Frans Johan Louwrens Ghijsels
Frans Johan Louwrens Ghijsels (8 September 1882 – 2 Maret 1947) dulu adalah seorang arsitek dan perencana perkotaan yang bekerja di Belanda dan Hindia Belanda.[1] Ghijsels adalah pendiri AIA, konsultan arsitektur terbesar di Hindia Belanda. Ghijsels pun menjadi salah satu arsitek yang berperan penting dalam mengembangkan karakteristik gaya modern Hindia Belanda. BiografiPada tahun 1903, Ghijsels berkuliah di sebuah politeknik di Delft. Sejumlah teman kuliahnya kemudian juga menjadi arsitek di Hindia Belanda, seperti Thomas Karsten dan Henri Maclaine Pont.[2] Setelah lulus pada tahun 1909, Ghijsels menjadi penyelia arsitektur pemerintah di Amsterdam di bawah firma GA van Arkel (1910). Pada tahun yang sama, Ghijsels menikahi Johanna Elisabeth Antonia de Regt di Rotterdam. Pada akhir bulan September 1910, Ghijsels diterima menjadi insinyur pada Departemen Pekerjaan Umum di Batavia, sehingga ia kembali ke Hindia Belanda. Pada tahun 1913, selain bekerja di Departemen Pekerjaan Umum, Ghijsels juga mulai menjadi arsitek lepas. Antara tahun 1913 dan 1915, Ghijsels merancang gedung Pos, Telepon, dan Telegraf (PTT) di Surabaya (kini menjadi Gedung Telkom), yang menjadi salah satu pelopor arsitektur modern di Surabaya.[3] Ghijsels lalu juga merancang kantor PTT di bekas lokasi pameran kolonial tahun 1914 di Semarang. Pada tahun yang sama, Ghijsels merancang sebuah rumah sakit di Petamburan untuk Koninklijke Paketvaart Maatschappij (KPM), yang kini menjadi RS Pelni Petamburan. KPM kemudian juga menugaskan Ghijsels untuk merancang kantor pusat KPM, yang kemudian mengarah pada pendirian konsultan arsitektur swasta Algemeen Ingenieur Architectenbureau (AIA), bersama arsitek H. von Essen dan kontraktor F. Stoltz. AIA pun dianggap sebagai salah satu konsultan arsitektur terbesar di Hindia Belanda. Pada tahun 1927, AIA membuka kantor di Surabaya. Pada tahun 1932, AIA menjalin kerja sama dengan biro arsitek lain yang berkantor pusat di Bandung, yang dipimpin oleh arsitek FW Brinkman dan GH Voorhoeve. Ghijsels adalah tokoh kunci di AIA hingga tahun 1929, saat ia pergi ke Genoa dengan menggunakan SS Hooft (30 Mei 1928) dan kemudian ke Belanda. Ia tetap berhubungan dengan AIA dengan mengerjakan sejumlah proyek di Hindia Belanda dari jarak jauh. Selama dekade 1930-an, Ghijsels membuat sejumlah rancangan untuk rumahnya sendiri dan sebuah rumah klub untuk Klub Hoki Bloemendaal (kini HC Bloemendaal, Juli 1935). Ghijsels meninggal pada tanggal 2 Maret 1947 di Overveen.[1] AIAProyek pertama AIA adalah kantor pusat KPM di Batavia. Proyek tersebut sangat sukses dan menjadi terkenal. Setelah itu, AIA pun mendapat kontrak untuk merancang sejumlah bangunan komersial.[1] Karya AIA lain yang terkenal adalah Stasiun Jakarta Kota dan Hotel des Indes (dibongkar pada tahun 1972) di Batavia. Di Surabaya, AIA merancang Gedung Internatio untuk Internationale Crediet- en Handelsvereniging Rotterdam. Rumah Sakit Onder de Bogen di Yogyakarta yang dirancang oleh AIA juga menjadi salah satu contoh terbaik dari Gaya Indies. Di Bandung, Villa Isola milik pengusaha pers Dominique W. Beretty, dirancang oleh Schoemaker yang terafiliasi dengan AIA. AIA juga mendapat kontrak proyek hidrolik, karena terasosiasi dengan firma Sitsen & Louzada pada tahun 1936.[1] Arsitek lain yang terasosiasi dengan AIA meliputi HA Hes (1918-1930), FBH Asselberg (1921-1931), dan NE Burhoven Jaspers (1927-1938). Stoltz keluar dari AIA pada tahun 1921, sementara Hein von Essen telah keluar sebelumnya. Mulai tahun 1945, AIA dipimpin oleh insinyur asal Indonesia, yakni Tan dan Soetono. Kini, AIA masih eksis di Surabaya, dengan nama PT Biro AIA.[1] GayaPada awal abad ke-20, terdapat dua kelompok besar arsitek Modern di Hindia Belanda, yakni yang mengikuti tradisi arsitektur Barat dan yang ingin mencapai sintesis dari gaya Barat dan Indies tradisional.[4] Ghijsels masuk ke dalam kelompok pertama, yakni lebih condong ke gaya Barat, tetapi diketahui bahwa Ghijsels membuat pemisahan antara gaya yang lebih "formal" untuk proyek kantor dan komersial, sementara untuk proyek sekolah dan rumah sakit, Ghijsels memilih gaya Gaya Indies "informal". Sejumlah karya Ghijsels yang bergaya Indies adalah Rumah Sakit Onder de Bogen (kini Rumah Sakit Panti Rapih) dan Rumah Sakit KPM (kini Rumah Sakit Pelni Petamburan). Pemisahan yang diciptakan oleh Ghijsels tersebut pun menimbulkan diskusi mengenai pentingnya Gaya Indies kolonial.[5] Koran Hindia Belanda, De Indische Courant, pada tanggal 16 Desember 1925 menyatakan "kesederhanaan adalah cara tercepat menuju keindahan" (Eenvoud is de kortste weg naar schoonheid) terhadap karya Ghijsels.[6] Pernyataan tersebut pun sangat menggambarkan gaya Modernis dari Ghijsels.[1]
Daftar bangunanBerikut ini daftar bangunan yang dirancang oleh Ghijsels di Jakarta:[7]
Lihat juga
Referensi
|