Muara Teweh
Muara Teweh (disingkat: MTW[1]) adalah ibu kota Kabupaten Barito Utara yang sekaligus menjadi pusat pemerintahan dan perekonomian dari Kabupaten Barito Utara. Muara Teweh juga merupakan sebuah kawasan yang terletak di provinsi Kalimantan Tengah, Indonesia. Wilayah ini berada di kecamatan Teweh Tengah. Wilayah cakupan Muara Teweh adalah kelurahan Lanjas dan kelurahan Melayu. Pertambangan batu bara dan emas serta perkebunan kelapa sawit, rotan dan karet merupakan produk andalan dari Kabupaten Barito Utara. Asal usul nama Muara Teweh
SejarahDi kota Muara Teweh pernah terdapat benteng peninggalan Belanda. Lokasinya dahulu terletak pada lokasi Markas Kepolisian Resor (Mapolres) Barito Utara yang sekarang. Sebagai ibu kota Kabupaten, hingga sekitar menjelang tahun 1962 masih belum terdapat kendaraan roda empat di kota ini. Transportasi darat di dalam kota biasanya dilakukan dengan menggunakan sepeda roda dua sebagai alternatif berjalan kaki. Sedangkan hubungan transportasi dengan kota-kota lain di sekitarnya, umumnya dengan memanfaatkan transportasi sungai, melalui sungai Barito. Di pinggiran sungai Barito ini dapat pula terlihat rumah-rumah apung yang dalam bahasa setempat disebut rumah lanting. Kendaraan roda 4 baru masuk di kota ini sekitar tahun 1962, dimulai dengan hadirnya 1 buah mobil jeep (Gaz) dan 1 buah truck, kendaraan dinas yang dimiliki oleh militer. Dan di dekat teluk mati ada kapal onrush milik belanda pernah tenggelam di teluk itu. DemografiSuku dan BahasaBerdasarkan Sensus Penduduk Indonesia 2010, suku bangsa yang terdapat di Kalimantan Tengah sangat beragam dari 2.205.700 jiwa penduduk, yakni suku asal Kalimantan di luar Dayak 588.650 jiwa (26,69%), Jawa 478.434 jiwa (21,69%), Banjar 464.260 jiwa (21,05%), Dayak 450.682 jiwa (20,43%), Melayu 86.322 (3,91%), Madura 42.668 jiwa (1,93%), Sunda 28.565 jiwa (1,30%), Batak 12.324 jiwa (0,56%) dan suku lainnya 2,44%.[3] Suku atau penduduk asli Barito Utara adalah suku Dayak Bakumpai dan Dayak Taboyan atau disebut juga Dayak Tawoyan. Bahasa yang digunakan, selaian bahasa resmi nasional bahasa Indonesia, keseharian penduduk juga memakai bahasa Dayak dialek Barito Utara.[3] AgamaTahun 2021, jumlah penduduk Muara Teweh yang mencakup kelurahan Lanjas dan Melayu, sebanyak 46.441 jiwa, dengan kepadatan 764 jiwa/km². Adapun persentasi penduduk Muara Teweh berdasarkan agama yang dianut, berdasarkan data Kementerian Dalam Negeri 2021, yakni pemeluk agama Islam 88,60%, kemudian Kekristenan sebanyak 10,62%, dengan rincian Protestan 8,28% dan Katolik 2,34%. Kemudian yang beragama Hindu, khususnya Kaharingan sebanyak 0,68%, Buddha 0,08% dan lainnya 0,02%.[4] TransportasiPesawatReferensi
|