalah Panitera Pertandingan di Epsom; pencarian rekam jejak Michael menunjukkan Richard terdaftar sebagai buruh pelabuhan dua minggu sebelum Derby. Panitera resmi pertandingan pada hari Derby adalah Henry Mayson Dorling.[88] Ketika polisi menyenaraikan harta benda Emily, mereka merinci dua bendera yang disediakan WSPU yang dilipat dan disematkan ke bagian dalam jaketnya. Mereka mengukur bendera tersebut sebesar 44.5 kali 27 inci (113 x 69 cm); selempang yang ditampilkan di Gedung Parlemen berukuran 82 kali 12 inci (210 x 30 cm).[89] Tanner menganggap bahwa kuda Raja yang dipilih Emily murni kebetulan semata karena posisi Emily di sudut akan meninggalkannya dengan pandangan terbatas.[90] Pemeriksaan terhadap film berita oleh tim forensik yang dipekerjakan untuk film dokumenter Channel 4 menentukan bahwa Emily lebih dekat ke awal tikungan daripada yang diperkirakan sebelumnya dan akan memiliki pandangan yang lebih baik akan kuda yang akan datang.[65][85] Sebagian besar media berita kontemporer tidak bersimpati kepada Emily,[91] dan banyak publikasi mempertanyakan kewarasannya dan menganggap tindakan Emily yang berjalan ke lintasan pacuan adalah bunuh diri.[92] The Pall Mall Gazette menyebut mereka merasa kasihan pada demensia yang membuat seorang wanita malang mencari 'kesyahidan' yang aneh dan tidak berarti sama sekali,[93] sementara The Daily Express menggambarkan Emily sebagai pejuang hak suara perempuan ganas yang terkenal dan memiliki rekam jejak panjang atas keterlibatannya dalam penghinaan pejuang hak suara perempuan.[94] Wartawan The Daily Telegraph mengamati bahwa jauh di lubuk hati setiap orang yang melihat peristiwa itu adalah perasaan dendam yang sengit terhadap wanita sengsara itu,[95] sementara penulis yang tidak disebutkan namanya di The Daily Mirror berpendapat bahwa keadaan Emily sudah cukup jelas serius, jika tidak, banyak orang akan memenuhi keinginan mereka yang jelas untuk menghakiminya beramai-ramai.[96] WSPU dengan cepat menggambarkannya sebagai martir sebagai bagian dari kampanye untuk mengidentifikasi dirinya.[97][98] Surat kabar The Suffragette menandai kematian Davison dengan menerbitkan salinan yang memperlihatkan malaikat wanita dengan tangan terangkat di depan pagar pengaman arena pacuan kuda.[99] Editorial surat kabar itu menyatakan bahwa Davison telah membuktikan bahwa pada abad ke-20 ada orang yang bersedia menghabiskan hidup mereka untuk sebuah cita-cita.[100] Pilihan kata-kata yang bernada agamawi digunakan dalam penerbitan ini untuk menggambarkan tindakannya, termasuk "Cinta yang lebih besar tidak memiliki manusia selain ini, bahwa ia memberikan nyawanya untuk teman-temannya", yang dilaporkan Gullickson diulang beberapa kali dalam diskusi berikutnya tentang peristiwa tersebut.[95] Setahun setelah Derby, The Suffragette menerbitkan "The Price of Liberty", sebuah esai oleh Davison. Di dalamnya, ia menulis "Untuk memberikan kehidupan bagi teman-teman, yang mulia, tanpa pamrih, mengilhami! Tetapi untuk memerankan kembali tragedi Kalvari selama beberapa generasi namun belum lahir, itu adalah pengorbanan terakhir yang sempurna dari Militan".[101] PemakamanPada 14 Juni 1913, jasad Emily diangkut dari Epsom ke London dan di peti matinya tertulis "Berjuanglah. Tuhan akan menganugerahkan kemenangan."[102] Lima ribu wanita yang didukung ratusan pendukung dari kalangan pria membentuk prosesi yang mengantar jasad Emily dari Victoria ke Stasiun Kings Cross; prosesi ini berhenti di St George's, Bloomsbury untuk melakukan layanan singkat.[103] Praa wanita berbaris dalam barisan menggunakan warna pejuang hak suara perempuan yaitu putih dan ungu, yang digambarkan The Manchester Guardian sebagai sesuatu dari kecemerlangan pemakaman militer yang disengaja.[103] 50.000 orang berbaris di sepanjang jalur prosesi, yang digambarkan penulis biografi Emily bernama June Purvis sebagai [97][104] Emmeline Pankhurst direncanakan menjadi bagian dari prosesi, tetapi dia ditangkap pada pagi itu, seolah-olah akan dikembalikan ke penjara di bawah "Undang-undang Kucing dan Tikus" (1913).[81][103][s] Peti mati dibawa dengan kereta api ke Newcastle upon Tyne yang dijaga seorang pasukan pengamanan dari kalangan pejuang hak suara perempuan dalam perjalanan; kerumunan orang berdiri di samping kereta api di perhentian terjadwal. Peti mati itu tetap berada semalaman di stasiun pusat kota sebelum dibawa ke Morpeth. Sebuah prosesi yang melibatkan ratusan pejuang hak suara perempuan mengawal peti mati tersebut dari stasiun ke Gereja Perawan Maria; prosesi tersebut ditonton ribuan orang. Hanya beberapa pejuang hak suara perempuan yang memasuki halaman gereja karana pelayanan dan pemakamannya tertutup untuk umum.[103][106] Di batu nisannya tertulis slogan WSPU berbunyi "Perbuatan bukan kata-kata".[107] AnalisisKematian Emily menandakan kebangkitan dan titik balik kampanye militan pejuang hak suara perempuan. Perang Dunia I meletus pada tahun berikutnya dan, pada 10 Agustus 1914, pemerintah membebaskan semua wanita yang ikut mogok makan dan memberikan amnesti kepada mereka. Emmeline Pankhurst menghentikan sementara kegiatan WSPU pada 13 Agustus.[109][110] Emmeline kemudian membantu pemerintah dalam merekrut wanita untuk keperluan perang.[111][112] Pada 1918, Parlemen meloloskan Undang-undang Perwakilan Rakyat 1918. Di antara perubahan dalam undang-undang itu adalah wanita yang berusia di atas 30 tahun yang bisa lolos kualifikasi properti dapat memiliki hak suara.[t] Undang-undang ini menyebabkan 8,5 juta wanita memiliki hak suara, setara dengan 43% dari jumlah semua pemilih di negara itu.[113][114] Pada 1928, Undang-undang Perwakilan Rakyat (Kesetaraan Hak Pilih) menurunkan batas usia untuk mengundi bagi wanita menjadi 21 tahun, sehingga setara dengan pria.[115][116] Elizabeth melihat peristiwa-peristiwa di Derby 1913 sebagai lensa yang melalui ketika seumur hidup [Emily] sudah ditafsirkan,[11] dan ketidakpastian motif dan niat Emily pada hari itu telah memengaruhi bagaimana ia telah dinilai oleh sejarah.[98][117] Carolyn Collette, pengkritik sastra yang telah mempelajari tulisan Emily, mengidentifikasi motif berbeda yang dianggap berasal dari Emily, termasuk "impuls yang tak terkendali" atau sebuah pencarian menuju kesyahidan bagi hak suara wanita. Carolyn juga melihat banyak tren terkini di antara sejarawan untuk menerima apa yang diyakini oleh beberapa orang sezaman Emily bahwa tindakan Emily pada hari itu disengaha dan bahwa ia berusaha untuk menempelkan warna pejuang hak suara perempuan di kuda Raja.[117] Cicely Hale, seorang pejuang hak suara perempuan yang bekerja di WSPU dan mengenal Emily, menggambarkan Emily sebagai seorang fanatik yang siap mati tetapi tidak bermaksud demikian.[118] Pengamat lainnya seperti June dan Liz (penulis biografi Emily) setuju bahwa Emily tidak berniat untuk mengakhiri hidupnya.[119][120] Emily adalah feminis yang setia dan seorang Kristen yang taat yang pandangannya menyebut sejarah abad pertengahan dan iman kepada Tuhan sebagai bagian dari persenjataan militannya.[121][122][123] Kecintaannya pada sastra Inggris yang dipelajarinya di Universitas Oxford dipaparkan dalam identifikasinya dengan The Knight's Tale Geoffrey Chaucer, termasuk dijuluki "Faire Emelye".[124][125] Banyak tulisan Emily yang mencerminkan doktrin iman Kristen dan merujuk pada martir, kematian sebagai martir, dan penderitaan yang menang; menurut Carolyn, penggunaan bahasa, citra Kristen, dan abad pertengahan secara langsung mencerminkan politik dan retorika gerakan pejuang hak suara perempuan yang militan. June menulis bahwa aliran Anglikanisme yang dianut Emily akan membuatnya tidak melakukan bgunuh diri karena dapat menyebabkan tidak bisa dimakamkan di tanah yang dikuduskan.[123][126] Emily menulis di "The Price of Liberty" ["Harga Kebebasan"] tentang sebab-sebab tingginya biaya pengabdian yang ia persembahkan:
Emily memiliki keyakinan moral yang kuat bahwa sosialisme dalah kekuatan moral dan politik bagi kebenaran.[128] Dia menghadiri unjuk rasa Hari Buruh tahunan di Hyde Park dan sejarawan Krista Cowman menyebutnya secara langsung menghubungkan kegiatan perjuangan hak suara perempuan yang militan dengan sosialisme. Prosesi pemakamannya di London dan Morpeth dihadiri sosialis yang fanatik sebagai penghargaan atas sokongannya untuk perjuangan ini.[129] TinggalanPada 1968. sandiwara satu babak yang ditulis oleh Joice Worters, Emily, dipentaskan di Northumberland. Sandiwara ini berfokus pada penggunaan kekerasan dalam kampanye oleh wanita.[130] Emily menjadi subjek dalam sebuah opera berjudul Emily (2013) oleh komposer Britania Raya Tim Benjamin, dan "Emily Davison", lagu karya penyanyi rock Amerika Serikat Greg Kihn.[131] Emily juga tampil sebagai pemeran pendukung di film Inggris tahun 2015 berjudul Suffragette, yang diperankan oleh Natalie Press. Kematian dan pemakamannya menandai klimaks dari film ini.[132] Pada Januari 2018, kantata berjudul Pearl of Freedom yang mengisahkan perjuangan hak suara perempuan Emily dipentaskan. Musik dalam kantata ini dimainkan oleh komposer Joanna Marsh, sementara librettist diperankan oleh David Pountney.[133] Pada 1990, anggota parlemen dari Partai Buruh Tomy Benn dan Jeremy Corbyn menempatkan sebuah plakat peringatan di dalam lemari tempat Emily bersembunyi 80 tahun sebelumnya.[134][135] Pada April 2013, sebuah plakat dipasang di Pacuan Kuda Epsom untuk menandai ulang tahun keseratus atas kematiannya.[136] Pada Januari 2017, Royal Holloway, Universitas London mengumumkan bahwa perpustakaan baru di sana akan dinamai dengan namanya.[137] Patung Millicent Fawcett yang menampilkan nama dan gambar Emily bersama 58 penyokong pejuang hak suara perempuan lainnya di atas patung diresmikan di Alun-alun Parlemen, London, pada April 2018[138] Perpustakaan Wanita di Sekolah Ekonomi London memiliki beberapa kumpulan yang berhubungan dengan Emily, termasuk karya tulis pribadinya dan benda-benda yang terhubung dengan kematiannya.[74] Catatan dan catatan kakiCatatan
Catatan kaki
Daftar pustaka
Pranala luarWikimedia Commons memiliki media mengenai Emily Davison.
|