Koes Bersaudara
Koes Bersaudara adalah grup musik yang dibentuk oleh keluarga Koeswoyo pada 17 Februari 1958 dengan nama Kus Brothers dan berganti nama menjadi Kus Bersaudara pada 1962, dan kemudian mereka mengukuhkan nama band mereka menggunakan ejaan lama pada kata "Koes" menjadi Koes Bersaudara (Perlu diketahui, nama Koes Bersaudara memiliki arti bahwa anggota band ini semua bermarga Koeswoyo, bukan diambil dari nama depan para personil yang masing masing berawalan Koes). Pada awal kemunculannya, mereka memainkan lagu-lagu populer barat yang saat itu didominasi The Everly Brothers & The Beatles. Karena itu, mereka sempat menjadi sasaran penangkapan politis anti-kapitalisme dan anti-neokolonialisme oleh rezim Orde Lama pada tahun 1965 seusai melakukan konser. Penangkapan ini menimbulkan gelombang ciptaan musik yang "memberontak" dan menghasilkan 2 album yang cukup revolusioner. Koes Bersaudara sempat vakum karena kesibukan sebagian anggotanya di luar musik, dan kekosongan itu diisi oleh grup Koes Plus, yang kemudian sangat populer dan produktif. Kelompok ini setelah vakum sempat melakukan rekaman reuni dan menelurkan beberapa album pada tahun 1977 dan setelahnya. Sejarah
Grup ini beranggotakan keluarga Koeswoyo, yang berasal dari Kelurahan Sendangharjo, Tuban, Jawa Timur. Mereka termasuk pelopor musik pop dan rock 'n roll di Indonesia, bahkan pernah dipenjara karena musiknya yang dianggap mewakili aliran politik kapitalis (musik "ngak ngik ngok") oleh Presiden Soekarno. Koes Bersaudara sendiri resmi berdiri 17 Februari 1958 dengan formasi awal : John Koeswoyo (Bass), Tonny Koeswoyo (Lead Guitar,Keyboard, Vocal), Yon Koeswoyo (Vocal,Rhythm Guitar), Yok Koeswoyo (Rhythm Guitar,Vocal), dan Nomo Koeswoyo (Drum,Vocal). Formasi awal ini hanya bertahan dari tahun 1960 sampai 1963, setelah album pertama Koes Bersaudara dirilis, John Koeswoyo memilih mengundurkan diri, dengan tersisa 4 personel Koes Bersaudara tetap melanjutkan karya demi karya. Era Orde LamaPada Kamis 1 Juli 1965, sepasukan tentara dari Komando Operasi Tertinggi (KOTI) menangkap kakak beradik Tony, Yon dan Yok Koeswoyo dan mengurung mereka di penjara Glodok, kemudian Nomo Koeswoyo atas kesadaran sendiri, datang menyusul, perlu dicatat Nomo Koeswoyo senang sekali berkelana ke banyak daerah. Adik Alm. Tony Koeswoyo itu rupanya memilih "mangan ora mangan kumpul" ketimbang berpisah dari saudara-saudara tercinta. Adapun kesalahan mereka adalah karena selalu memainkan lagu-lagu The Beatles yang dianggap meracuni jiwa generasi muda saat itu. Sebuah tuduhan tanpa dasar hukum dan cenderung mengada ada, mereka dianggap memainkan musik "ngak ngek ngok" istilah Pemerintahan berkuasa saat itu, musik yang cenderung imperialisme pro barat. Dari penjara justru menghasilkan lagu-lagu yang sampai saat sekarang tetap menggetarkan, "Di Dalam Bui", "Jadikan Aku Dombamu", "To The So Called The Guilties" dan "Balada Kamar 15". 29 September 1965, sehari sebelum meletus G 30 S-PKI, mereka dibebaskan tanpa alasan yang jelas. Belakangan setelah peristiwa itu berlalu,Koes Bersaudara yang masih hidup dan menginjak usia tua melakukan testimoni di depan pemirsa acara talkshow Kick Andy (Metro TV) pada akhir 2008 bahwa di balik penangkapan mereka sebenarnya pemerintahan Soekarno menugaskan mereka dalam sebuah operasi Kontra Intelejen guna mendukung gerakan Ganyang Malaysia. Dari Koes Bersaudara menjadi Koes PlusDari kelompok Koes Bersaudara ini lahir lagu-lagu yang sangat populer seperti “Bis Sekolah”,“ Di Dalam Bui”, “Telaga Sunyi”, “Laguku Sendiri” dan masih banyak lagi. Nomo, selain bermusik juga mempunya pekerjaan sampingan sementara Tonny menghendaki totalitas dalam bermusik yang membuat Nomo harus memilih : tetap bermusik bersama Koes Bersaudara atau dipecat. Nomo memilih opsi terakhir dan diikuti oleh adiknya Yok sebagai bentuk solidaritas terhadap saudaranya. Dengan keluarnya 2 anggota Koes Bersaudara yakni Nomo dan Yok, Koes Bersaudara pun usai pada 1 Februari 1968. Anggota Band
DiskografiKoes Bersaudara
|