Indocement
Indocement Tunggal Prakarsa atau Indocement adalah salah satu produsen semen di Indonesia. Indocement merupakan produsen terbesar kedua di Indonesia. Selain memproduksi semen, Indocement juga memproduksi beton siap-pakai, serta mengelola tambang agregat dan tras. PerkembanganIndocement tidak bisa dilepaskan dari Grup Salim, yang pertama kali mendirikan perusahaan semen bernama PT Distinct Indonesia Cement Enterprise pada tahun 1973, dan pabriknya kemudian diresmikan pada 4 Agustus 1975 dengan kapasitas produksi 500.000 ton/tahun. Tidak lama kemudian, berdiri PT Perkasa Indonesia Cement Enterprise (1976), PT Perkasa Indah Indonesia Cement Putih Enterprise (1978), PT Perkasa Agung Utama Indonesia Cement Enterprise (1979), PT Perkasa Inti Abadi Indonesia Cement Enterprise (1980), PT Perkasa Abadi Mulia Indonesia Cement Enterprise (1980) dan PT Tridaya Manunggal Perkasa Cement (1981),[1] yang semuanya kemudian dikenal sebagai Indocement Group.[2] Dalam waktu 10 tahun, Indocement Group sudah memiliki 8 pabrik semen dengan kapasitas produksi 7,7 juta ton/tahun,[3] dan menjadi perusahaan semen terbesar di Indonesia, mengalahkan sejumlah perusahaan semen BUMN.[2] Sebagai bisnis yang lekat dengan kronisme, pada tahun 1985 Indocement mendapat suntikan dana modal dari pemerintah sebesar Rp 364 miliar (senilai dengan kepemilikan 35%)[4] dengan alasan "sektor penting" dan mendapat pinjaman US$ 120 juta dari sejumlah bank pemerintah. Sebagai rangka penyuntikan modal itu, seluruh pabrik semen milik Grup Salim kemudian dikonsolidasikan dalam PT Indocement Tunggal Prakarsa (d/h PT Inti Cahaya Manunggal)[3] pada 16 Januari 1985.[5] Kemudian, pada 5 Desember 1989 Indocement resmi menjadi perusahaan publik dengan mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia (dahulu Bursa Efek Jakarta), dengan melepas 10% kepemilikannya dengan harga penawaran Rp 10.000/lembar.[4] Ekspansi terus dilakukan, hingga pada tahun 2000 PT Indocement Tunggal Prakarsa sudah memiliki 12 pabrik, dimana 1 pabriknya adalah eks-PT Indo Kodeco Cement yang dimerger dengannya pada 29 Desember 2000.[3] Sejak April 2001, HeidelbergCement Group, yang berbasis di Jerman dan merupakan salah satu perusahaan manufaktur bahan bangunan terintegrasi terbesar di dunia mengambil alih kepemilikan saham mayoritas di Indocement (61%). Penjualan ini dilakukan dalam rangka membantu Indocement merestrukturisasi utangnya saat itu.[6] Salim Grup sendiri (lewat PT Mekar Perkasa) masih memiliki sekitar 13% saham Indocement selama beberapa tahun kemudian,[5] sementara sisa saham pemerintah yang masuk pada 1985 akhirnya dilepas pada tahun 2001-2003.[7][8] Terhitung tanggal 31 Desember 2016, mayoritas kepemilikan saham Indocement dipegang oleh Birchwood Omnia Ltd. (HeidelbergCement Group) sebesar 51,00% dan Masyarakat sebesar 49,00%. Saham HeidelbergCement sudah berkurang menjadi 51 persen pasca pelepasan 14% sahamnya ke publik pada 2009. Pada 7 November 2023 Indocement mengumumkan perubahan kepemilikan saham mayoritas dari Birchwood Omnia Ltd. ke Heidelberg Materials AG, yang merupakan hasil perubahan nama dari HeidelbergCement AG pada 2022.[9] Pada 1 September 2022, Indocement menandatangani perjanjian perjanjian induk sewa dan penggunaan aset dengan PT Semen Bosowa Maros dan PT Bosowa Corporindo untuk menunjang produksi dan pemasaran semen di Indonesia bagian timur.[10] Pada 17 November 2023, Indocement mengumumkan telah menandatangani perjanjian jual beli saham bersyarat untuk mengakusisi 100% saham dari PT Semen Grobogan, sebuah perusahaan semen yang berlokasi di Provinsi Jawa Tengah.[11] Pada 30 November 2023, Indocement mengumumkan telah menyelesaikan akuisisi Semen Grobogan dengan nilai transaksi mencapai Rp1,49 triliun.[12] Total kapasitas produksi semen Indocement dari pabrik milik sendiri, pabrik milik anak usaha, dan pabrik yang disewa mencapai 33,5 juta ton semen per tahun.[3] Susunan Dewan Komisaris dan DireksiSesuai dengan hasil Rapat Umum Pemengang Saham Tahunan (RUPST) PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. yang dilaksanakan pada Rabu, 14 Mei 2024 di Ruang Melati, Wisma Indocement. Berikut ini susunan Dewan Komisaris dan Direksi dari PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk.[13] Dewan Komisaris
Direksi
OperasionalProdukTanggal 31 Desember 2016, Indocement memiliki kapasitas produksi sebesar 24,9 juta ton semen per tahun. Selain itu, Indocement juga memiliki kapasitas produksi beton siap-pakai sebesar 5,0 Juta meter kubik per tahun dengan 38 batching plant dan 632 truk mixer, serta memproduksi agregat sebesar 2,7 juta ton. Indocement memiliki 13 buah pabrik, sepuluh diantaranya berada di Citeureup, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Dua berada di Cirebon, Jawa Barat, dan satu di Tarjun, Kotabaru, Kalimantan Selatan. Produk utama Indocement adalah semen tipe Ordinary Portland Cement disingkat OPC dan Portland Composite Cement disingkat PCC sejak 2005. Indocement juga memproduksi semen jenis lain misalnya Portland Cement Type II dan Type V serta Oil Well Cement. Indocement juga merupakan satu-satunya produsen semen jenis Semen Putih (White Cement) di Indonesia. Pada Oktober 2016, Indocement meluncurkan secondary brand untuk memenuhi permintaan semen berkualitas dengan harga yang terjangkau yaitu Semen Rajawali, sebuah merek semen bertipe Pozzolan Portland Cement (PPC).[14] Semen yang dipasarkan adalah semen dengan merek Tiga Roda dan Semen Rajawali. Selain menghasilkan semen dengan mereka dagang "Semen Tiga Roda", Indocement juga memiliki beberapa produk lainnya, yaitu berupa beton siap-pakai dan barang tambang. Berikut ini adalah jenis produk yang dimiliki Indocement:[15][16]
Pabrik Semen IndocementIndocement memiliki tiga kompleks pabrik yang terletak di Pulau Jawa dan Pulau Kalimantan yang dimiliki langsung serta satu kompleks pabrik milik anak usahanya (PT Semen Grobogan), kompleks-kompleks pabrik tersebut adalah:
Distribusi dan logistikUntuk menjamin rantai pasokan semen merek “Tiga Roda”, Indocement memiliki beberapa terminal serta metode pengangkutan semen yang terintegrasi dengan baik. Indocement memiliki beberapa terminal semen guna menjamin kelancaran distribusi semen ke pelanggannya. Terminal SemenIndocement mengoperasikan 14 terminal semen miliki sendiri dan yang disewa yang tersebar di seluruh Indonesia, yaitu:
Selain terminal semen, Indocement juga menggunakan moda transportasi darat dan laut dalam mendistribusikan semennya. Moda transportasi laut terutama digunakan untuk mendistribusikan semen dari Pabrik Tarjun, Kalimantan Selatan. Indocement juga terus menambah jumlah peti kemas yang diberangkatkan dari Tarjun. Sampai dengan akhir 2013, jumlah peti kemas meningkat dari 1.200 teus menjadi 2.100 teus sehingga dapat memenuhi permintaan dari lebih banyak wilayah. Sistem pemuatan ini tidak dipengaruhi oleh kondisi cuaca, sehingga mampu meningkatkan keluaran dari Kompleks Pabrik Tarjun. Indocement juga menggunakan moda transportasi darat, yaitu truk dan kereta api. Indocement memiliki enam relasi perjalanan kereta api untuk pengangkutan semen. Tiga rangkaian kereta api berangkat dari Stasiun Nambo, Desa Bantarjati, Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Dua rangkaian berangkat menuju Stasiun Kalimas, Kota Surabaya, Jawa Timur sedangkan satu rangkaian lain menuju Ketapang, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur. Total kapasitas angkut dari rangkaian ini adalah 2.400 ton per hari.[17] Tiga rangkaian kereta api yang lain berangkat dari Stasiun Arjawinangun, Cirebon dengan tujuan Purwokerto, Jawa Tengah dan menuju Wangon, Banyumas melalui Purwokerto. Total kapasitas angkut dari rangkaian kereta ini mencapai 1.900 ton semen per hari. Sertifikasi PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk.Perusahaan terus berupaya untuk memenuhi beragam sertifikasi demi menjamin praktik kelola perusahaan yang baik. Sertifikasi-sertifikasi yang telah diraih oleh perusahaan antara lain:
PrestasiPT Indocement Tunggap Prakarsa Tbk. juga memegang beberapa kategori penghargaan MURI (Museum Rekor Indonesia), yaitu:
Penghargaan
KontroversiAksi Petani KendengIndocement adalah anak perusahaan HeidelbergCement, terlibat dan berperan penting dalam pembangunan pabrik semen yang kontroversial di pulau Jawa, Indonesia. Tujuan eksploitasi Pegunungan Kendeng ini mendapat perlawanan dari masyarakat yang tinggal di sana. Selain berdampak pada kehancuran sistem ekologi yang kompleks, pembangunan pabrik semen dan penambangan karst di Pegunungan Kendeng berdampak langsung pada kehidupan masyarakat sekitar—sebagian dari mereka adalah petani dan masyarakat adat.[18] Konflik memuncak pada tahun 2014, setelah itu lebih dari 20 perempuan lokal, sebagian besar dari mereka adalah ibu-ibu, tinggal di tenda protes yang mereka dirikan di lokasi pembangunan pabrik semen. Petugas keamanan dari pabrik semen memberikan batasan waktu berkunjung 10 menit untuk kerabat. Banyak aktivis yang bersolidaritas dan pendukung "Perempuan Kendeng" tidak bisa melakukan kontak dengan mereka lagi.[19] Oleh karena itu, Perusahaan Semen menghadapi tuduhan pelanggaran Hak Asasi Manusia.[20][21] Pada Desember 2014, Bupati Pati mengeluarkan izin pendirian pabrik semen, warga yang menolak kemudian mengajukan gugatan ke PTUN Semarang, warga memenangkan gugatan tersebut kemudian pihak pemerintah dan perusahaan mengajukan banding ke PTUN Surabaya dan memenangkannya,[22] warga kemudian mengajukan kasasi ke Mahkamah Agung dan Mahkamah Agung memutuskan menolak kasasi warga sehingga pihak perusahaan dan pemerintah bisa melanjutkan proses pembangunan pabrik.[23][24] Pada tanggal 10 April 2016, hari ke-666 pendudukan di lokasi pembangunan pabrik semen, 9 Perempuan dari Kendeng melakukan protes di depan Istana Presiden di Jakarta, mereka secara simbolis menyemen kaki mereka.[20] Selain protes terhadap pembangunan pabrik dan konsekuensi ekologis sebagai salah satu "kesalahpahaman `pembangunan` dengan mengorbankan masyarakat adat dan petani", Perempuan Kendeng juga memberikan statemen politik kepada HeidelbergCement bahwa "sebuah perusahaan Jerman tidak harus berinvestasi dalam perusakan lingkungan dan pelanggaran Hak Asasi Manusia, di negara manapun di dunia."[21] Referensi
Pranala luar
|