Kekhawatiran dan kontroversi pada Pesta Olahraga Asia 2018Beberapa hal kontroversial mencuat sebelum dan selama Asian Games 2018 berlangsung.
Sebelum penyelenggaraanJakarta, yang selalu dirundung masalah kemacetan, sedang membangun jalur kereta bawah tanah (MRT Jakarta/subway). Namun pengerjaannya belum usai hingga 2019, hingga menyebabkan pihak penyelenggara meliburkan semua sekolah untuk membantu kelancaran acara. SIstem ganjil-genap juga diterapkan untuk mencegah kepadatan.[1][2] Trotoar di Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta pada saat itu sedang direvitalisasi sebagai persiapan sebelum operasional MRT Jakarta (kereta bawah tanah/subway) dan penyelenggaraan Asian Games. Akan tetapi, Revitalisasi trotoar di koridor utama ibukota Jakarta tersebut secara keseluruhan tidak merata. Sejumlah bagian trotoar sudah selesai direvitalisasi, sementara sebagian lainnya belum. Yang menjadi pusat perhatian adalah kondisi halte bus di Depan Kompleks Olahraga Gelora Bung Karno sebagai venue utama Asian Games. Shelter halte bus terpisah dari jalan utama oleh sebuah koridor hijau yang merupakan bagian dari revitalisasi trotoar. Sejumlah warga menjadi bingung bagaimana bisa menaiki bus dari halte yang terpisah dari jalan, ada warga yang harus memutar bahkan menginjak area rumput. Namun pada akhirnya, sebuah ramp dibangun untuk menghubungkan antara shelter halte dengan jalan utama.[3][4] Baik Jakarta maupun Palembang dirundung masalah pencemaran udara. Sejak lama Jakarta berusaha memperbaiki kualitas udaranya yang selalu dinilai "tidak aman" oleh World Health Organization (WHO) karena kadar Air Quality Index (AQI) menembus 100 pada awal Juli 2018, mencapai kadar "tidak aman" sebesar 171 pada 17 Juli 2018 pukul 11:00. Palembang pun mengalami masalah kabut asap yang terjadi bersamaan dengan peyelenggaraan Asian Games. Pemerintah DKI Jakarta menutup sungai dekat wisma atlet dengan kain waring berwarna hitam.[5] Keamanan adalah masalah selanjutnya, di mana Asian Games diselenggarakan beberapa bulan setelah serangan bom di Surabaya, yang memakan korban jiwa dan membangkitkan ketakutan akan ekstrimis Islam. Sekitar 10.000 personel keamanan, termasuk penjinak bom dan tim sniper, dikerahkan untuk mengamankan Jakarta, Palembang, dan Jawa Barat, di mana kebanyakan kegiatan Asian Games dilaksanakan. Kepolisian juga telah bersiaga untuk mencegah tindak kejahatan apapun (termasuk terorisme dan kejahatan lainnya) sebelum Asian Games berlangsung.[1][6] Pihak Olympic Council of Malaysia (OCM) mengkhawatirkan keamanan tim sepakbola U-16 Malaysia terkait dengan provokasi yang dilakukan suporter Indonesia, baik di lapangan maupun di media sosial.[7] Hal tersebut dipicu oleh posting Instagram seorang suporter Malaysia pada saat kedua negara tersebut bertanding di Piala AFF 2018 di Jawa Timur.[8] Pada 21 Juli 2018, kurang dari satu bulan sebelum penyelenggaraan, lapangan sepakbola wanita di Stadion Gelora Sriwijaya di Palembang sebagian rusak karena kerusuhan pada saat pertandingan sepakbola. Sebanyak 335 kursi hancur dirusak massa.[9] Selama penyelenggaraanLarangan membawa minuman beralkohol ke dalam wisma atletPihak Indonesian Asian Games Organizing Committee (INASGOC) melarang para atlet untuk membawa minuman beralkohol apapun ke dalam wisma atlet. Pada 28 Agustus 2018, petugas menyatakan bahwa mereka berhasil menyita banyak botol dan kaleng minuman keras yang diselundupkan oleh para atlet ke dalam wisma atlet.[10] Dugaan gratifikasiSesudah penjualan tiket penutupan, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) diduga menerima laporan 14 tiket gratis dengan satu di antaranya telah terpakai. Dugaan gratifikasi bermula ketika Badan Usaha Milik Negara (BUMN) membeli beberapa tiket, KPK memperingatkan pejabat BUMN untuk melaporkan balik pembelian tersebut. Namun Wakil Presiden Indonesia, Jusuf Kalla, menyatakan bahwa hal tersebut bukanlah gratifikasi karena pembelian tersebut bernilai "kurang dari Rp10 miliar."[11] Pranala luar
|