Metformin
Metformin adalah anti-diabetes oral yang termasuk pada kelas biguanid.[5] Metformin merupakan obat pilihan pertama untuk penderita diabetes tipe 2, khususnya untuk orang-orang dengan kelebihan berat badan dan gemuk serta orang-orang dengan fungsi ginjal yang normal.[5] Metformin digunakan untuk penderita diabetes yang baru terdiagnosis stelah dewasa.[6] Obat ini dapat digunakan sebagai kombinasi terapi pada penderita yang tidak responsif atau tidak mempan setelah penggunaan terapi tunggal sulfonilurea.[6] Selain itu, kadang digunakan pula untuk mengurangi dosis insulin apabila dibutuhkan.[6] SejarahPada tahun 1929, Slotta dan Tschesche meneliti aksi penurunan gula darah pada kelinci, dan tidak ada yang lebih baik dari penurunan dari analog biguanid seperti sintalin.[7] Namun, metformin ini baru terkenal pada akhir tahun 1940-an.[7] Kemudian pada 1950, ditemukan bahwa metformin tidak meurunkan tekanan darah dan denyut jantung pada hewan, tidak seperti obat-oabt lainnya.[7] Pada tahun yang sama, seorang dokter terkemuka Filipina, Eusebio Y. Garcia, menggunakan metformin untuk melawan influenza.[7] Ia juga meyakini bahwa metformin memiliki aktivitas bakteriostatik, antiviral, antimalarial, antipiretik, dan analgesik.[7] Mekanisme aksiEfek utama metformin yaitu untuk mengurangi produksi glukosa hepatik.[8] Selain itu, metformin meningkatkan penggunaan glukosa insulin yang diperantarai oleh jaringan perifer (seperti otot dan hati), terutama setelah makan, dan memiliki efek antilipolitik yang menurunkan konsentrasi serum asam lemak bebas, sehingga mengurangi ketersediaan substrat untuk glukoneogenesis.[8] Metformin juga meningkatkan penggunaan glukosa usus melalui metabolisme tanpa penggunaan oksigen.[8] Laktat yang dihasilkan oleh proses ini sebagian besar dimetabolisme di hati sebagai substrat untuk glukoneogenesis.[8] Efek yang terakhir bisa melindungi terhadap hipoglikemia.[8] Mekanisme molekuler dari metformin tidak sepenuhnya diketahui.[8] Aktivasi enzim AMP yang diaktivasi oleh protein kinase (AMPK) tampaknya menjadi mekanisme yang menurunkan serum lipid dan konsentrasi glukosa darah.[8] Hal tersebut kemudian menekan lipogenesis dan menurunkan lemak seluler sintesis asam di hati dan otot, yang pada gilirannya meningkatkan sensitivitas insulin dan mengurangi kadar glukosa darah.[8] Indikasi
DosisDosis awal 500 mg: 1 tablet 3 kali sehari. Pemberian Metformin 500 mg dalam beberapa hari biasanya cukup dapat mengendalikan penyakit diabetes, tetapi tidak jarang efek terlambat dicapai sampai dua minggu.[9] Apabila dosis yang diinginkan tidak tercapai, dosis dapat dinaikkan secara berhati-hati (maksimum 3 gram sehari).[9] Bila gejala diabetes telah dapat dikontrol, dosis dapat diturunkan.[9] Pada pengobatan kombinasi dengan sulfonilurea, mula-mula diberikan 1 tablet Metformin 500 mg, dosis dinaikkan perlahan-lahan sampai diperoleh kontrol optimal.[9] Dosis sulfonilurea dapat dikurangi, pada beberapa pasien bahkan tidak perlu diberikan lagi. Pengobatan dapat dilanjutkan dengan metformin sebagai obat tunggal.[9] Tablet diberikan bersama makanan atau setelah makan.[9] Dosis percobaan tunggal.[9] Penentuan kadar gula darah setelah pemberian suatu dosis percobaan tunggal tidak memberikan petunjuk apakah seorang penderita diabetes akan memberikan respon terhadap Metformin berminggu-minggu.[9] Oleh karena itu dosis percobaan tunggal tidak digunakan sebagai penilaian.[9] Pemberian bersama insulin
Efek sampingMetformin dapat diterima baik oleh pasien dengan hanya sedikit gangguan gastrointestinal yang biasanya bersifat sementara.[9] Hal ini umumnya dapat dihindari apabila metformin diberikan bersama makanan atau dengan mengurangi dosis secara sementara.[9] Biasanya efek samping telah lenyap pada saat diabetes dapat dikontrol.[9] Bila tampak gejala-gejala intoleransi, penggunaan Metformin tidak perlu langsung dihentikan, biasanya efek samping demikian tersebut akan hilang pada penggunaan selanjutnya. Efek samping lainnya adalah anoreksia, mual, muntah, diare, serta berkurangnya absorbsi vitamin B12.[9] Selain gejala-gejala di atas, efek samping metformin yang paling ditakutkan adalah terjadinya metformin-associated lactic acidosis (MALA). Kejadian tersebut sangat jarang terjadi, tetapi bersifat fatal jika tidak ditangani segera. MALA terutama terjadi pada pengguna metformin yang mengalami gangguan fungsi ginjal. Salah satu mekanisme kerja metformin adalah menghambat siklus Cori yaitu perubahan asam laktat kembali menjadi glukosa di hati. Pada pasien tanpa gangguan ginjal, asam laktat berlebih tersebut akan diekskresi melalui ginjal sehingga tidak menimbulkan masalah.[10] Peringatan dan perhatian
Referensi
|