Han Groenewegen
Johannes Martinus (Han) Groenewegen (27 Oktober 1888 – 4 April 1980) dulu adalah seorang arsitek asal Belanda yang aktif di Belanda dan Hindia Belanda (kini Indonesia) mulai dekade 1920-an hingga 1960-an. BiografiHan Groenewegen bekerja di Den Haag sebagai arsitek lepas mulai tahun 1920 hingga 1927.[1] Setelah mendirikan biro arsiteknya sendiri, ia biasanya bekerja untuk kontraktor R. Rutgers di Den Haag.[2] Salah satu karya pertamanya di Belanda adalah Gereja Hati Kudus Yesus di Schiedam. Saat Depresi Besar, Groenewegen pergi dari Belanda untuk mendirikan biro arsiteknya sendiri di Hindia Belanda.[1] Sejumlah arsitek lain juga pergi ke Hindia Belanda pada saat yang sama, salah satunya Albert Aalbers. Groenewegen lalu tiba di Medan, Sumatra pada tahun 1927 dan mulai mengerjakan perencanaan untuk Rumah Sakit Santa Elisabeth (1929-1930).[3] Ia aktif di Medan mulai tahun 1927 hingga 1942.[4] Seperti Schoemaker di Bandung, Gronewegen dapat dianggap sebagai perwakilan modernis Nieuwe Bouwen di Medan.[4] Proyek yang kemudian dikerjakan oleh Groenewegen antara lain perluasan Gereja Katedral Medan (1928),[5] gedung Asuransi Arnhem (kini Museum Perjuangan TNI, 1930), Gereja Katolik Cina di Polonia (1934),[1] Sekolah Putri Beatrix (kini Sekolah Kristen Immanuel, 1938),[4] kolam renang Medan (1939),[6][7] dan Oranjeschool (1941).[4] Namun, tidak seperti sejumlah koleganya, Groenewegen tetap tinggal di Indonesia pasca negara tersebut merdeka. Pasca perang, Groenewegen pindah ke Jakarta pada tahun 1947. Sesaat setelah perang, ia mengerjakan perencanaan induk rekonstruksi.[1] Salah satu bangunan pertama yang dirancang oleh Groenewegen di Jakarta adalah bioskop Menteng di Jl. Jawa (1949-1950, kini telah dihancurkan).[8] Rancangannya yang lain di Jakarta adalah rumah dinas untuk De Javasche Bank (1952), Rumah Sakit Sumber Waras di Grogol (1957), sebuah krematorium (1958), kedutaan besar Belanda di Indonesia (1960 dan 1966). Mulai tahun 1957, Groenewegen bekerja sama dengan arsitek F. Silaban, salah satunya untuk merancang kantor pusat Bank Indonesia di Jakarta.[9] Ia lalu juga bekerja sebagai dosen arsitektur. Groenewegen akhirnya meninggal pada bulan April 1980 di Rumah Sakit Sumber Waras yang ia rancang.[1] Groenewegen juga merancang sejumlah bangunan di luar Medan dan Jakarta, seperti Rumah Sakit Sumber Waras di Padang (1956-1957), bioskop Savoy di Bukittinggi (1957), dan Museum Seni Modern di Bali (1959).[2] Filosofi rancanganGroenewegen sangat dipengaruhi oleh prinsip dari Amsterdam School. Setelah tinggal dan bekerja Indonesia, Groenewegen mulai memasukkan elemen arsitektur Indies ke dalam rancangannya. Referensi
Rujukan
Pranala luar
|