Hak LGBT di Qatar
Kaum LGBT yang tinggal di Qatar menghadapi tantangan hukum dan kebudayaan tertentu karena identitas mereka. Homoseksualitas dianggap ilegal di Qatar, dan masyarakat Qatar pada umumnya memandang buruk homoseksualitas dan orang yang berlintas-busana.[1] Pemerintah Qatar tak mengakui pernikahan sesama jenis atau kemitraan sipil. Meskipun demikian, negara tersebut membolehkan orang-orang untuk mengkampanyekan hak LGBT. Pada November 2008, George Michael sukses mementaskan konser di Qatar, menjadikannya musisi gay terbuka pertama yang pentas di Qatar. Ini tak merefleksikan perubahan besar dalam kebijakan. Pada Desember 2021, Nasser Al Khater, CEO Piala Dunia 2022 di Qatar, meyakinkan penggemar LGBT bahwa mereka bisa merasa aman di sana, selama mereka bertindak secara konservatif. Penyelenggara turnamen juga menyambut Josh Cavallo, satu-satunya pesepakbola profesional gay kelas atas, di Piala Dunia. Khater menambahkan bahwa Qatar adalah negara sederhana di mana setiap orang bebas menjalani kehidupan mereka.[2] Pada Mei 2022, beberapa hotel di daftar resmi akomodasi yang direkomendasikan FIFA untuk acara Piala Dunia menolak memberikan akomodasi untuk pasangan sesama jenis, sementara hotel lain dalam daftar mengindikasikan mereka akan menerima reservasi untuk sesama pasangan sesama jenis, selama mereka menyembunyikan hubungan mereka di depan umum.[3] FIFA mengklaim akan memastikan bahwa hotel-hotel yang disebutkan sekali lagi mengetahui persyaratan ketat terkait dengan menyambut tamu dengan cara yang tidak diskriminatif.[4] Selama konferensi pers di Jerman pada 20 Mei, Emir Qatar Sheikh Tamim bin Hamad Al Thani menyatakan bahwa para pengunjung LGBT akan disambut di Piala Dunia 2022 tetapi mereka harus menghormati budaya negara tersebut.[5]
Referensi
Pranala luar |