Hasan Gipo
KH. Hasan Basri Sagipodin atau sering disapa Hasan Gipo (1869-1934) adalah Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama periode pertama kali mendampingi K.H. M. Hasyim Asyari sebagai Rais Akbar. Nama Gipo adalah kependekan dari Sagipodin, yakni nama sebuah keluarga yang dikenal saudagar kaya raya saat itu dan masih memiliki darah keturunan dari Sunan Ampel.[1] KehidupanHasan Gipo memiliki nama asli Hasan Basri, Gipo adalah kependekan dari Sagipodin, yakni nama sebuah keluarga yang dikenal kaya raya. Sagipodin sendiri berasal dari bahasa Arab "Saqifuddin" artinya pelindung agama. Hasan Gipo masih memiliki hubungan keluarga dengan Sunan Ampel dan juga tokoh Muhammadiyah, KH. Mas Mansur. Ia terlahir dari kalangan ekonomi yang sangat mapan dan berlatarbelakang saudagar, ia juga berhasil mengenyam pendidikan di sekolah Hindia Belanda tanpa mengesampingkan ilmu agamanya yang diperoleh dari berbagai pesantren. KiprahKiprah di Nahdlatul UlamaPada awal berdirinya Nahdlatul Ulama pada 31 Januari 1926 di Surabaya, Hasan Gipo terpilih menjadi Presiden/Ketua Umum Hoofdbestuur Nahdlatoel Oelama (HBNO), atau sekarang disebut Pengurus Besar Nahdlatul Ulama. Terpilihnya Hasan Gipo sebagai Ketua Umum HBNO tersebut bermula dari musyawarah untuk menyepakati siapa saja yang akan menjadi ketua serta petinggi NU. Kemudian terpilihlah ia menjadi Ketua Umum HBNO yang mendampingi Hadratussyaikh Hasyim Asy'ari sebagai Rais Akbar dan KH. Wahab Hasbullah sebagai Katib 'Aam. Hasan Gipo menjabat sebagai Ketua Umum HBNO dimulai pada tahun 1926 hingga 1934 dan digantikan oleh KH. Ahmad Noor.[2] Melawan PKIHasan Gipo dikenal sebagai seorang aktifis muslim sekaligus saudagar kaya yang sangat energik dalam melawan Partai Komunis Indonesia termasuk melabrak Musso (Muso Manowar), yakni pimpinan PKI era tahun 20-an yang menyebarkan paham ateisme.[3] Pranala luar
Informasi yang berkaitan dengan Hasan Gipo |