La adalah salah satu aksara ardha swara (huruf semivokal) dalam sistem penulisan aksara Bali yang melambangkan bunyi /l/. Jika La dari aksara Bali disalin dengan huruf Latin, maka akan ditulis "la". Menurut dasar ucapannya, La termasuk warga aksara dantya (konsonan gigi atau dental). Menurut hembusannya, La termasuk aksara alpaprana, atau hembusan kecil. Menurut aturan sistem penulisan aksara Bali (demikian pula Dewanagari), La bukan huruf konsonan, tetapi semivokal.
Fonem
La diucapkan seperti huruf "l" pada kata: "lama" (bahasa Indonesia), lalitā (bahasa Sanskerta), laksa (bahasa Bali), bell (bahasa Inggris).
Penggunaan
Penggunaan aksara La sama dengan penggunaan La (Dewanagari: ल) dalam aksara bahasa Sanskerta. Dalam sistem penulisan dengan aksara Bali, La digunakan pada kata-kata yang mengandung bunyi /l/, baik dari bahasa Bali, maupun bahasa non-Bali. Selama La tidak dibubuhi oleh pangangge suara, maka La dibaca "la" (lafal: /lə/ atau /la/, tergantung kata).
La tidak boleh diberi tanda pepet bila ingin menulis kata yang berbunyi /lə/ (dengarkanⓘ). Untuk menulis kata yang mengandung bunyi /lə/, misalnya kata "selesai", maka digunakanlah huruf La lenga. Bentuknya mirip angka 2 dalam aksara Bali. Hal ini dianjurkan karena menurut aturan sistem penulisan aksara Bali (demikian pula Dewanagari), bunyi /lə/ termasuk vokal, ia bukanlah bunyi konsonan.
Gantungan aksara La yang dilekati oleh tanda pepet merupakan salah satu pangangge aksara (tanda diakritik semivokal), sejajar dengan tanda ulu, suku, tedung, dan sebagainya.
Lihat pula
Referensi
- Tinggen, I Nengah. 1993. Pedoman Perubahan Ejaan Bahasa Bali dengan Huruf Latin dan Huruf Bali. Singaraja: UD. Rikha.
- Surada, I Made. 2007. Kamus Sanskerta-Indonesia. Surabaya: Penerbit Paramitha.